5. Semangkuk Soto.

54 5 0
                                    

Sephia- Chapter 5

Di hari setelah insiden memalukan di depan ruang OSIS itu, aku bahkan tak berani menatap kedua bola matamu. Terlalu memalukan untukku, Vin. Dan orang gila mana yang akan sanggup melakukannya?

Oh... o... sepertinya ada satu orang.

"Vin, gue lihat buku matematika Lo dong." Tak perlu tanya siapa gadis gila yang membawa buku tulis lengkap dengan pulpen dan tip-ex itu.

"Nih." Dan kamu, kamu sendiri sama gilanya dengannya.

"Yes, makasih ya Vin." Dengan semangat yang melebihi semangat para pejuang kemerdekaan, Cindy menarik bangkunya ke arah mejamu.

"Woi, Lo nggak mau ikutan pinjem buku gue?" Aku terdiam sesaat. Tunggu, aku tidak sedang berhalusinasi 'kan? Kamu menawarkan bukumu untuk aku contek? Aku tak tahu harus bahagia atau tidak, karena aku sendiri tak tahu motifmu saat itu. Entah kamu memang peduli denganku atau justru meremehkan kemampuanku. Aku yakin yang kedua.

"Biarin aja, Vin. Dia udah selesai kok." Cindy menyahut enteng.

"Lah, temen sebangku Lo aja udah selesai. Kenapa repot-repot pinjem buku gue?" Karena aku tak akan mau meminjamkannya, batinku.

"Iya, udah sih. Tapi gue nggak yakin sama hasilnya." What? Aku langsung menoleh ke arah kalian.

"Maksud Lo apa, Sin?"

Cindy memperlihatkan cengirannya. "Nggak maksud apa-apa kok. Hehehe..."

"Nggak lucu."

"Nggak maksud ngelawak juga kok." Aish!

"Coba gue lihat buku Lo. Gue sendiri nggak yakin sama nomer 7." Eh? Butuh beberapa detik untukku mencerna kalimatmu.

"Eoh? Oh... nih." Aku melempar buku tulisku ke mejamu. Kemudian aku berbalik lagi, fokus membaca novel. Tidak, lebih tepatnya berpura-pura membaca novel.

Dari bangkuku, aku dapat mendengar suara yang dihasilkan oleh kertas saat kamu membaliknya lembar demi lembar.

"Kenapa, Vin? Kenapa Lo natapnya gitu banget?" Aku melirik sekilas ke arah Cindy. Sungguh, sebenernya aku sangat penasaran dengan hal yang disebut Cindy 'gitu banget'.

"Nggak. Cuma ternyata omongan Lo bener juga."

"Gue bilang juga apa, Vin."

Kamu menepuk-nepuk bahuku dengan buku tulisku. "Woi, Lo banyak yang salah ini."

"Apa sih, Vin? Nggak usah sok pinter deh."

"Terus Lo pikir Lo pinter?"

Aku hanya mendengus sebal. "Mana mana?"

Dan pagi itu kamu menceramahiku layaknya aku adalah seorang siswi paling bodoh di kelas. Aku tidak bodoh, Vin. Perlu kutegaskan berapa kali? Jika aku sebodoh itu, bagaimana bisa aku diterima di sekolah ini?

"Cepetan nyalinnya! Keburu Bu Rusti dateng."

"Bawel Lo, Sin."

***

"Itu sih Lo kurang teliti aja sih. Kebayakan salah di tanda +/- aja." Simpul Rara sambil membolak-balik buku tulisku. Sudah kubilang bukan, aku tidak sebodoh itu, Vin.

Sephia : Sepenggal Kisah di Masa LaluDonde viven las historias. Descúbrelo ahora