#9 Keputusan

Beginne am Anfang
                                    

Aku masih menyunggingkan senyumku padanya saat ia langsung melihat isi ponselnya.

"Nuguya? 'Nae Inggani-Sarang'?" Tanyaku pura-pura tak tahu kalau itu pasti Namchingnya.

Mendadak Se Na menatapku dengan aneh. Sepertinya ia marah padaku. Tapi, kenapa?

"Kau membacanya? Semuanya? Wae? Kenapa kau menggunakan ponsel orang sembarangan!" Kata Se Na dengan sedikit berapi.

"Se Na-ah... Noe Waeirae..?" Tanyaku sedikit takut dengan Se Na di depanku sekarang.

"Noe molla?! Siapa yang memberimu ijin untuk melihat isi ponselku? Ini privasiku!"

"Kau marah? A- Aku membacanya karena penasaran. Kau tidak pernah selama ini memberitahuku kalau kau-

"Aahh... Penasaran? Sampai kapan kau akan penasaran dengan diriku? Apa aku ini orang istemewa bagimu?"

"Ne?! Kau sahabatku. Tentu saja kau istemewa bagiku. Ucapan mulai aneh, Se Na-ah..."

"Naif! Aku membencimu. Dari dulu, kau selalu saja bersifat naif pada semua orang. Aku muak dengan itu! Gundae... Noe arra? Apa yang paling aku benci? Berbagi orang yang kucintai dengan sahabatku sendiri"

"Apa maksudmu? Gimanhae, Se Na-ah! Aku tak ingin bertengkar karena masalah seperti ini. Mianhe... karena aku menyentuh ponselmu tanpa ijin. Jinjja, mianhe.." ucapku.

Air mataku jatuh seketika. Entah kenapa aku merasa aneh dengan situasi ini. Aku belum pernah sekali pun bertengkar dengan Se Na. Bahkan dalam situasi apa pun aku tak pernah melihatnya semarah ini.

"Aku akan pulang. Istrahatlah, kau pasti kelelahan karena seharian bekerja." Kataku dan mengambil tasku

Tanpa ia menjawabku. Aku sudah bergegas keluar.Tapi sebelum itu, aku sempat melirik foto kami berdua saat masih di High School yang berada di atas meja. Sedih rasanya ketika berada di titik seperti ini.

****

¤Se Na POV¤

Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri. Ji Yeon pasti sangat terkejut. Aku juga tahu kalau ia tadi ketakutan saat aku membentaknya tadi. Dan lebih membuatku sedih lagi adalah dia menangis.

Ji Yeon yang ku kenal sangat kuat sekali. Ia selama ini tak pernah menunjukkan air matanya di depan semua orang. Bahkan saat kakek dan nenek kesayangannya meninggal bersamaan ia sama sekali tak terlihat menangis.

Tapi sekarang...???

Emosiku benar-benar menguasaiku. Aku tahu, lambat laun hubunganku dan Tae Yang akan ketahuan oleh Ji Yeon. Seperti sekarang. Ji Yeon pasti sudah tahu hubunganku dengan Tae Yang selama ini.

Ji Yeon pasti akan membenciku. Apalagi aku yang memarahinya lebih dulu. Aku sungguh tak tahu malu. Aku yang seharusnya di marahi olehnya. Tidak! Dimarahi saja itu tidak cukup, aku rela mendapat tamparan dan itu sangat pantas untuk aku terima.

Sekarang aku hanya terduduk dan merenungi apa yang baru saja terjadi. Aku sangat merasa bersalah padanya. Mengingat, aku yang mengatakan kalau aku membencinya hanya semakin membuatku sakit di dalam sana. Apa persahabatan kami 20 tahun ini akan berakhir dengan seperti ini?

"Mianhe... Ji Yeon-ah... Aku yang bersalah! Hiks.. hiks..." ucapku merintih sendiri dalam kamar.

****

¤Tae Yang POV¤

Se Na pasti menyukai bunga ini. Ini bunga kesukaannya. Bunga tulip putih menjadi idolanya. Bisa dibilang Se Na adalah maniak dari bunga tulip putih ini. Kini aku berdiri tepat di pintu apartemenennya. Aku tak ingin masuk begitu saja. Walau aku tahu sendiri passwordnya adalah hari dimana kami bertiga bersama Ji Yeon resmi berteman.

ANDANTE 2Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt