Chapter 35

1.7K 99 69
                                    

Dua insan masih saling terduduk diam tanpa ada suara yang keluar dari mulut mereka. Hanya ada desiran angin yang berhembus seolah berbicara.

Naruto masih berkutat dalam pikirannya sendiri, sulit rasanya ingin mengungkapkan apa yang sudah ia rancang sedemikian rupa jika bertemu dengan gadis yang dicintainya itu.

Diluar sana hujan masih keroyokan datang, suasana dingin pun kini terlalu canggung untuk mereka. Entah ini memang karena mereka baru saling bertemu setelah lama terpisah atau mereka memang gengsi untuk saling menghindar. Naruto berubah menjadi gugup, doanya pada Kami-sama, hari ini dikabulkan. Ia kembali benar benar bertemu dengan Hinata. Sosok yang tak luput selalu menjadi hantu yang selalu berkutat dipikirannya.

Saat Naruto masih sibuk dengan dunianya, Hinata menghela nafas pelan karena suasana yang sangat canggung ini. Antara sedih, kesal, marah atau senang? Entahlah apa yang dirasakan Hinata sekarang ini, yang pasti ada sedikit rasa takut dibenaknya. Kenapa? Karena ia takut tidak bisa menahan perasaanya pada sosok pria dihadapannya ini. Ia takut akan kembali mencintai, walaupun tak dipungkiri memang sosok Naruto selalu menjadi satu-satunya pria yang selalu dipikirkannya selama ini.

Jengah melupakan semua itu sia-sia. Tapi apakah ia bisa kembali bersikap egois. Bagaimana dengan Hana yang begitu mencintai Naruto? Hinata menggeleng. Tidak, Naruto-Kun hanya milik Hana. Seterusnya hanya milik Hana. Batin lirihnya. Rasa didadanya semakin sesak, ia bingung akan takdir kenapa harus mempertemukan kembali dengan pria dihadapannya ini?

Alih-alih pura-pura kecewa akan takdir pertemuan tak terduga ini, lantas bagaimana dengan Toneri? Sosok yang sempat mengamuk di restaurant tadi. Bagaimana cara agar ia bisa kembali menjalin hubungan baik dengan Toneri? Tak dipungkiri sosok pria bersurai putih itu yang membantunya selama ini. Bersalahkah ia menolak lamarannya?
''Kenapa semua serumit ini, Kami-Sama?''

Toneri POV...

Aku menghempaskan diriku pada punggung sofa. Ku tutupi wajahku dengan kedua telapak tanganku, menutup mata dan menghela napas pelan. Entah mengapa sejak kejadian satu jam yang lalu, aku belum pernah bisa berkonsentrasi kembali.

Dipikiran kalutku hanya ada sosok gadis yang sudah memporak porandakan semuanya. Perasaanku, hatiku, jiwaku bahkan imageku.

Benar-benar memalukan bisa mengamuk tak terkendali ditempat umum.

"Hinata..." Lirihku, menyebut nama gadis yang membuatku kalut setengah mati.

Memang aku yang berinisiatif melamarnya, tapi penolakannya itu? Sungguh, hatiku terlalu sakit saat ia menolak lamaranku hanya karena sosok pria sialan bahkan teramat sialan bagiku. Namikaze Naruto.

Apa aku salah? Aku seolah tak mampu untuk berusaha menemuinya, bahkan hanya sekedar untuk meminta maaf saja aku enggan, aku masih tak sanggup untuk bertemu dengannya. Penolakan Hinata itu, tiba – tiba saja selalu terngiang di kepala ku.

"Brengsek!" Geramku sambil mengepalkan kedua tanganku kuat. Aku sama sekali tak bisa berkutik lagi mengontrol amarahku. Memang perasaan itu tak bisa dipaksakan, lalu apa yang harus aku lakukan dengan perasaan ini. Membuangnya...? Cih, tak bisa semudah itu bukan?

''Naruto, kenapa kau masih saja membayangiku hah?!''

Toneri POV End...



"Bagaimana kau bisa tau aku ada di Washington?" Hinata memecah keheningan yang sejak tadi menyelimuti mereka berdua. Saat ini mereka sedang duduk di kursi kantin hotel.

"Aku memang sengaja mencarimu." Naruto menyerahkan sekaleng kopi pada Hinata. Yang diambil dengan canggung oleh gadis bermanik keperakan itu.

"A-ah, lalu, kenapa kau tiba-tiba... Ada di-hotel ini?" Hinata merasakan jantungnya berdegup sangat kencang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 06, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Beloved SisterWhere stories live. Discover now