Enam Puluh Sembilan

3.2K 77 2
                                    

"Almyra." teriak Raffa.

"Sayang, Sini." teriaknya lagi.

Almyra sedang sibuk menyiapkan beberapa makanan yang telah ia bawa, menggelar tikar dan mengeluarkan beberapa minuman yang telah ia bawa juga.

Mereka sedang berpiknik bersama disebuat taman yang tak ada seorang pun, hanya mereka berdua. Raffa sedang sibuk dengan sebuah layang-layang yang sudah melayang di langit luas.

Almyra tersenyum bahagia melihat Raffa kembali seperti semula.

Ini adalah hari terbahagianya, semenjak Raffa melupakannya, Almyra tak pernah merasa hatinya sesenang dan selega ini.

"Raffa, makan dulu yuk." ajak Almyra.

"Sini, sayang. Makannya nanti saja." kata Raffa yang masih bermain dengan layang-layangnya.

Almyra pun menghampiri kekasihnya itu. Ia melihat ke layang-layang Raffa yang sangat terbang tinggi jauh di atas langit luas.

Raffa mendapati pinggang Almyra dan memeluknya dari belakang, dagunya di tompang ke bahu Almyra dan sesekali bermain dan meniup daun telinga Almyra, sampai membuat Almyra geli.

"Raffa." kata Almyra yang sedang kegelian akibat ulah Raffa.

Raffa pun mengambil tangan kanan Almyra dan menyuruhnya untuk memainkan benang layang-layang miliknya.

"Aku engga bisa Raffa." kata Almyra.

"Aku ajarin." kata Raffa.

Lumayan lama mereka bermain layang-layang. Sambil tertawa dan bercanda. Sampai akhirnya pun, benang layang-layangnya terputus dan membuat layangan itu terjatuh entah kemana.

"Eh layangannya putus." teriak Almyra yang melihat ke arah putusnya layang-layang Raffa.

"Ayo kita kejar." ajak Almyra.

Belum sempat mengejar, pinggang Almyra ditarik oleh Raffa dan memutar tubuh Almyra menghadap dirinya.

Kini, mereka telah berhadapan dan saling berpandangan. Raffa memajukan badannya hingga semakin dekat jarak antara mereka.

Raffa menggapai kedua tangan Almyra dan menaruhnya tepat di atas kedua bahunya. Tangannya pun berada di pinggang Almyra dan ia memajukan sedikit wajahnya, lalu berbisik di hadapan gadis itu.

"Layangan putus ngga apa-apa, asalkan aku sama kamu, kita ngga boleh putus." ucapnya.

Mendengar bisikan atas ucapan Raffa itu membuat Almyra tersenyum dan membinarkan matanya.

Ia sangat senang dan benar-benar bahagia saat ini.

Raffa pun mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Almyra. Cukup lama. Hingga Almyra memejamkan matanya dan menikmati kecupan yang telah Raffa buat untuknya.

"Aku mencintaimu Almyra." kata Raffa setelah itu.

Mereka saling berpandangan, mata mereka pun tak ada yang berkedip satu sama lain. Mereka juga saling membalas senyuman, hingga Raffa membuat senyuman yang konyol dan membuat Almyra tertawa.

Melihat gadisnya tertawa, membuat Raffa gemas dan menggelitik pinggang kekasihnya itu.

"Emangnya ada yang lucu?" ledeknya.

Almyra pun hanya tertawa. "Hahaha."

Kemudian ia berlari dan dikejar oleh Raffa. Hingga akhirnya, Raffa mendapati diri Almyra dan berkata.

"I Need You."

"My Love, Almyra."

Dan mereka pun berpelukan.

Tapi tunggu, tiba-tiba ada seseorang yang telah menepuk lengan Almyra.

"Almyra... bangun, Nak."

"Bangun."

Almyra bingung.

Apa yang terjadi?

Ia kemudian membuka matanya, mendapati Ibunya telah membangunkan dirinya.

Tidak.

Itu hanya mimpi?

MIMPI.

APA??? MIMPI!

Almyra melompat dari kasurnya dan bangun menuju cermin, ia menepuk-nepuk pipinya dan sesekali menampar kecil pipinya.

Ibu Almyra yang melihat tingkah anaknya pun sedikit heran.

"Ibu kenapa bangunin Lyra sih." ucap Almyra kesal.

Ibu Almyra pun mendekat ke anaknya dan langsung menggoda anaknya.

"Kamu mimpi apa, hayo?" ledek Ibu.

Almyra pun yang wajahnya langsung memerah, mendorong Ibunya untuk keluar dari kamarnya itu.

"Apa sih, Ibu. Keluar sana." kata Almyra dengan mendorong Ibunya keluar.

"Makan dulu, ayo." teriak ibunya dari luar kamar Almyra.

Ia pun menutup serta mengunci kamar tidurnya. Kembali ke cermin, tampak ekspresi kesal dan bete yang terlintas di raut wajah Almyra.

"Kenapa hanya mimpi?" gerutu Almyra.

"Kenapa juga, Ibu bangunin." gerutunya lagi.

"Arggghhhh...."

Almyra pun kesal kemudian teringat akan mimpinya.

"Andai benar-benar terjadi. Aku bakal hentikan waktu itu." kata Almyra.

"Raffa, aku rindu kamu." katanya lagi saat bercermin dan berbicara dengan wajahnya sendiri.

Karena ia memimpikan Raffa, akhirnya  ia pun ingin pergi ke rumah Raffa. Dan bersiap-siap.

Kali ini, Almyra berdandan sangat cantik. Meskipun dengan polesan make up yang super natural, tapi ia sedikit memberikan warna lipstick pink cerah pada bibirnya.

Ia menggunakan dress yang panjangnya hanya selutut dengan warna pink polos, flat shoes pink juga dan tak kalah pentingnya, ia memakai parfum yang sangat wangi.

Entah apa yang membuatnya berdandan seperti itu, tapi ia ingin menampilkan kecantikannya untuk Raffa.

Untuk kekasihnya, meskipun Raffa belum mengingat dirinya.

Semua usaha, pasti ada hasilnya. Walaupun Almyra harus terus bersabar dan menunggu.

Almyra pun keluar dari kamarnya dengan sling bag berwarna hitam polos dan berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"Makan dulu, Nak." pinta Ibu.

"Masing kenyang, Bu." kata Almyra.

Ayahnya pun bertanya kepada anaknya itu. "Dijemput Raffa?"

Almyra diam sejenak dan kemudian mengangguk.

"Sudah lama, Raffa engga mampir kesini?" tanya Ayahnya lagi.

"Lagi sibuk, Yah." jawab Almyra singkat.

Almyra tak menceritakan tentang semua yang terjadi antara dirinya dan Raffa.

Entah kenapa, tapi ia memang tak ingin menceritakannya.

Tanpa alasan.

Itu saja.

"Hati-hati ya, Sayang." teriak Ibu.

Almyra pun pergi dan bergegas mencari taxi lalu pergi berlalu ke rumahnya Raffa.





















Ulalala
Bagaimana?
Ceritanya?
Hmmmm biasa aja ya?

Yowis, semoga suka
Kritik dan saran yaa
Vote dan komen
Thank you
Happy reading

My Love Almyra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang