Chapter 23

676 58 41
                                    

Hinata dan Toneri akhirnya menjejakan kakinya di Jepang kembali, setelah melewati perjalanan jauh di pesawat, seluruh tubuh Hinata terasa kaku. Tentu saja. Perjalanan dari Amerika ke Jepang butuh waktu yang panjang.

Toneri dan Hinata berjalan pelan ke bandara. Ia melihat sekelilingnya.

'Ah akhirnya sampai juga.' Seru Toneri dalam hati seraya merenggangkan badannya.

Hinata dan Toneri berjalan keluar bandara. Dilihatnya ternyata sudah ada Hiashi tengah berada di lobby bandara. Begitu menyadari keberadaan Hinata, Hiashi segera mendekat.

"Hinata." Panggil Hiashi.

"Tou-San menjemputku?'' Hinata memeluk Tou-Sannya.

''Tentu saja. Kau yang mengabari Tou-San akan pulang, makanya Tou-San menjemputmu." Hiashi balas memeluk putrinya erat.

"Senang kau kembali, Hinata."

"Salam kenal, Hiashi-San." Toneri sedikit membungkuk pada Hiashi dan menatapnya. Hiashi menepuk pundak Toneri pelan.

''Senang bertemu denganmu, Toneri-san."
Toneri tersenyum. "Bagaimana dengan Hana, Tou-San?'' Hiashi menunduk.

Hinata mengerti satu hal, pasti adiknya masih marah.

"Ah, kita harus pulang, Tou-San. Pasti Hana sendirian dirumah.'' Hiashi mengangguk.

''Toneri-San, aku akan pulang dengan Tou-San. Uhm, terimakasih. Besok aku akan kembali bekerja lagi.'' Ucap Hinata. Toneri tersenyum.

''Hati-Hati dijalan!" Hinata mengangguk. Hiashi dan Hinata akhirnya berjalan ke mobil. Namun, Hinata masih menyimpan banyak pikiran kalut. Tentang ucapan Naruto padanya.

'Benarkah ia akan menjauhinya sekarang? Kenapa ada perasaan tak rela?' Hinata menggeleng. Ia masih memikirkan tentang Hanabi, adiknya masih marah padanya.



"Hana..." Panggil Hinata yang sudah berdiri di depan pintu kamar Hanabi dengan tatapan sendu pada Hanabi yang sedang membaca buku modul kuliahnya.

"Kau cukup sopan untuk tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, Hinata-Nee." Jawab Hanabi sarkastik, mengabaikan tatapan sang kakak.

"Aku ingin berbicara denganmu, Hana." Hanabi menghela nafas lelah.

"Tak ada yang perlu dibicarakan lagi,Hinata-Nee. Kurasa kau bahagia dengan keputusanku waktu itu." Hanabi berjalan pelan menghampiri Hinata dengan senyum miring yang masih terukir di wajahnya.

Hinata hanya diam memperhatikan gerak gerik sang adik. Hanabi kembali menatap tajam ke arah Hinata.

"Aku tidak tertarik lagi dengan segala apa yang akan kau bicarakan ataupun kau tawarkan padaku." Ucap Hanabi didepan wajah Hinata.

''Dengarkan aku dulu, Hana.'' Hinata segera menggenggam tangan Hanabi namun dengan kasar ditepisnya. Seulas senyum miring ditampilkan Hanabi.

"Aku sudah tidak ada hubungan lagi dengan Naruto, Hana. Naruto hanya milik kau. Dan hanya kau." Hinata mengalah pada Hanabi lagi.

''Aku tidak percaya lagi, Hinata-Nee. Kecuali Hinata-Nee pergi jauh dari jangkauanku ataupun Naruto-Kun ku.'' Hanabi menyilangkan kedua tangannya didepan dada. ''Kurasa cukup, Hinata-Nee..''

BLAMMMMM...



Pintupun sukses ditutup Hanabi dengan kerasnya. Membuat Hinata merasa terperanjat dengan sikap adiknya itu. Hinata menghela nafasnya perlahan. Sepersekian detik ia memejamkan kedua matanya.

''Aku akan pergi, Hana. Sesuai kemauanmu.''



Naruto merebahkan tubuhnya di atas kasur. Perjalanan dari Amerika ke Jepang hingga sampai malam hari, membuatnya pegal. Ah, bukan pegal badan saja. Melainkan perasaan.

My Beloved SisterWhere stories live. Discover now