Chapter 14

5.6K 714 54
                                    

°°°

Rose menarik kopernya menuruni tangga rumah Irene dengan perlahan. Kalau jatuh kan gak lucu. Hingga Rose sampai diambang pintu.

"Rose, lo yakin pengen balik ke rumah lo? Lo gak kesindir sama omongan gue selama ini, kan? Gue sebenernya cuma asal ngomong doang elah. Sumpah!" kata Irene.

"Siapa bilang gue kesindir? Gue cuma mau pulang aja. Walaupun gue gak bakal disambut, setidaknya tetap mau pulang. Gue kangen bantal guling gue di rumah." Rose meluk Irene sebentar. "Ya udah deh, gue pergi. Bye bye sampai ketemu besok di sekolah. Ayo, kita tindas makhluk yang tidak berdosa besok!" ucap Rose menyemangati. Udah tau gak berdosa masih ditindas.

Irene hanya melambaikan tangannya. Sedikit sedih karena gak ada lagi babu rumahnya.

Rose berjalan selangkah demi selangkah sambil menarik koper yang gak berat sama sekali. Sebenarnya dia gak ada niatan buat jalan kaki tapi karena keadaan dompet yang gak mendukung akhirnya dia mengharuskan untuk jalan kaki. "Bangke! udah capek laper lagi, mana gak ada uang. Coba tadi gak minta sama Irene. Tapi malu sih gila, mau taroh dimana muka!" Si Rose ngomong sendiri kayak orang stress. Sampai ada cowok-cowok pencinta noona yang mau godain Rose jadi kabur gegara lihat Rose ngomong sendiri. Dikira Rose beneran stress kali ya.

"Aduh gue laper banget. Kenapa gak makan dulu sebelum pergi." Lagi-lagi dia menyesal telah meninggalkan rumah Irene tanpa berpikir secara matang.

Sampai Rose lewat di depan restoran Jin. Dia diam sebentar sambil memandang restoran yang bahkan wanginya tercium sampai di tempat dia berdiri. "Kalau gue makan di sini bayar gak ya? Pasti enggalah kalau gue jual namanya Jin. Gue kan temannya." Lagi situasi kayak gini aja baru ngakunya temen. Ta* emang. "Eh tapi jangan deh. Harga diri gue mahal, tapi gue laper." Rose mengosok-gosok perutnya yang datarnya kebangetan.

"Bodoh! Ngapain berharap dapat makan dari dia." Rose lalu pergi berlalu dengan cepat karena takut tergoda.

Ting

"Selamat datang, anda ingin pesan apa?"

"Gue pesen nasi goreng satu. Telurnya setengah mateng ya. Gue temennya Jin, jadi makannya gratis, kan? "

 Gue temennya Jin, jadi makannya gratis, kan? "

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kak, Ji..." panggil Joy pelan pada Hoseok yang sedang asyik menonton TV.

"Apa?" jawab Hoseok.

Joy lalu mendudukan dirinya di samping cowok itu. "Kak, gimana ya kalau aku pindah dari sini?"

Hoseok memandang Joy terkejut. Dia kaget kenapa Joy tiba-tiba mau pindah, padahal selama ini mereka gak punya masalah atau apapun yang menyebabkan Joy harus pindah. Di luar dari masalah antar geng maksudnya. "Kenapa tiba-tiba?"

Hoseok ini kalau udah sama Joy ngomong, ngomongnya lembut banget. Pakai aku kamu, aku kamuan, dia anggap adik si Joy ini. Iyalah, mereka sudah tinggal bareng berapa tahun gitu, dari si Joy masih bontot sampai dia segede ini. Hebat ya Hoseok padahal bukan saudara apalagi pacar. Masih bisa mengontrol perasaan dan nafsunya. Kebanyakan sih kalau cewek sama cowok tinggalnya satu atap pastilah mereka akan...

Dumb-Dumb ✓Where stories live. Discover now