Chapter 26

697 56 30
                                    

Bagaikan di sayat-sayat beribu-ribu kunai tajam, Naruto meringis merasakan dadanya yang teramat sesak menerima kenyataan bahwa dirinya terlambat menemui Hinata di bandara.

Kalau Hinata meminta untuk membunuh dirinya agar bisa bersamanya saat ini juga, ia akan membunuh bahkan ikhlas dirinya sendiri untuk dibunuh. Memang dirinya merelakan Hinata untuk bersama Toneri waktu itu, tapi hanya dengan lisannya. Bukan dengan hatinya.

"Tidak—" Ucap pelan Naruto kala sudah sampai didepan rumahnya. Tatapannya kini penuh dengan kesedihan yang mendalam.

''Aku mencintaimu Hinata...''

"—Maafkan aku, aku sungguh minta maaf padamu." Naruto terjatuh didepan pintu rumahnya, yang seolah ia rasakan jika dihadapannya adalah Hinata. Bukan pintu rumahnya yang megah.


BRUKKKK...


Naruto pingsan di depan pintu rumahnya. Kushina terbelalak kaget setelah membuka pintu rumahnya.

''Naru..."




"Naru..." Pekik Kushina saat melihat putra sulungnya itu pingsan di depannya, di tepuk pipi Naruto pelan.

"Badanmu panas sekali nak.''

"Kushina..." Panggil Minato.

"Minato-Kun! Tolong aku, angkat Naruto ke dalam. Naru pingsan. Badannya panas sekali. Dia demam."

Minato hanya mengangguk sebagai jawabannya dan dengan cepat membawanya ke kamar putranya itu.




Kushina mengkompres Naruto di kamarnya.

''Ada apa dengan Naruto?" Tanya Minato di samping istrinya. Raut wajahnya sangat khawatir.

"Aku tidak tau. Tiba-tiba saja Naruto pingsan dan badannya panas tinggi.'' Kushina memperhatikan putra sulungnya itu dari atas kepala hingga ujung kakinya. Dilihatnya Naruto sangat pucat pasi. Ada apa dengan putranya itu? Apa ada masalah? Kushina bangkit untuk menyiapkan air dan mengompres putranya lagi.

"Hinata..." Naruto mengigaukan nama seseorang yang membuat Kushina dan Minato terkejut bukan main. Pasalnya yang ia tau, kekasih putranya itu adalah Hanabi. Siapa Hinata kalau begitu?

''Hinata... Kumohon kembalilah..." Wajah Naruto mulai terlihat gusar. Keringat dingin mengalir deras di pelipisnya hingga mengalir ke tubuhnya. "Kembalilah Hinata... Hinata..." Ngigauan Naruto semakin jelas terdengar, wajahnya semakin pucat dan nafas Naruto menjadi tidak teratur. Kushina tidak tega melihat putranya itu.

"Naru, ini Kaa-San nak." Ucap pelan Kushina.

"Minato-Kun, siapa Hinata yang diigaukan Naru kita?" Kushina menjadi gusar dengan apa yang diigaukan putranya itu.

''Itu pasti gadis yang waktu itu.'' Jawab Minato.

''Siapa?'' Kushina semakin penasaran.

''Gadis yang kutemui saat menemani Naru di acara amal di Amerika. Gadis bersurai indigo itu? Ah-ya dia.''

''Hinata...'' Racauan Naruto semakin pelan, membuat Kushina kembali mengusap wajah putranya itu lembut, hatinya meringis melihat keadaan kacau putranya itu. Perlahan lahan Naruto tertidur.

"Apa yang sudah terjadi padamu, Nak? Kenapa bisa seperti ini?" Gumam sedih Kushina.




"HINATA!!!!" Naruto terbangun dengan deru nafas terengah-engah. Kepalanya langsung sangat pusing karena terbangun dengan gerakan dadakan, namun ada sesuatu yang jatuh dari keningnya. 'Kompres? Apa yang terjadi padaku? Ughhh...' Naruto langsung terbelalak saat kesadarannya sudah pulih, terakhir yang dia ingat adalah saat ia di bandara, Hinata pergi dan ia pulang. Namun setelah itu tiba tiba pandangannya berkunang kunang dan tiba tiba menjadi hitam semua. Di edarkan pandangan ke ruangan yang diketahuinya sekarang, ini adalah kamarnya.


My Beloved SisterWhere stories live. Discover now