15. Mabuk

13 3 2
                                    

Sephia –Chapter 15

"Lo mual?"

"..."

"Butuh kantong plastik?"

Aku menggeleng lemah, "Nggak. Cuma sedikit pusing gue."

"Lo mau gue mintain minyak kayu putih?" Melihatku yang sepertinya tidak nyaman itu, Cindy menawarkan bantuan.

Aku menggeleng lagi, "Nggak usah. Malah mual gue cium baunya." tolakku.

"Mau minum Antimo?" Tawarnya lagi.

Apa iya aku perlu obat itu? Padahal seumur-umur aku tidak pernah mengalami yang namanya mabuk perjalanan. Apalagi ini hanya perjalanan dalam kota.

Cindy menyodorkan obatnya padaku. Dengan sedikit ragu aku menerimanya. Sudahlah, daripada makin parah. Pikirku.

Setelah meminum obat, aku mencoba untuk memejamkan mataku.

"Pake ini." Cindy menyelimutiku dengan jaketnya. Padahal aku yakin dia membutuhkannya, tapi aku terlalu lemas untuk menolaknya. Hari itu Cindy sudah seperti perawat pribadiku.

"Yo.. yo.. yo.. Turun!" Aku tertidur untuk waktu yang tak begitu lama, sampai suara Aldi yang selalu berisik itu menggangguku. Benar-benar!

Saat aku membuka mata, tahu-tahu dia sudah berdiri di sampingku. "Bangun! Kenapa Lo? Teler?"

Lo lihat aja sendiri.

"Wah, gawat. Kuat jalan nggak? Apa mau gue gendong?" What!? Aku langsung menatapnya horror.

"Berisik Lo. Pergi sana, hush..." Cindy berusaha untuk mengusirnya.

"Buruan turun woi... Jangan berhenti di tengah jalan." Protes seseorang dari belakang. Dan aku yakin itu adalah suaramu. Memangnya siapa lagi yang hobi memanggil orang lain dengan sebutan 'woi'.

"Aldi, ngapain sih Lo? Kebelet ini gue." Protes yang lain.

Jarak antar kursi memang cukup dekat. Apalagi ransel Aldi yang sudah seperti ransel camping itu benar-benar menghalangi jalan. Jika diingat kembali kenapa juga Aldi memakai tas itu, Vin? Kelakuan-kelakuan konyolnya semasa sekolah adalah hal kedua yang sulit aku lupakan, setelah kamu tentunya.

"Buruan," Dio yang berdiri di belakangnya, mendorongnya.

"Woles, brother."

Setelah turun dari bus, kita di kumpulkan di sebuah ruang pertemuan. Kita duduk menurut kelompok yang telah dibagi. Sekitar 45 menit kita menerima sesi seminar yang diselingi oleh sesi tanya jawab.

Kemudian acara dilanjutkan dengan mengelilingi lab biologi. Semua terlihat bersemangat. Kecuali diriku yang memang masih merasa teler.

Aku tidak dapat menceritakan secara detail mengenai kunjungan pertama kita. Karena tubuhku yang tidak nyaman, jujur saja aku juga tidak begitu menikmati acara itu. Membosankan.

Sebelum kembali memasuki bus untuk melanjutkan perjalanan berikutnya, seorang teman kita menyarankan untuk melakukan foto bersama. Foto kelas yang dicetak ukuran A4 oleh Aldi kemudian dia bawa pada acara reuni angkatan kita.

"Baris yang rapi."

"Yang cowok, yang tinggi-tinggi bisa pindah ke belakang."

"Kamu.. kamu tetep di depan aja." Ucap salah seorang guru pendamping yang berbaik hati bersedia memfotokan kita.

"Heh! Lo di sini aja," Tina menarik Harry yang berniat pindah ke belakang.

Sephia : Sepenggal Kisah di Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang