Patah Hati di Bandara

16.2K 1.5K 628
                                    

🎵The Weight by Shawn Mendes🎵

.
.
.

Tak ada patah hati yang menyenangkan. Begitu simpul cowok dengan setelan jas yang sedang berdiri di atas panggung berteman riuh tepuk tangan untuknya. Menjadi wisudawan terbaik jelas prestasi yang membanggakan, tapi setelah apa yang terjadi di butik tiga hari lalu, semua bahagia yang datang terasa tak berarti untuk Andra.

MC acara mempersilahkan Andra menyampaikan sepatah dua patah kata, sekedar kesan -pesan dan semacamnya. Dan Andra tak pernah merasa semunafik ini untuk memaksa senyum di depan ratusan pasang mata sementara di dalam hati yang ada hanyalah hambar. Kecewa sebab di kursinya, Kia seolah bersikap tidak peduli dengan banyak menunduk. Begitu mengecewakan rasanya, bahkan hadiah sesederhana senyum bangga dan tatapan penuh berbinar dari cinta pertama yang selama ini selalu Andra bayangkan pun sama sekali tidak ia dapatkan.

Tepuk tangan meriah kembali pecah saat Andra menutup kalimat dan dipersilahkan kembali ke tempat. Sekarang Andra sudah bisa membiarkan wajahnya jujur berekspresi, ia sama sekali tak menarik bibir menyambut ucapan selamat dari teman-teman yang duduk di sekitarnya, paling sekedar mengangguk dan berterima kasih singkat.

Congrats, Bro! Gue ikut bangga!”

Mikko dan Azka yang duduk bersebelahan memisahkan Andra dengan Evan—yang sedang mengulurkan tangan—kelihatan sama-sama tegang menunggu reaksi Andra. Dan keduanya refleks saling lirik ketika dengan begitu dingin Andra justru melipat kedua tangannya ke depan dada tak lupa membuang muka.

“Wow, yang lagi galau berat marah-marah mulu nih...” ulah Mikko berceletuk spontan pada Andra langsung Azka hadiahi dengan satu injakan kaki. Jelasnya Azka sedang memperingatkan Mikko supaya diam saja dan tidak memperpanas suasana.

“Galau itu bukti kalau gue beneran sayang. Dan marah itu hak buat orang yang miliknya diambil sembarangan.” Seloroh Andra tiba-tiba. Tidak begitu keras, tapi cukup untuk sampai ke telinga sasaran. Evan jelas merasa. Dan cowok itu seketika mengatupkan bibir seolah tak tahu harus apalagi selain diam.

Azka dan Mikko sampai melongo melihat bagaimana seorang Andra bisa bicara begitu tajam dan terus terang. Memang, Andra itu tipikal ketus, tapi dia tidak pernah begitu dengan sahabat sendiri. Kemudian Mikko dan Azka sama-sama menghela napas, memaklumi sikap Andra sebab mungkin apa yang terjadi cukup berat untuk mengubah anggapan Andra terhadap Evan.

****

Sesi foto bersama per kelas dimulai waktu serangkaian acara inti wisuda selesai. Seperti biasa, anak kelas XII IPA-1 dapat giliran pertama. Teman-teman Kia tampak sangat bersemangat menuju panggung, sedangkan cewek itu masih di kursinya.

Pengaturan tempat duduk oleh panitia kali ini memang menempatkan Kia untuk dapat kursi di sekitar teman-teman sekelasnya yang tidak terlalu akrab. Alhasil, sejak awal acara dimulai sampai sekarang, Kia sekali tak mendapat teman bicara, bahkan tak ada yang berniat merangkulnya untuk menuju panggung bersama. Alfryda mendapat tempat disamping Nazla, dan dari yang Kia perhatikan, sejak kejadian di butik, Alfryda tampak bingung menentukan sikap padanya. Lalu, untuk mengharapkan Nazla, rasanya Kia tidak berani mengingat apa yang sudah ia lalukan mungkin sudah mengubah semuanya.

Sendiri, dengan perasaan penuh sepi, cewek bergaun merah itu akhirnya maju tanpa teman. Satu yang Kia pikirkan adalah setelah ini ia akan berlari ke Bundamya yang ada di deretan kursi untuk wali murid dan langsung mengajak wanita itu pulang. Yah, mungkin menangis di rumah akan lebih baik daripada hanya duduk seperti orang bodoh menonton keceriaan teman-teman yang saling berfoto membuat kenangan satu sama lain.

Sebab maju paling belakangan, Kia dapat posisi paling pojok—sebelah kiri. Untungnya saja masih di depan karena memang barisan kedua—paling belakang adalah tempat untuk cowok-cowok berdiri. Tiga kali jepretan yang dirasa bagus adalah jatah maksimal, kemudian sesi foto akan berlanjut ke kelas XII-IPA2. Kia turun dari panggung tanpa senyum. Keramaian di sekitar hanyalah hampa untuknya.

Pal In LoveWhere stories live. Discover now