Chapter 5

878 76 14
                                    

Kring… Kring… Kring…

Terdengar suara alarm yang berusaha keras melakukan tugas mulianya, membangunkan gadis bersurai indigo dari tidur nyenyaknya. Tangan gadis itu mencoba menjangkau alarm tersebut, setelah di pegang. Iris keperakannya membelalakkan matanya, ketika ia melihat ternyata sudah jam 8.15 AM.

''Hueeeeee... Aku telat?!" Teriaknya menggema seisi kamarnya.

Wush… Brak….

"ALARM SIALAN. Kenapa membangunkanku jam segini? Siapa yang merubah alarmku?'' Teriak Hinata menggema lagi dan alarm malang itu pun hancur, pikirannya tak menyangka seingatnya ia sudah mengatur alarm menjadi pukul 6 pagi, kenapa sekarang berubah. Ia lantas bergegas turun memasuki kamar mandi dan bersiap secepat mungkin.

Tanpa ia sadari senyuman menyeringai terlihat diwajah Hanabi yang menguping kegemparan sang kakak yang bangun terlambat didepan pintu kamarnya.

Flashback On...

Derap langkah perlahan demi perlahan Hanabi memasuki kamar sang kakak. Ia mengendap-ngendap untuk berjalan lebih kedalam, dapat dilihat seorang gadis indigo tengah tertidur pulas dibalik selimutnya.

Hanabi melambaikan telapak tangannya didepan wajah sang kakak, berharap ada pergerakan atau tidak dari sang kakak. Dirasa aman, atensinya teralihkan pada jam weker diatas nakas. Jam itu sudah diatur menunjukkan pukul 6 pagi.

Seringaian muncul dibibir Hanabi. Ia meraih jam weker itu dan melakukan sesuatu pada alarmnya. Seringaian kembali muncul dibibir Hanabi.

''Rasakan Nee-Chan, ini karena kau mengangguku tadi dengan Naruto-Kun. Weeekkk...'' Gumam Hanabi dengan memeletkan lidahnya pada sang kakak yang masih tertidur.

Hanabi lantas berjalan perlahan mundur dengan sangat pelan,kemudian menutup pintu kamar sang kakak dengan sangat pelan.

Flashback Off...

Hanabi lantas pergi dari depan kamar sang kakak dengan tersenyum-senyum.



Sarapan sudah siap dan tertata rapi di atas meja makan. Hiashi dan Hanabi kini tengah menyantap makanannya.

"Kau tidak sarapan dulu nak?" Ucap Hiashi membuka suara ketika melihat Hinata setengah berlari turun dari tangga.

"Tidak Tou-San. Aku sudah telat. Bahkan sangat." Jawab Hinata.

''Ya ampun Nee-Chan, kenapa bisa terlambat? Alarm Nee-Chan tak bekerjakah?'' Sela Hanabi dengan senyum-senyum kearah Hinata.

''Ada yang mengganti alarmku, kurasa itu pasti kerjaan kau kan Hana? Ngaku.'' Satu tatapan tajam nan menusuk Hinata layangkan kepada Hanabi. Hanabi hanya dapat tertawa dalam hati melihatnya.

''Entah Nee-Chan. Lebih baik Nee-Chan berangkat sana. Awas loh nanti kena marah Naruto-Kun ku.'' Cibir Hanabi dengan memeletkan lidahnya kearah Hinata.

Hinata menghela nafas kasar. ''Awas ya kau, Hana." Dengus Hinata.

"Sebaiknya kau segera berangkat nak." Sela Hiashi menengahi putri-putrinya yang entah mengapa seperti kucing dan anjing saja.

Hanya ada anggukan dari Hinata. Ia lantas berjalan kearah mobilnya. Dan melesatkannya dengan segera.



Hinata yang baru saja tiba di parkiran Namikaze Corp, lantas turun dari mobilnya dan berjalan tergesa-gesa memasuki kantor. Ia tak peduli tatapan security dan karyawan lain yang melintas kepadanya yang melihatnya terburu-buru begitu.

Dalam pikirannya, ia harus segera tiba di meja kerjanya sebelum Naruto tiba. Bisa dimarahi habis-habisan dia.

Walaupun Naruto adalah kekasih adiknya, sifat Naruto terhadapnya sangat dingin. Apalagi insiden pertemuan pertamanya dengan Naruto sang Direkturnya, yang tak mengenakkan waktu itu.

''Tunggu, tunggu. Jangan ditutup.'' Hinata berlari menuju lift yang bahkan pintu liftnya akan segera ditutup. Hinata lebih membelalakkan dirinya kala ia tau jika didalam lift itu adalah Naruto. Sial tak bisa ia hindari sekarang.

BRUKKKKK...

Kaki Hinata tersandung oleh high hells yang ia pakai sendiri, tubuh Hinata menerjang Naruto yang tengah memainkan ponselnya.

Karena refleks, Naruto menggapai tubuh Hinata dengan sebuah pelukan erat memegangi punggung Hinata terhempas ke dinding lift.

Awalnya Hinata bersorak senang karena tidak jatuh membentur dinding lift, tapi ketika ia menyadari posisinya saat ini bersama Naruto, mendadak jantungnya seakan berhenti berdetak.

Dalam diam, Hinata menelan ludahnya ketika menyadari ia tengah dipelukan Naruto, sang Direkturnya. Hinata memberanikan diri untuk menatap kedua manik shappire kebiruan Naruto yang berada dekat dengannya. Bahkan sangat dekat. Iris shappire dan Manik keperakan bertemu pandang. Sampai tak lama, Hinata tersadar dan segera ia menyingkir dari Naruto, Direktur garangnya dengan gerak takut.

"Ummm... Maafkan aku, Tuan."
Perlahan Naruto mengeluh pelan.

"Dasar modus." Naruto segera merapikan setelan jasnya yang mulai kusut itu dan berjalan keluar setelah pintu lift terbuka lebar.

Saat mendengarnya, Hinata seperti terkejut. "Apa dia bilang tadi? Modus? Dasar Direktur menyebalkan.'' Dengus Hinata berjalan dengan tertatih karena merasakan sakit dipergelangan kakinya.





Bersambung...

Ada yang baper dengan adegan tadi?😄


So...

Jangan lupa Voted dan Komennya😘

My Beloved SisterWhere stories live. Discover now