Chapter 2

1.2K 79 3
                                    

"Perkenalkan aku Namikaze Naruto,Direktur baru kalian.'' Ucap Naruto memperkenalkan diri secara singkat, dengan memandang lekat-lekat seluruh karyawan. Hingga iris shappire birunya melihat sesuatu yang begitu aneh dari salah satu karyawannya. Bagaimana tidak aneh, salah satu karyawannya justru menutupi wajahnya dengan map. Seakan ada yang ditutupi.

"Hey kau yang disana. Buka map yang menutupi wajahmu itu. Tidak sopan ya kau ini." Ketus Naruto berjalan perlahan menghampiri gadis itu.

Deggggg....

Jantungnya berdetak cepat. Iris shappire birunya membelalak. Ia mengenal gadis itu.

''Ahhhh ternyata kau gadis gila di depan tadi ya. Pantas kau menutupi wajahmu itu." Ucap Naruto dengan menyilangkan kedua tangannya didepan dada dan menyeringai. Hinata tak bergeming. Ia hanya menunduk.

''Go-gomen Tuan Namikaze. A-aku be-benar benar tidak sengaja.'' Jawab Hinata pelan.

''Ikut keruanganku. Sekarang! Dan untuk kalian, bisa memulai pekerjaan kalian." Kilah Naruto dengan nada datar dan sesudahnya lantas pergi melenggang menuju ruangannya.

''Hahhhhhh... Mati aku.'' Keluh Hinata dengan menepuk jidatnya dan dengan langkah gontai berjalan menuju ruangannya direkturnya.

Tok..tok..tok..

Hinata dengan takut dan bergetar perlahan mengetuk pintu ruangan itu.

"Masuk." Suara bariton itu terdengar datar namun tegas. Sehingga yang mendengarkannyapun juga malah bergidik ngeri. Sudah mendapat perintah agar masuk, Hinata perlahan mendorong pintu ruangan itu dan masuk.

Dengan sangat pelan sekali Hinata menutup pintu itu. Hinata berojigi didepan Naruto sebagai tanda hormat dengan atasannya. Naruto melihat Hinata secara seksama. Dari atas hingga bawah tanpa ekspresi apapun.

"Duduklah." Naruto mempersilahkan Hinata duduk didepan meja kerjanya. Hinata segera duduk dan kembali menundukkan kepalanya. Bukan karena malu atau apa, Hinata menundukkan kepala karena takut dengan Naruto, takut akan kesalahannya tadi pagi yang karena gerasa gerusu menyetir, mungkin saja dia bakal memarahi Hinata atau bahkan memecatnya. Hinata menunduk. Ia tak bisa berfikir baik sekarang.

"Jadi, apakah kau tau kesalahanmu hingga aku memanggilmu kemari,eh?" Sepasang mata shappire berwarba biru itu melihat Hinata dengan tatapan datar lalu menangkup dagunya menggunakan kedua tangannya.

"Ma-maafkan saya, Tuan Namikaze. Ta-tadi pagi sa-saya ti-tidak sengaja. Tolong maafkan saya." Ucap Hinata yang sudah penuh dengan keringat dingin sambil meremas jari jemarinya.

''Gadis gila seperti kau, sadar juga juga ya ternyata.'' Ketus Naruto dengan tatapan nyalang.

'Aku pasti akan dipecat.' Batin Hinata.

''Lain kali menyetirlah dengan baik. Untung saja aku tidak mati tadi." Ucapan tegas itu keluar dari mulut Naruto.

"Ma-maafkan saya sekali lagi Tuan Namikaze. Tolong jangan memecat saya." Hinata berojigi berkali kali demi dimaafkan oleh Naruto.

Naruto melihat tingkah Hinata begitu menautkan alisnya. "Apa aku bilang akan memecatmu, eh? Aku hanya ingin memperingatkanu saja untuk berhati-hati, menyetir saja kau masih ugal-ugalan apalagi bekerja. Sekarang kembalilah bekerja." Jawab Naruto yang begitu datar.

"B-baik Tuan Namikaze." Hinata berdiri dan berojigi lalu berjalan menuju pintu. Namun saat akan meraih knop pintu ia menoleh sekilah.

''Terimakasih Tuan, ternyata pria angkuh sepertimu bisa baik juga.'' Hinata tersenyum lalu membuka pintu itu dan pergi ke meja kerjanya.

My Beloved SisterWhere stories live. Discover now