Chapter 18

835 71 49
                                    

"Apa ini, Hinata?" Tanya Naruto tak mengerti kala Hinata menyodorkan sebuah amplop.

"Ini..."

"..."

"Adalah surat pengunduran diriku sebagai sekretarismu, Naruto."

"A-apa?! Mengundurkan diri tiba-tiba? Jangan main-main Hinata. Bercandamu sungguh tidak lucu."

"Aku sedang tidak bercanda, Naruto. Aku serius. Aku akan mengundurkan diri dari perusahaan ini sekarang."

"Tapi kenapa? Apa alasannya?"

"Maafkan aku, Naruto. Aku tidak bisa mengatakan alasan yang sesungguhnya padamu. Dan aku harap kau mengerti dan menghargai keputusanku ini."

"Aku tidak bisa menerimanya Hinata. Sampai kapanpun aku tak akan bisa mengerti dengan keputusan gilamu ini, jika kau tidak mau mengatakan alasan yang sebenarnya padaku. Jadi aku mohon, jujurlah padaku." Naruto memijat pelipisnya merasa frustasi karena gadis yang ia cintai itu tak terbuka padanya.

"Sekali lagi aku minta maaf. Tapi aku benar-benar tak bisa mengatakannya. Aku ucapkan terima kasih atas bantuanmu selama ini padaku, Naruto. Dan... Selamat tinggal..." Hinata hendak berlalu dari hadapan Naruto, jika tidak secara tiba-tiba Naruto menarik tangannya dan menahannya dirinya untuk pergi.

"Hinata aku mohon, jangan seperti ini. Aku tak sanggup jika harus berpisah denganmu."

"Naruto, aku mohon lepaskan aku.'' Hinata bergetar dalam perkataannya. Karena sesungguhnya dia sendiri tak sanggup seperti ini tapi ini demi Hanabi. Demi dia. Dan itu adalah suatu kenyataan yang menyakitkan.

"Kenapa tiba-tiba kau bersikap seperti ini? Apa yang terjadi? Aku mencintaimu Hinata." Naruto bertanya frustasi.

"Kau seharusnya tak mencintaiku, Naruto."

"Kenapa jika aku mencintaimu?"

"Justru karena kau mencintaiku, aku harus melakukan ini. Aku tak bisa terus ada disisimu dan membuat Hanabi tersakiti. Aku tak bisa jika harus melihatnya menderita hanya karena kau berusaha terus bersamaku dan mempertahankanku disisimu. Aku tak bisa melakukannya Naruto. Pikirkan Hanabi yang menjadi kekasihmu." Hinata berusaha keras menahan air matanya agar tak jatuh dan Naruto melihatnya rapuh. Namun nihil, air mata itu pun tetap saja jatuh membasahi pipinya tanpa dapat ia cegah. Dan akhirnya membongkar juga rasa pedihnya dihadapan Naruto.

"Ini karena Hanabi sudah tau tentang kita?" Tanya Naruto yang langsung membuat Hinata tersentak, namun ia hanya diam saja tanpa mengatakan sepatah katapun menanggapi pertanyaan Naruto. Tanpa membenarkan ataupun berniat menyangkalnya.

"Hinata, aku tanya sekali lagi padamu. Apa kau bersikap seperti ini karena Hanabi sudah tau? Apa ia telah mengatakan sesuatu padamu?"

"..." Hinata masih saja tetap dalam posisi diamnya yang membuat Naruto semakin bingung.

"Apa yang sudah Hanabi katakan padamu?"

"..."

"Jawablah Hinata! Aku mohon. Jangan terus membisu seperti ini. Sikapmu yang terus diam seperti ini tidak akan menjawab semua yang aku tanyakan. Kau justru membuatku semakin bingung. Jadi aku mohon, berterus teranglah padaku."

"..."

"Hinata.."

"Sudah cukup! Aku mohon jangan tanya apapun lagi. Aku tidak akan bisa menjawab semua pertanyaanmu itu. Tidak akan bisa, hiks... Hiks..." Kata Hinata sambil menutupi wajah cantiknya dengan kedua telapak tangannya dan menangis tersedu-sedu.

Tanpa pikir panjang lagi, Naruto pun segera menarik Hinata dalam dekapannya dan memeluknya dengan erat. Dan itu cukup membuat perasaan Hinata tenang untuk beberapa saat. Walaupun dihatinya tertinggal sedikit rasa sesak karena sudah berani mencintai kekasih adiknya.

My Beloved SisterDove le storie prendono vita. Scoprilo ora