Chapter 4

927 79 13
                                    

Acara sarapan berlangsung sangat hening hingga Hanabi berkata...

Naruto-Kun ini sangat romantis loh." Puji Hanabi menatap wajah kekasihnya.

''Hana terlalu melebihkan Jisan. Jawab Naruto kikuk.

"Pantas saja Hanabi jatuh hati padamu, kau sangat tampan. Benarkan Hinata?" Ucap Hiashi kepada Hinata.

"Ah iya Tou-San." Ucap Hinata dengan tersenyum tipis sambil menatap Naruto, atasannya.

Ia mempunyai banyak salah padanya. Ternyata atasan yang dianggapnya menyebalkan adalah kekasih adiknya.

"Bagaimana jika Naruto menjadi kekasihku saja, Hana?" Ucap Hinata dengan tegas dan serius.

Mendadak acara sarapan menjadi hening. Hanabi, Hiashi dan juga Naruto sangat terkejut.

"Tak boleh Hinata-Nee, aku duluan yang menemukan Naruto-Kun ku, mana bisa kau ambil begitu saja. Aku akan memusuhi selamanya jika sampai kau merebut Naruto-Kun dariku." Ujar Hanabi dengan nada kesal.

Naruto yang melihat pacarnya uring-uringan hanya bisa tersenyum, sedangkan Hinata sudah terbahak.

''Kau ngegas sekali Hana, aku hanya bercanda kau tau? Kau menanggapinya serius." Kata Hinata disertai tawa dan mendapat deathglare dari Hanabi.

"Hihhhh Hinata-Nee menyebalkan. Tousan lihat.'' Ucap Hanabi merengek meminta pertolongan Tousannya.

''Sudah sudah. Kau ini Hana, Nee-Chan mu memang selalu menggodamu. Kau masih terpancing saja. Mungkin Nee-Chanmu melakukannya karena terlalu lama menjomblo.'' Ucap Hiashi disertai gelak tawa.

''Tou-San pun menyebalkan ternyata. Huhhh...'' Ucap Hinata dengan mengerucutkan bibirnya setelah mendengar Tou-Sannya meledeknya.

''Rasakan. Weeekkk...'' Ledek Hanabi dengan menjulurkan lidahnya kearah Hinata.

''Dasar kau.''

Matahari semakin meninggi. Sinarnya pun semakin terang. Hari pun kini berganti menjadi siang.

''Umm, Ji-San kurasa ini sudah siang. Aku harus pulang.'' Ucap Naruto dengan tersenyum.

''Ah iya, biarkan nanti Hana yang mengantarmu sampai kedepan.'' Jawab Hiashi sekaligus memerintah.

''Dan untukmu Hinata, jangan terlambat ke kantor besok. Oke?" Ucap tegas Naruto menatap tajam Hinata.

''Ya Tuan Naruto.'' Jawab Hinata dengan tersenyum yang dibuat tulus. Padahal dalam hati ia ingin mencakar wajah Naruto yang menatapnya tajam itu. Disini ia berkuasa karena ia posisi sebagai kakak ipar bukan? Menyebalkan. Umpat Hinata dalam hati.

Hanabi mengantar Naruto menuju depan rumah. ''Terimakasih untuk acara sarapannya Hime. Salam untuk Tou-San dan Kakakmu yang menyebalkan itu ya.'' Kata Naruto.

''Menyebalkan bagaimana, Naruto-Kun? Apa ada yang terjadi saat dikantor ya?" Tanya Hanabi dengan raut wajah cemas.

''Tak ada. Hanya ekspresi kakakmu saja yang menyebalkan.'' Bohong Naruto dengan mengelus surai Hanabi.

''Oh, memang Hinata-Nee seperti itu Naruto-Kun.''

''Aku pulang ya, Hime. Jaga dirimu.'' Ucap Naruto dengan memegang kedua bahu Hanabi.

''Kau tak mau memberikanku sesuatu?'' Alis Naruto naik keatas bingung.

''Sesuatu apa?'' Tanya Naruto kemudian.

''Kau mau memberikannya?'' Hanabi memiringkan kepalanya.

''Ya. Aku akan memberikan apapun untukmu, Hime. Sekarang katakan.'' Ucap Naruto dengan tersenyum.

''Beri aku sebuah ciuman.'' Pinta Hanabi membuat Naruto terkejut.

''Kau maukan Naruto-Kun?'' Rengek Hanabi dengan mengeluarkan jurus puppy eyesnya.

''Baiklah.'' Naruto mendekat kearah Hanabi, kekasihnya. Semakin lama jarak diantara mereka sudah tidak ada, Hanabi hanya dapat memejamkan matanya, pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh kekasihnya, begitupula Naruto, sampai akhirnya bibir mereka akan bertemu, namun...

''Ehemmm...'' Suara seseorang dari arah pintu menggagalkan aksi mereka yang tinggal sebentar lagi. Naruto dan Hanabi menjadi kikuk. Sekaligus sebal.

''Ups... Aku mengganggu ya? Aku kira kekasihmu sudah pulang, Hana. Hehe... Ternyata um-'' Sindir Hinata yang mendapat tatapan tajam bahkan sangat tajam dari adiknya.

''Sepertinya ada pengganggu, Hime. Lain waktu akan kuberikan permintaanmu. Aku pulang ya?'' Naruto memeluk pinggang Hanabi. Hanabi membalasnya erat seakan tak mau lepas dari Naruto.

''Haduhhh erat sekali pelukannya ya?'' Ucap Hinata berdehem membuat Hanabi dan Naruto melepaskan pelukan mereka. Hanabi semakin kesal, sepertinya Nee-Channya ini sengaja mengganggu, bisa jadi iri karena dipameri kemesraan terus olehnya. Bisa jadi. Pikir Hanabi.

"Aku pulang, Hime." Kata Naruto sambil mencium kening Hanabi.

"Hati-hati dijalan Naruto-Kun." Balas Hanabi disertai wajahnya yang memanas emosi.

''Dasar pengganggu.'' Seru Hanabi lantas masuk kedalam rumah dengan memanyunkan bibirnya pada Nee-Channya.

Hinata hanya menahan tawa melihat ekspresi kesal sang adik. ''Rasakan. Itu balasan karena meledekku terus tadi.'' Ucap Hinata dengan tersenyum lantas masuk kedalam rumah.


Bersambung...

Ada yang bersorai riang Hanabi dan Naruto tak jadi berciuman? Hehe...

Jangan lupa voted dan komennya😘

My Beloved SisterOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz