Chapter 31 / JinRose Part

6.2K 647 245
                                    

°°°

A/n : Dibaca ulang gih bagian jinrose, ntar malah gak nyambung. Dibaca mulai Rose ninggalin Jin. Oke!

Jin memandang punggung Rose, saat Rose pergi dari mobilnya. Membanting pintu mobil dengan kasar. Sekasar pantat orang dewasa.

Laki-laki itu memukul stir mobil dengan keras. Ada perasaan menyesal ketika harus membuat Rose menangis. Tanpa ragu dia menghidupkan kembali mobil dan pergi menjauh dari halaman rumah Irene. Dia kembali merogoh kantong sakunya sambil fokus pada jalanan. Ingin menelepon seseorang penyebab tidak bisa bersatunya dia dengan Rose. "Lo di mana? "

"...."

"Kita perlu ngomong, tunggu gue."

.

.

.

June pergi keluar apartemen untuk membeli mie instan. Mie instan adalah makanan yang akan dimakan saat masa-masa kritis. Jadi, ceritanya June lagi bokek. Belum gajian, apalagi dia cuma pelayan cafe. Untuk menghemat pengeluaran, June rela siang malam makan mie instan pakai nasi biar kenyang.

Mari kita bahas sedikit tentang keluarga June.

June adalah anak kedua dari keluarga Kim. Dia punya abang bernama Jin, yang punya restoran itu loh. Sebenarnya June hanya anak angkat dari keluarga tersebut. Dia terpaksa dipungut di jalan oleh keluarga Jin, karena saat June ditemukan, cowok itu telah tewas dengan lumpur di sekujur tubuhnya. Ah Ralat, kecebur di lumpur maksudnya.

Karena dia hanya anak angkat, dia mendapat perlakuan berbeda dari abangnya. June menyadari itu semua. Jadi, setelah dia beranjak dewasa, dia pun pergi meninggalkan rumah keluarga Kim. Namun, itu hanya salah satu alasannya....

Masih ada alasan yang lain.

Yaitu....

Dia punya masalah dengan Jin. Jin telah merebut Jisoo dari tangannya, saat dia dan Jisoo masih berstatus pacaran. Itu memang sudah lama, sangat lama. Tapi June tidak pernah melupakan itu.

June pulang dengan menenteng plastik indomaret-_- yang berisi 2 bungkus mie. Berjalan dengan santai sambil bersiul, bikin dia merinding sendiri. Itu karena tiba-tiba dia mendengar suara tangis seseorang. Dirinya mencoba mengabaikan tapi kalah dengan rasa penasaran. Dia pun mencari sumber air mata.

Dan akhirnya menemukan seorang cewek menangis yang duduk di kursi sambil menangkup wajah dengan kedua tangan.

June mengenal cewek itu. Dia pun mendudukkan dirinya di samping mbak mawar. Cewek yang dia tau dekat dengan Jin.

"Lo kenapa?" tanyanya.

Rose pun memalingkan wajah ke arah suara. Dengan mata yang sembab, hidung memerah, dan bibir bergetar. "G-gue capek...."

Seketika itu pun Rose pingsan tersandar tepat di bahu June. June tersenyum kecil, sedikit menyesal. Seharusnya dia gak menegur tadi. "Lo nangisin Jin, ya?" June bertanya walau tau yang ditanya tidak akan menjawab. "Apa gue mesti mengubah rencana gue buat melindungi lo gitu?" sedikit kekehan terdengar yang membuat June menghela napasnya pelan. "Gue jadi gak punya kesempatan buat balas dendam dong, gue jadi gak bisa manfaatin lo kalau lo-nya lemah kayak gini."

Dumb-Dumb ✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu