Chapter 25

644 65 36
                                    

Sinar matahari sudah menelusup masuk dari sela jendela kamar Hanabi. Hari ini merupakan hari yang sangat membuatnya bahagia.

Bagaimana tidak? Bukankah hari ini, sang kakak akan pergi? Hana masih enggan bangun dari ranjangnya.

"Hana, kau akan ikut mengantar kakakmu ke bandara kan?" Terdengar suara baritone dari luar kamarnya. Hanabi tahu itu pasti Tou-Sannya.

"Tidak Tou-San. Aku sedang tak enak badan." Teriaknya membalas ajakan sang Tou-San. Tentu saja ia berbohong. Ia kembali berbaring, berharap Tou-Sannya segera pergi.

"Baiklah nak, Tou-San pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik." Hiashi segera pergi menyusul Hinata yang sudah didalam mobil.

"Bagaimana Tou-San?" Tanya Hinata pada Tou-Sannya. Hiashi menggeleng.

"Hana tidak ikut, Hinata. Ia bilang sedang tak enak badan."

"Hana pasti sangat kelelahan Tou-San. Tak apa, kita berangkat saja Tou-San." Hiashi menyalakan mesin mobilnya dan mulai melajukan mobilnya pergi.

Tanpa disadari sosok bermanik keperakan tengah berdiri di balkon kamarnya, tengah menerawang jauh mobil Tou-Sannya yang sudah melesat dijalanan Tokyo yang masih agak gelap. Mengingat sekarang masih jam 4 pagi. Senyum terukir di bibirnya.

''Selamat tinggal Hinata-Nee.''




"Semua penumpang pesawat Konoha Airlines tujuan Amerika, diharapkan segera menuju pintu 2 untuk masuk ke dalam pesawat. Sekali lagi, panggilan kepada semua penumpang..."




Hinata menghela nafas. Ia berbalik menatap satu orang yang menunggunya. Hiashi. Tou-Sannya.

"Baik-baiklah di sana nak. Jangan lupa kirim kabar pada Tou-San. Telfon Tou-San ya?" Hiashi mengelus surai indigo putrinya itu.

"Pasti Tou-San." Hinata tersenyum.
Toneri memandang Hinata lalu mengamit jemarinya.

''Kau sudah siap pergi, Hinata?" Hinata tersenyum pada Toneri dan mengangguk memberi jawaban.

''Cepatlah pulang jika sudah selesai disana ya, Nak." Teriak Hiashi kala Toneri dan Hinata mulai berjalan menjauh mendekati pintu 2.

Air mata mengalir dari sudut mata Hiashi. Hinata masih menoleh kebelakang dan melambaikan tangannya pada Tou-Sannya.

"Tou-San jangan menangis." Hinata berseru.

Hiashi melambaikan tangannya dan tersenyum manis menatap Hinata dari kejauhan.

"Tou-San akan merindukanmu, Hinata. Pergilah." Hiashi mengusap air matanya dengan perlahan. Toneri memberikan tiket dan paspornya pada petugas saat akan memasuki pintu 2.

"Aku sudah pergi Hana. Berbahagialah dengan Naruto-Kun. Aku tak akan mengganggu hubunganmu lagi."




Satu hari sebelum hari keberangkatan Hinata menuju Amerika. Naruto masih menjalankan aktivitasnya sebagai Direktur dengan berbagai macam dokumen dihadapannya itu, walau perasaannya masih campur aduk pada masalah yang menyerang hati dan pikirannya. Dihatinya ia sudah mengetahui siapa seseorang yang tengah mengisi hatinya kini. Naruto berjalan dengan tatapan kosong memikirkan sebuah hubungan antara dirinya, Hanabi dan Hinata.


Flashback on...


Naruto POV...


Hari ini entah apa yang aku rasakan, aku merasa bingung dengan semua masalah perasaan ini. Kenapa begitu rumit.

Aku berjalan menuju luar. Menatapi bilik kerja disamping Ino. Sebelumnya aku telah melihat jam yang sudah menunjukan 12. Sudah waktunya beristirahat dari perkutatan dirinya dengan dokumennya. Namun entah apa yang terjadi padaku, kedua kakiku membawaku pada bilik kerja disamping Ino yang memang dibiarkan kosong setelah si empunya resign beberapa waktu lalu.

Aku berjalan menuju bilik kerja Hinata dulu. Aku duduk dengan menangkupkan wajahku dimejanya. Tempat ini, tempat ini adalah tempat aku sering menggoda Hinata. tempat ini adalah tempat Hinata bekerja dulu. Di tempat ini aku sering merasakan debaran tak menentu. Walau senyumnya terasa berbeda dengan senyumannya saat ini. Sangat kecut dan memudar.

"Aku mencintaimu, Hinata. Kenapa kau harus pergi sejauh itu?" Aku bergumam sedih sendirian.


Naruto POV END...




Naruto berjalan menuju kantin. Berusaha ingin memasukkan sesuatu walaupun hanya sedikit saja makanan.

Tetapi Naruto berhenti saat tidak sengaja mendengar ucapan Ino saat sedang menelepon seseorang. Aku mendekatinya perlahan berusaha ingin tau.

'Apakah Ino menelepon Hinata? Ah pasti Hinata.' Pikir Naruto.

"APA? Kau akan berangkat pagi sekali, Hinata?" Ucap Ino terkejut dengan ucapan seseorang dari ponselnya dengan cukup kerasnya.

"..."

"Kenapa harus sepagi itu, Hinata? Astaga, bahkan aku saja belum bangun. Bagaimana jika aku tak bisa mengantarmu kepergianmu, Hinata. Oh, jam berapa pesawatmu akan take-off?" Tanya Ino.

Ternyata benar dugaan Naruto.Ino sedang berbicara dengan Hinata.

"Kau gila Hinata. Kenapa harus sepagi itu?'' Ucap Ino menutup telepon kala si empu yang diteleponnya tadi memutuskan panggilan.

Naruto yang sempat mendengar ucapan Ino, sempat terkejut lalu ia segera menyadarkan dirinya.

"Apa? Jam berapa Hinata akan pergi besok?" Batin Naruto terkejut.

Ino dengan cepat berbalik dan terkejut melihat Direkturnya ternyata sudah ada dibelakangnya.

"Eh? Direktur?" Gumam Ino terpekik.

"Ada apa dengan Hinata? Ino?" Tanya Naruto cepat.

"Ia akan meninggalkan Jepang besok pagi sekali sekitar pukul 5." Ucap Ino.

"A-APA?" Pekik Naruto tidak menyangka bahwa sepagi itu Hinata akan pergi.

"Kau harus menemuinya besok pagi. Jangan sampai terlambat, Naruto.'' Ucap Ino gamblang pada Naruto sekarang tanpa embel-embel Direktur.


Flashback Off...


"Hinata..." Naruto menerobos masuk ke dalam bandara dengan nafasnya yang terengah-engah.

Matanya yang tajam menatap bayangan Hiashi yang masih tengah berdiri menatapi pintu 2 tempat dimana putrinya itu menghilang.

"Hinata..." Naruto kembali memanggil nama Hinata. Hiashi berbalik menatap Naruto, sosok yang sangat berantakan dihadapannya itu.

"Hinata ada dimana, Jii-San?" Tanya Naruto.

Hiashi tersenyum lalu berjalan mendekati Naruto. Menepuk bahu kanannya pelan.

''Hinata sudah pergi Naruto. Kau terlambat.'' Hiashi berlalu meninggalkan Naruto masih terpaku menatap pintu 2 tempat dimana Hiashi tadi memandanginya. Ia berharap masih ada sosok Hinata disana. Tapi nihil, Hinatanya memang sudah pergi. Tak terasa air mata mengalir melewati pipinya secara perlahan.

"Hinata, maafkan aku terlambat."






Bersambung...





Yuuuhuuuuuu Yuni hadir kembali👋👋 Wordnya masih dikit ya? Gomen 🙏 masih ngerefresh ide yang kdg muncul kdg enggak kek sinyal😣😣


Vomentttt 😘😘😘

My Beloved SisterWhere stories live. Discover now