Nerd Vs Siswi Abal-Abal

53K 3.9K 357
                                    

"Masukkan semua buku dan ponsel ke dalam tas. Di meja hanya ada selembar kertas dan alat tulis."

Perintah Bu Ninik-guru matematika XI-IPA1-sukses membuat Kia melongo. Permainan piano tales yang sedang ia mainkan sampai game over karena fokusnya teralihkan. Kia menoleh ke teman sebangkunya sambil menelan ludah. "Jangan bilang..."

Alfryda menghendikkan bahu. "Sayangnya gue harus bilang Bu Ninik punya hobi ngadain ulangan harian dadakan. Contohnya sekarang..."

Kia menjatuhkan ponselnya ke meja, begitupun kepalanya. Alfryda terkikik melihat hal itu. "Sabar... Ini ujian..." ditepuknya bahu Kia, entah memotivasi atau menertawakan tingkah putus asa sahabat barunya.

Kia baru mengangkat kepala saat Alfryda meletakkan selembar kertas ke mejanya. "Ryd, nanti contekin gue ya, plis..." pinta Kia memelas. Raut ingin menangis ditunjukkan supaya Alfryda tidak menolak.

"Pertama ya, Ki, gue tuh nggak seberapa menguasai matematika. Ulangan harian begini, biasanya Bu Ninik kasih lima soal essai. Dan gue Paling juga bisa jawab soal nomer satu sampe tiga doang. Itu pun belum pasti bener." Alfryda menjelaskan sambil berbisik-bisik. "Dan kedua... kita nggak akan satu meja karena setiap ulangan tempat duduk pasti diacak sama Bu Ninik!"

Berita buruk. Kia sudah kehilangan tenaga bahkan sebelum berhadapan dengan soal-soal matematika yang harus ia kerjakan. Bunuh aja gue, Bu...!!! Keluhnya dalam hati. Sudah meletakkan kembali kepalanya ke atas meja.

Bu Ninik selesai menggambar denah tempat duduk di papan tulis. Posisinya sesuai nomer absen. Diacak dan sama sekali tidak berurutan. Alfryda mencari-cari tempatnya sejenak kemudian langsung pindah sambil membawa alat-alat tulis. Kali ini ia duduk bersama Leon.

Merasakan kehadiran seseorang di kursi yang baru Alfryda tinggalkan, Kia menoleh ke sebelahnya untuk mencari tahu siapakah seseorang itu. Mata Kia membelalak mendapati seorang Andra sudah duduk tenang dan sibuk menulis identitas di bagian atas kertasnya. Insting memotivasi Kia untuk segera membereskan barang-barang yang akan ia pakai dan beranjak meninggalkan bangku.

"Kemana lo?"

Pertanyaan Andra menahan tungkai Kia. "Ya pindah ke tempat duduk gue lah!" sebisa mungkin Kia memakai nada bicara yang sombong.

"Bego!" Andra menggelengkan kepala. "Menurut denah, lo kebetulan tetep duduk di bangku yang semula."

Teringat dirinya memang belum meneliti denah, Kia mengarahkan pandangannya ke arah papan tulis dan mencari nomor absennya. Sialnya, perkataan Andra tadi benar. Kia duduk kembali dan mencoba bersikap sesantai mungkin untuk menutupi rasa malu.

Lembar soal dibagikan. Masing-masing dapat satu. Ada lima soal essai persis seperti yang Alfryda katakan tadi. Dan persis seperti yang sudah Kia duga, tidak ada satu soal pun yang tampak mudah baginya. Harus menggunakan rumus apa untuk soal pertama saja Kia sama sekali tidak tahu. Masalahnya, Kia memang lebih menguasai pelajaran-pelajaran yang menekankan hafalan seperti biologi atau PPKN. Sedangkan yang pakai rumus begini, ia selalu saja kesusahan.

Ditengah kefrustrasian, Kia menoleh ke sekeliling, semuanya benar-benar tertib dan keadaan sangat kondusif. Dari jumlah tiga puluh enam siswa di kelas unggulan ini, Kia hanya mendapati empat anak yang melakukan kecurangan: Alfryda dan Leon. Juga Baryu yang duduk sebangku dengan teman terdekatnya, Azren. Kia sampai takjub sendiri, keadaan seperti ini jelas sangat bertolak belakang dengan keadaan di kelas reguler saat ada ujian. Contekan pasti bertebaran dimana-mana, baik lewat kertas ataupun grup contekan WA. Di sekolah lama dulu, tanpa melihat soal pun kertas jawaban Kia pasti terisis penuh walaupun nilainya memang tidak selalu memuaskan.

Pal In LoveWhere stories live. Discover now