Eunha mengangguk. Ia merapatkan mobilnya serapat mungkin dengan badan bus. Menyisakan sedikit jarak aman.

"Yerim, tangkap!," seru Jungkook melemparkan tang yang langsung ditangkap Yerim dengan sigap.

"Apa yang harus kulakukan?!," seru Yerim bertanya pada Jungkook. Angin malam yang kencang ditambah suara mesin bus yang berisik akibat dipacu dengan kecepatan tinggi membuat keduanya harus berteriak.

"Kau harus menon-aktifkan bomnya! Aku akan mengarahkannya lewat telepon!," teriak Jungkook.

Yerim terdiam. Ia sempat berpikir sejenak sebelum mengambil ponselnya lalu menghampiri bangku pengemudi.

Jungkook kembali masuk kedalam mobil. Ia meraih ponsel Eunha.

"Eunha, terus sejajarkan kita dengan Yerim," ucap Jungkook sambil melakukan panggilan pada Yerim.

"Apa yang harus kulakukan?"

"Apa kau melihat yang aneh dipedal rem? Kotak? Kabel? Atau lainnya?," tanya Jungkook. Mencoba menerka-nerka rupa bom yang dipasang Nichkhun.

Yerim memperhatikan pedal rem. Terdapat sebuah kabel yang terhubung kedalam kotak hitam kecil disamping pedal gas yang masih diinjak supir dengan kaki yang gemetar.

"Ada kabel terhubung dengan kotak hitam kecil. Apa aku harus memotongnya?," tanya Yerim dengan ragu.

Jungkook tampak berpikir keras. "Apa kau bisa melihat isi kotak itu Yerim?"

Yerim menjulurkan tangannya berusaha meraih kotak itu. Saat ia ingin membukanya, tutup kotak tersebut terhalang pedal gas sehingga hanya terbuka setengah. Yerim mengernyit saat melihat lampu merah redup berkedip-kedip didalamnya.

"Jungkook, kotaknya tidak bisa terbuka sempurna. Terhalang pedal gas, aku tidak bisa meminta supir menaikan kakinya, kecepatannya nanti menurun," ucap Yerim dengan nada bergetar. Ia menatap para penumpang lainnya yang kini berkumpul dibarisan depan, saling berpelukan. Mereka menatap Yerim penuh harap. Matanya menoleh pada sang supir yang sudah berkeringat dingin. Berusaha mati-matian mempertahankan kecepatan bus tersebut.

Jungkook memejamkan matanya. Berusaha membayangkan situasi yang dijelaskan Yerim. Tak bisa, ia harus melihatnya sendiri, tapi tidak mungkin bisa dilakukannya.

"Yerim, lompatlah keatas mobil Eunha," ucap Jungkook pelan membuat Eunha melotot kaget menatap Jungkook. Yerim yang berada diseberang panggilan juga mengernyit bingung.

"Kau gila Jungkook, itu sama saja berbahayanya!," seru Yerim sambil menatap atap mobil Eunha yang terlihat dari ambang pintu bus.

"Yerim tak ada cara lain!," teriak Jungkook frustasi.

Yerim kembali menoleh pada para penumpang, menatap nenek dan cucu yang berpelukan sambil menangis ketakutan.

"Aku tidak akan meninggalkan penumpang yang lain Jungkook," ucap Yerim sambil menatap Hyunnie. Ia tersenyum kecil untuk menenangkan anak itu. "Tak seorangpun"

"Yerim, ini bukan saatnya bersimpati"

"Kalau begitu pulanglah Jungkook! Aku tidak akan turun tanpa penumpang yang lain!," Yerim memutuskan panggilannya dengan kesal lalu mulai berkutat pada bom dihadapannya.

"Yerim! Kim Yerim! Sial, wanita itu benar-benar!," Jungkook menggebrak dashboard dihadapannya. Eunha baru saja akan mengomeli Jungkook yang telah memukul mobilnya tapi tidak jadi karena situasi yang tidak tepat.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?," tanya Eunha hati-hati.

Jungkook mendesah frustasi. Ia mengacak rambutnya kasar lalu menatap pintu bus yang terbuka. Yerim tidak terlihat, tapi ia dapat melihat para penumpang lainnya. Ada lansia dan anak kecil disana. Jelas Yerim pasti tidak akan meninggalkan mereka.

Red Thread • [ jjk × kyr ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang