Chapter 44

2.9K 451 171
                                    

.

.

.

Namjoon memberhentikan mobil tepat di apartement almarhum Jisoo, disanalah Jennie tinggal. Namjoon turun dengan payungnya, membukakan Jennie pintu mobil dan mengantarkan Jennie sampai teras.

“Mau singgah?” tawar Jennie.

“Gak, gue ada urusan sebentar”

Jennie mengangguk, Namjoon tersenyum dan membelai lembut rambut Jennie yang sedikit basah.

“Masuk gih, dingin, ganti baju lo!”

Jennie menurut dan masuk. Dillihatnya Jennie masuk, Namjoon pun pergi ke sebuah tempat.

.

.

.

Joy masuk diiringi Jhope. Joy menaruh belanjaannya di atas meja makan. Ia melepas mantelnya dan segera membereskan belanjaannya. Tiba-tiba raut wajahnya berubah mengingat Jhope yang tidak menjawab permintaannya. Apa sangat susah dengan menjawab Ya saja. Kenapa Jhope membuatnya semakin susah, bukankah mereka sama-sama sayang? Ia sedikit kecewa dan mulai berpikir bahwa Jhope hanya sekedar sayang sebagai keluarga mungkin, walau kenyataannya, mereka bukanlah saudara.

Joy selalu menahan diri untuk tidak memiliki hubungan dengan cwo lain hanya untuk menunggu Jhope mengungkapkan perasaannya. Jujur, jika seperti ini terus. Joy mungkin akan menyerah pada Jhope.

Tidak lama Jhope datang ikut membantu. Namun tidak ada percakapan diantara mereka. Situasi ini terlihat asing. Joy berusaha untuk terlihat biasa namun kenapa dia tidak bisa. Hingga akhirnya mereka selesai dan Joy berencana untuk pergi ke kamar.

“Joy.”

Joy berbalik menatap Jhope.

“Kenapa?”

Jhope terlihat menarik nafas.

“Maaf mungkin hubungan kita akan seperti ini sampai seterusnya.”

Joy menatap Jhope untuk mendengarkan ucapan Jhope selanjutnya.

“Kamu tetap akan menjadi adik tersayangku sampai kapanpun. Kita pasti akan menemukan kebahagian kita masing-masing.”

Tanpa terasa buliran bening mengalir di pipi Joy tanpa isakan. Ia masih tetap menatap mata Jhope, mencari kebohongan di mata Jhope. Ia berharap, Jhope hanya berbohong dan bercanda padanya.

“Kita sudah ditakdirkan untuk begini.”

Joy mengusap pipinya.

“Aku mengerti kak..” Joy pergi meninggalkan Jhope dengan air mata yang kembali keluar.
.

.

.

Wendy dan Suga telah sampai dirumah dengan basah kuyub. Wendy mengigil kedinginan sambil memeluk tubuhnya sendiri. Suga yang melihat itu dengan cepat mencari handuk dan menyalakan pemanas.

“Lo duduk di sini ya. Tunggu bentar.” Pinta Suga pada Wendy. Selagi Wendy duduk Suga mencarikan baju untuk Wendy.

Wendy menggosok-gosok tangannya mencari kehangatan. Tidak lama Suga datang dengan membawa baju ganti untuk Wendy. Suga juga udah ganti baju.

“Mau pakai sendiri atau gue yang pakaikan?” tawar Suga sambil menyerahkan baju.

“Pakaiin.” Pinta Wendy, dan permintaan Wendy bikin Suga menelan ludah.

Suga membuka baju Wendy. Dia Cuma bisa sabar waktu liat melon bergelantungan. Masa iya, dia juga yang gantiin bh Wendy. Udah pernah liat sih tapi kok tetap shy shy ya. Suga dengan lihai membuka pengait bh basah Wendy. Lihai banget ya, ketahuan udah sering. Sering emang, waktu Wendy sakit. Siapa dong yang bantuin Wendy ganti baju. Ya Suga lah, siapa lagi. Tetangga? Mau Suga sleding tuh tetangga kalo sampai berani nyentuh Wendy.

Dumb-Dumb ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora