7. Issue

38 5 0
                                    

Sephia-Chapter 7

Aku pasti sudah gila. Aku pasti sudah gila. Aku pasti sudah gila. Aku mengepalkan tanganku, sementara kalimat itu terus saja ku ucapkan pada diriku sendiri. Mencoba menyakinkan diriku bahwa apa yang ku rasakan ini salah. Menampik sebuah rasa yang semakin lama terasa semakin membuncah dalam hati. Terasa semakin jelas. Namun aku terus saja menampiknya. Kini, hati dan pikiranku berperang.

Mana mungkin gue suka sama Gavin?

Tapi kenapa gue gemeteran gini?

Enggak, enggak. Ini pasti karna gue belum makan.

Apa gue beneran suka Gavin?

Enggak! Gue sukanya Justin Bieber titik.

Tapi 'kan Gavin lumayan juga.

Arrrggh!

Aku kembali membasahi wajahku, kemudian mengusapnya asal. Menatap pantulan diriku di dalam cermin.

Astaga, wajahku masih semerah tadi!

"Lama amat, ngobrol sama tai, lo?" Aku pikir Rara akan bersikap cuek seperti biasanya, namun ternyata tidak. Dia langsung menyumpal mulut licin Tina dengan plastik bungkus rotinya. "Hmmphh."

"Mulut lo, Na. Makin tak terkontrol."

"Habis lama banget sih!" Kemudian matanya beralih kepadaku. Menatapku seakan memang akulah yang bersalah dalam hal ini.

Rara tak menanggapinya. Dia justru ikut menatapku. Tapi bukan tatapan seperti biasanya. "Lo kenapa? Lo habis makan apa?"

"Ha? Pesen makan aja belum," sahutku.

"Tapi muka lo merah. Kayak gue kalau habis makan seafood." Dia menyipitkan matanya, "Lo alergi kayaknya."

"Ngaco lo, Ra."

Cindy, Tina dan Felli pun ikut menatapku intens. Terhasut oleh kalimat Rara." Ihh, tapi iya ahh," timpal Cindy.

"Demam kali," tangan Cindy menempel pada dahiku, "tapi nggak panas."

Aku menepis tangan Cindy dari dahiku, "Ngaco dah lo pada. Udah ahh balik kelas aja yuk."

"Tapi lo 'kan belum makan apa-apa."

"Udah nggak usah. Selera makan gue ilang gegara mulut Tina." Tina membalasnya dengan wajah masamnya.

"Bisa pingsan lo ngadepin Bu Reni kalau nggak makan apa-apa." Kemudian Felli melempar sebungkus roti padaku, "makan tuh."

***

Detik berganti detik, jam berganti jam dan hari berganti hari, nyatanya kamu tidak menganggap serius apa yang telah kamu lakukan padaku. Buktinya kamu masih sama seperti sebelumnya. Apakah aku yang terlalu berharap? Apa pula yang sebenarnya perubahan yang aku harapkan darimu?

Semenjak kamu resmi menjadi anggota OSIS, kamu jadi sering tidak ikut kelas. Mungkin karena guru sering melihat bangkumu kosong, Dio jadi ditarik untuk duduk di bangkumu. Dan berakhirlah kamu duduk sendirian di meja paling belakang-jika kamu ikut kelas. Padahal ada Syarif yang juga duduk sendiran, namun kamu lebih memilih menguasai meja paling belakang itu sendirian.

Sebenarnya tidak ada aturan khusus yang menyebutkan bahwa kita tidak bisa berganti bangku. Buktinya teman-teman kita yang lain sering bergonta-ganti bangku ataupun teman semeja. Mungkin hanya beberapa siswa saja yang memilih untuk tidak melakukannya, termasuk kita di dalamnya.

Sephia : Sepenggal Kisah di Masa LaluWhere stories live. Discover now