Chapter 6

879 76 6
                                    

Hinata berjalan dengan tertatih saat sampai dimeja kerjanya. Sebelum Hinata mendudukkan dirinya di kursi, Ino pun menghampiri dirinya.

"Kenapa dengan kakimu eh?"

"Aku sangat sial sekali Ino hari ini, alarm dirubah Hana jadi aku telat, eh di lift malah kesandung heels ku jadi aku nubruk Direktur menyebalkan itu, malah aku dikatai modus. Menyebalkan bukan? Sialnya lagi Direktur kita itu kekasih adikku,Hana. Kau tau rasanya jadi aku kan?'' Keluh Hinata dengan kesal.

"A-apa?! Jadi Direktur kita calon adik iparmu? Oh God?! Aku tak percaya.'' Ucap Ino dengan menepuk jidatnya.

"Astaga dia sangat menyebalkan sekali, Ino" Hinata mendengus.

"Sudah puas bergosip tentang saya? Sudah telat, modus, bergosip pula." Ucap geram Naruto dengan menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

Hinata dan Ino dapat merasakan aura mengerikan ketika sindiran itu dilanturkan oleh Naruto yang entah dari mana tiba-tiba bisa muncul.

"A-ano ma-maafkan saya Naruto-Sama" Ucap Hinata kikuk melihat tatapan tajam dari Naruto.

"Kalau begitu fokuslah bekerja lagi. Kalian tak dibayar untuk bergosip." Naruto terlihat sangat kesal dengan Hinata. Ino pun menurut dan kembali ke meja kerjanya. Begitupun dengan Hinata yang mulai mengerjakan pekerjaannya.

Naruto masih dalam posisinya, ia menatap kearah Hinata yang mulai fokus dengan komputernya. Sesekali Hinata melirik Direkturnya dari ekor matanya yang seolah memantau dirinya bekerja. Ia menjadi risih sekarang.

''Ingin rasanya kulempar Direktur menyebalkan itu ke planet Mars.'' Dengus Hinata dalam hati.



Ponsel di meja Naruto bergetar, menampilkan 'Hanabi Memanggil'. Naruto yang tengah berkutat dengan dokumen pun lantas menghentikan atensinya sesaat. Ia lantas menggeser tanda hijau.

"Iya Hana, ada apa?" Jawab Naruto.

"Naruto-kun, kenapa kau tidak menghubungiku? Kau tau, aku merindukanmu sekarang." Ucap seseorang disebrang sana.

"Ah gomen, Hana. aku sibuk berkutat dengan dokumen sekarang. Jadi aku tidak sempat menghubungimu. Maafkan aku ya?"

"Aku tak mau memaafkanmu.'' Ujar Hanabi dengan nada merajuk.

''Aku harus apa agar kau memaafkanku?'' Tanya Naruto menghela nafas pelan menanggapi kemanjaan Hanabi padanya.

''Malam ini kau harus kerumahku untuk makan malam, bagaimana? Bawakan aku bunga juga ya? Hehe " Rengek Hanabi yang membuat Naruto menepuk keningnya. "Ayolah Naruto-Kun. Mau ya ya ya?" Rengek Hanabi lagi.

''Ya baiklah Hime. Nanti malam aku akan kerumah dan membawakanmu bunga. Jika kurang, aku bawakan tamannya atau sekaligus tukang kebunnya untuk menanamkannya dirumahmu.'' Ucap Naruto dengan sekenanya.

''Naruto-Kun memang yang terbaik." Ucap Hanabi yang girang karena Naruto mau makan malam dan membawakan sesuatu untuknya.

''Sudah dulu ya Hana, aku akan melanjutkan pekerjaanku lagi." Jawab Naruto dengan menutup panggilan dari Hanabi.

BRUKKKKK...

Naruto meletakkan setumpuk dokumen berisi laporan yang harus dikerjakan oleh Hinata di meja Hinata. Membuat Hinata yang sudah lelah sambil menguap-nguap menjadi terperanjat.

"Hinata, kerjakan semua dokumen laporan ini, besok pagi aku ingin semua dokumen ini selesai." Pinta Naruto dengan nada entengnya.

"A-apa?! Sebanyak ini?" Pekik Hinata yang terbelalak menunjuk tumpukan dokumen itu.

"Iya." Jawab Naruto singkatnya membuat Hinata ingin mencakarnya.

"Baik Namikaze-Sama.'' Desah Hinata pasrah. Namun dalam hati seraya bergumam. ''Awas saja jika bertemu di rumah, aku balas kau NARUTO.'' Umpatnya kesal sembari memandangi dokumen-dokumen sialan dihadapannya itu yang menumpuk bagaikan sampah.

My Beloved SisterWhere stories live. Discover now