June lanjut membuka diary selembar demi selembar. Memahami setiap kalimat yang Jisoo tulis, Jisoo menjelaskan semuanya disana. Tidak ada yang tertinggal, semua sangat jelas. Bahkan mata June sedikit memanas, begitu banyak yang ia tidak tau.

June menutup diary dan langsung memeluk Rose.

"Makasih" ucap June pelan. Rose menepuk-nepuk punggung june.

"Lo pantas tau"

"Gue bakal nemuin hyung" Ucap June seraya melepas pelukannya. Rose tersenyum sebagai jawaban.

"Jangan kasih tau Jin tentang ini"

June mengangguk lalu ia pergi meninggalkan Rose sendirian. Rose memandang punggung June yang pergi lalu ia melihat langit malam yang begitu indah, seakan ikut tersenyum bersamanya. Rose tersenyum lebar. Tak ada yang perlu mereka cemaskan sekarang, baik ia dan Jin akan menjalin hubungan dengan indah. Seindah bintang-bintang yang ada dilangit malam ini.
.

.

.

Seulgi berjalan ke arah Kai.

"Gimana hasilnya?"

"Bagus, tapi tatapan lo kurang tajam kaya biasanya" ucap Kai yang terus melihat hasil jepretannya.

Seulgi memandang Kai malas.

"Gue istirahat dulu yee, ntar cari gue kalo dah mulai" pamit Seulgi sambil memakai masker.

"Jangan pergi jauh jauh lu"

Seulgi menjauh dari tempat pemotretan yang berada di sungai han. Menelusuri setiap sisi sungai han dengan pelan.

Akhir-akhir ini ia merasa kurang semangat, kurang banyak bicara dan terlalu menyedihkan untuk diingat. Entah kenapa, dia juga tidak mengerti.

Apa karena meninggalnya Yeri atau Jimin? Seulgi berhenti dan menghela nafasnya.

Sebenarnya ada apa dengan mereka. Sampai sekarang mereka belum saling tegur atau sapa. Padahal mereka sudah besar kenapa tingkah mereka seperti anak kecil. Sebentar lagi liburan musim panas berakhir dan mereka akan kembali sekolah seperti biasanya. Apa ia dan Jimin akan saling menghindar. Kalo diingat-ingat, kenapa ia dan Jimin tidak pernah sedikit saja tidak ada masalah.

Seulgi melanjutkan jalannya yang sempat tertunda. Ia terus berjalan memandang ke arah sungai.

Langkahnya tiba-tiba terhenti, matanya teralih ke depan melihat sosok yang ia pikirkan saat ini.

Sosok yang berada jauh didepannya. Yang juga memandangnya.

Matanya bertemu dengan sosok yang ia rindukan. Pandangan mereka bertemu mengundang rasa rindu itu semakin menjadi.

Seulgi mundur beberapa langkah. Kemudian ia berlari kencang ke depan, menabrak dada seseorang yang menghantuinya akhir-akhir ini. Menangis dan memeluknya dengan erat. Jimin membalas pelukan Seulgi tidak kalah eratnya. Ia menangis, menangis seseguk-seguknya.

Jimin tertawa kecil sesekali mengelus pucuk kepala Seulgi dengan lembut.

"Kenapa nangis?"

"Ja..ja..hat"

"Seul lu jangan alay"

"JIMIN!!" Bentak Seulgi sambil mukul sebel Jimin.

Jimin ketawa melihat tingkah Seulgi.

"Iya.. Iya.. Sini" Jimin kembali memeluk tubuh kecil Seulgi. Memeluknya erat tanpa perasaan canggung sekalipun, walaupun mereka beberapa lama ini berusaha tidak saling mengenal.

Seulgi mendongak menatap Jimin dengan mata sembabnya.

"Jim..."

"Seul..."

Dumb-Dumb ✓Where stories live. Discover now