Shattered (2)

26.2K 2.3K 516
                                    

Kia dan Derril langsung disambut suasana alam yang tenang ketika sampai di sebuah danau. Pepohonan hijau dan area yang cukup jauh dari jalanan utama membuat kebisingan kendaraan bermotor tergerus sejuk dan gemerisik daun-daun kering yang terpijak kaki. Mata Kia tampak berbinar, baru tahu ada tempat seperti ini di daerah ibu kota.

“Duduk di sana yuk! Ngobrol sambil nyanyi-nyanyi. Gue bawa gitar nih!” ajak Derril saat baru saja selesai memarkirkan mobilnya. Cowok itu menunjuk sebuah tanah di tepi danau yang ditumbuhi rerumputan hijau.

“Boleh!” jawab Kia antusias. Mereka berdua langsung turun dari mobil, dan segera berjalan berdampingan menuju tempat yang ditunjuk Derril.

“Wahh... Lo tau tempat kaya gini juga, Ril? Padahal lo kan baru banget pindah ke Jakarta?” celetuk Kia memulai obrolan. Ia dan Derril sudah duduk sambil meluruskan kaki.

“Gimana bagus kan tempatnya?” cowok yang tengah memangku gitar itu balik bertanya. Tidak menjawab keheranan Kia tadi.
Kia hanya menganggukkan kepala. Sejenak ia memejamkan mata untuk menikmati oksigen bersih di sekitarnya.

Mengisi hangout hari minggu yang memang sudah mereka rencanakan sejak kemarin malam, Derril dan Kia bercakap-cakap panjang mengenang masa kelas sepuluh mereka di Surabaya. Kedua sahabat itu terlihat sama-sama merindukan kota tempat awal mereka saling mengenal.

Ketika topik mulai menipis, Derril mengeluarkan gitarnya. Dan mulai memetik senarnya sesekali, “Lagu yang biasa ya...” katanya lantas memulai bait pertama.

The end of the night...
We should say goodbye...
But we carry on...
While everyone’s gone...

Kia menoleh pada Derril sembari menjentikkan jari mengikuti irama lagu change my mind milik one direction. Diam-diam ia tersenyum sendiri, Derril memang selalu memilih lagu tersebut untuk dinyanyikan bersama.

Never felt like this before-ore...
Are we friends or are we more?
As I’m walking towards the door..
I’m not sure...

Di tengah nyanyian itu, Kia bergelung di dalam hatinya yang seolah masih belum bisa percaya melihat bagaimana dirinya dengan Derril belakangan ini dengan mudah dekat kembali, padahal sudah sekian waktu terpisah jarak dan tidak saling berkomunikasi sama sekali.

Dan kedekatan yang terasa lebih intens dari itu membuat semua tembok pembatas yang sudah coba Kia bangun untuk memisahkan diri sendiri dengan ketidakmungkinan berbentuk seorang sahabat bernama Derril terasa runtuh begitu saja. Harapan yang pernah hilang untuk Kia, seperti terkembalikan.

Sebab jika boleh jujur, sebenarnya Kia memang masih menyimpan semua perasaannya pada Derril. Bahkan mungkin semua itu masih tertata rapi. Hanya terkadang, Kia sering kali berusaha menghalangi siapa pun tahu kalau Derril masih memiliki tempat spesial di hatinya.

“Menurut lo, seumpama gue nembak sahabat sendiri, gue bakal di terima nggak?” lagu selesai dan Derril secara tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang membuat Kia sampai menahan napas beberapa detik.

Kia membuka bibirnya dan bicara sedikit tergagap. “Ma-maksud lo?”

“Yah, gue tanya aja... Pengen tahu pendapat lo...”

“Engg....” Kia menggigit bibir bawah mencoba menekan perasaannya yang tiba-tiba melesat ke langit. “Mungkin?” tidak ada kata lain yang bisa Kia pikirkan untuk menjawab.

Mendengarnya, Derril hanya terkekeh dengan ekor mata yang tidak lepas dari wajah Kia.
Dengan salah tingkah Kia meluruskan pandangan ke air danau yang tenang. Apa-apaan lo, Ril? Lo ngilang dari segitu lama, tiba-tiba hadir lagi disaat gue udah punya... Andra... Satu nama itu muncul membuat Kia kesulitan menelan salivanya sendiri.

Pal In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang