Gelar Sarjana

405 16 0
                                    

Beberapa tahun kemudian, aku sampai pada hari kelulusan, aku senang sekali dihari kelulusanku, Mama dan Kakakku Brandon datang membawakanku bunga. Ayahku juga datang tapi tidak bersama dengan ibu tiriku, beliau datang sendiri.

"Congratulation Adikku Anna!" kata kak Brandon.
"Makasi kakak!"
"Akhirnya anak cantik Mama lulus" kata Mama.
"Iyaa Ma" kataku memeluk mereka.
"Selamat Anna" kata Ayah yang sambil memelukku.
"Terima kasih udah hadir, Yah" aku tersenyum.

Selvi dan Amanda datang menghampirku, kami bertiga menangis waktu itu. Bagaimana tidak, suka maupun duka saat dikampus, kami lalui bersama sama. Dulu jika sedang banyak tugas, atau sedang malas kuliah, kami selalu bilang "Kapan sih kita tamat dari kampus ini?", tapi sekarang kelulusan sudah didepan mata, kami sedih harus berpisah.

"Jangan lupain aku ya" kata Selvi.
"Enggak akan lah" kataku.
"I love you guys. ." peluk Amanda.
"Ingat ya, nanti gak boleh sombong kalau sudah jadi orang sukses!" kataku.
"Iya janji" jawab mereka.
"Nice to meet you guys" kata Selvi kembali memelukku dan Amanda.

Tidak lama kemudian, Clara dan Trisha juga datang dihari kelulusanku, sayangnya Bianca tidak bisa datang karena dia sedang mengikuti test wawancara untuk beasiswa ke luar negeri.

Aku ingat, Clara dan Trisha saat itu membawakanku balon berwarna merah muda haha. Tapi memang aku yang memintanya, banyak sekali. Bisa dihitung sekitar seratus buah.

"Permisi, apakah ibu yang bernama Claudiana Putri?"
Kata Clara yang sedang menyandaiku.

"Iya saya sendiri" kataku tersenyum.

"Baik, ini pesanannya ya sist, balon merah muda dihari kelulusan sudah kami hantarkan" jelasnya.

"Haha ya tuhan seriusan dibawa" kataku tertawa.

"Totalnya 600 ribu loh Na, kita susah nih bawanya" kata Clara.

"Terus bunganya mana?" tanyaku.

"Nihhh"
Trisha memberikanku sebouqet bunga gerbera merah yang besar sekali.

"Aduh kalian ini totalitas sekali" kataku tersenyum.

"Rencana nya tadi kita mau bawain kamu karangan bunga Na, biar beda" kata Trisha.

"Eh jangan dong, emangnya aku mati" kataku.

"Udah dituruti ya buk dokter permintaannya" kata Clara.

"Iya terima kasih sahabat sahabatku. . . "
Aku tersenyum memeluk mereka, dan waktu itu aku menangis karena terharu.

Selang beberapa lama, Deva juga datang menghampiriku.

"Foto kelulusan untuk yang kedua kalinya" katanya sambil merangkulku.

"Kedua kalinya?" tanyaku bingung.

"Masih ingat gak waktu kita SMA? kan kita sempat foto juga waktu graduation, nah sekarang untuk kedua kalinya"

"Oh iya ingat kok haha, ya udah kita foto disana ya"

Hari itu benar benar indah bagiku, keluarga, sahabat, dan teman temanku ada disana. Rasanya lengkap, sempurna sekali waktu itu. Sedih dan senang menjadi satu.

Singkat cerita, ketika liburan tiba, aku mendapat informasi dari dosen pembimbing bahwa aku mendapat beasiswa ke Australia, memang beberapa bulan lalu aku sempat mengikuti testnya. Aku senang, harapanku akhirnya dikabulkan. Usahaku selama ini tidak sia sia.

Ya, tentu saja aku akan pergi ke Australia dan tinggal disana. Sebelumnya aku sudah memikirkan hal ini, siap tidak siap aku harus belajar mandiri mulai sekarang. Anna yang dulu dikenal orang sebagai anak yang manja, kini akan keluar dari zona nyamannya. Kebetulan Mama dan Ayahku juga sudah mengijinkanku untuk melanjutkan study disana.

Pena WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang