Chapter 16

784 59 13
                                    

Hanabi POV...

Konohamaru membawaku masuk ke dalam rumahnya. Ia menuntunku untuk duduk disofa. Konohamaru menuju dapur dan membawa segelas air putih dingin untukku.

"Minumlah, agar kau bisa tenang Hana." Ucap Konohamaru dengan menyodorkan segelas air minum itu kehadapanku dan aku meminumnya.

"Hanabi?" Panggilnya pelan, aku mendongak. Konohamaru menatapku.

''Kau bisa menceritakan padaku bagaimana kau dan Naruto-Nii bertemu dan menjalin kasih?'' Lanjut Konohamaru dengan merenggut tangan kananku. Aku menghela nafas pelan. Haruskah aku menceritakannya?

"A-aku dan N-Naruto-Kun..." Ujarku sedikit ragu. Konohamaru menautkan alisnya.

''Aku akan menceritakannya.'' Lanjut Hanabi lagi dan Konohamaru sudah siap mendengarkan sekarang.



Satu tahun yang lalu...

Semuanya berawal pada saat aku bersandar pada tiang di halte. Aku ingin cepat pulang dan beristirahat di rumah. Namun tak ada satupun bus jurusan kearah rumah ku yang melintas.

"Bagaimana ini?" Gerutuku.
Namun atensiku beralih, pada saat mataku terfokus pada seseorang yang ada di hadapanku. Seorang Pria, Pria bersurai kuning jabrik. Pria itu lebih tinggi dariku, dengan iris shappire birunya yang menatap lurus ke depan.

Satu lagi yang aku tau, dia tampan. Aku sangat terpana sekali padanya. Tanpa sadar aku sudah tenggelam dari rasa suka sepihak yang entah menurut orang lain adalah konyol. Aku memperhatikannya lebih dalam.
Jantung ku berdetak dengan cepat. Begitu melihat nya, pipiku menjadi hangat. Aku kira ini karena efek tubuhku yang sedang sakit.

Namun, ternyata aku salah besar. Esok harinya, badanku sudah merasa baikan. Aku sudah sembuh setelah tidur seharian. Tapi, bayangan wajah tampan itu tak mau hilang dari pikiranku. Aku hanya sekali bertemu dengannya, bahkan aku belum mengetahui siapa namanya.

Entah ada rasa apa, aku ingin bertemu lagi dan mengobrol dengannya. Mungkinkah aku jatuh cinta padanya? Padanya yang tak kukenal? Saat menyadari nya, perasaan hangat dan manis menjalar di hatiku.

"Hana, kau akan naik bus lagi? Kau tak mau diantar Nee-Sanmu?" Tousan memandangku dengan tatapan heran. Aku mengangguk kecil.

"Iya Tousan.'' Jawabku sambil tersenyum. Setelah pamit aku lantas berlari ke arah halte. Aku berharap bisa bertemu dengan pria tampan itu di bus. Aku begitu penasaran. Mungkin jika bertemu aku akan berkenalan dengannya. Aku masih bisa menunggu. Mungkin dia akan datang.

Dan ternyata...

Dia datang... Jantungku berdebar cepat. Pria tampan itu. Pria itu berjalan kearahku. Selangkah, dua langkah dan akhirnya dia berada tepat di hadapanku. Aku memegang dadaku memastikan jantungku tidak lompat dari tempatnya. Aku tak kuat, rasanya ingin ku teriak memanggilnya.

"Hey..." Tanpa sadar aku menarik jaketnya.

"Hn?" Pria itu menatapku tajam, tatapan yang sangat menusuk itu membuatku tercengang. Otakku berpikir keras. Aku harus mengatakan sesuatu. Tapi apa?

''Aku menunggumu sedari tadi.'' Ucapanku membuat pria itu menautkan alisnya. Aku meremas tanganku untuk menahan gemetar.

"Kau ingin berkenalan denganku? Maaf Nona, aku bukan aktor." Jawab Pria itu ketus.

"Terimakasih sudah datang." Kataku takut. Pria tampan itu memandangku heran. Dia pasti tak paham dengan ucapan ku.

"Apa kau sudah gila?'' Tanyanya. Sebal rasanya diberi pertanyaan seperti itu. Tapi, aku ini tipe orang yang tak bisa marah pada orang yang aku sukai.

My Beloved SisterWhere stories live. Discover now