Chapter 32

730 63 11
                                    

Hanabi POV...




Aku berjalan menuju kelasku. Sebelumnya aku telah melihat jam yang sudah menunjukan 11.00 tepat. 5 menit lagi kelas kuliah akan dimulai. Namun entah apa yang dipikiranku sekarang, kedua kakiku membawaku pada taman belakang Universitas. Aku berjalan menuju sebuah kolam ikan kecil. Aku duduk dengan menekuk kedua kakiku dengan arah yang sama. Aku hanya memandangi ikan di kolam dengan tatapan sendu.

Liquidku perlahan mengalir dipelupukku. Aku kembali menangis, entah mengapa setiap mengingat Konohamaru, aku selalu menangis dan kembali menangis. Dulu kumenangis karena cintaku berubah, cintaku ditolak kembali oleh Naruto-Kun dan sekarang karena Konohamaru. Kenapa air mataku tak kunjung habis?

"Hanabi?" Sebuah suara mengalihkan pikiranku. Dengan  cepat aku menghapus air mataku lalu aku menoleh.




Hanabi POV End...


Hanabi menoleh dan mendapatkan seorang gadis dengan dikucir dua menjuntai kebawah tengah menatapnya sendu.

"Ada apa denganmu, Hana?" Tanya Moegi.

"M-Moegi? Kau disini?" Tanya Hanabi sambil memaksakan senyumnya.

"Mau bercerita padaku?" Tanya Moegi.

Moegi berjalan mendekati Hanabi lalu duduk di sebelah kiri Hanabi dan ikut memandangi ikan yang ada di kolam.

Hanabi diam dan menunduk. Ia bingung apakah ia harus bercerita atau harus memendam apa yang ia rasakan sendirian saja? Ini dilema baginya.

"Jika kau bercerita mungkin itu akan meringankan beban pikiranmu, Hana.'' Ucap Moegi sambil tersenyum.

"Bolehkah aku bertanya, Hana?" Lanjut Moegi membuka pembicaraan.

''Apa?"

''Apakah kau mencintai Konohamaru?" Tanya Moegi hati-hati.

Hanabi diam, sesungguhnya ia masih bingung dengan perasaannya pada Konohamaru. Awalnya ia mencintai sangat Naruto, namun entah mengapa seteleh cintanya kembali ditolak oleh Naruto, ada perasaan aneh yang menggelayar di dadanya kini pada Konohamaru saat mengetahui Konohamaru sangat membenci dirinya dan memilih untuk bersama Moegi, sahabatnya.

"A-aku tidak mencintainya." Ucap Hanabi. Moegi menautkan alisnya bingung.

"K-kau yakin?" Tanya Moegi lagi dengan hati-hati.

''Ya." Jawab Hanabi dengan singkat. Entah mengapa ada rasa aneh saat mengatakan tidak. Mengingat ia begitu emosi melihat kedekatan Konohamaru dengan Moegi.

"Kau menyembunyikan perasaanmu yang sebenarnya untuk Konohamaru?" Tanya Moegi lagi.

"Lalu bagaimana perasaanmu pada Konohamaru?" Balas Hanabi membalikkan pertanyaan Moegi padanya.

''Aku tidak memiliki perasaan padanya. Aku hanya mengaguminya.'' Jawab Moegi.

Hanabi diam dan menunduk, Ia bingung bagaimana perasaannya pada Konohamaru. Jujur ia merasa kehilangan sosok Konohamaru yang hangat,yang jahil dan usil padanya.

"Kau mencintai Konohamaru bukan? Jujurlah Hana." Ucap Moegi dengan tersenyum. Hanabi menggeleng.

"Aku tau kau mencintainya. Aku tau Konohamaru juga mencintaimu." Lanjut Moegi.

Hanabi kembali menggeleng. ''Konohamaru mencintaimu, Moegi. Bukan aku.''


Gyutttt!!!


Ada rasa sesak mendalam kala Hanabi mengatakan itu pada Moegi. Rasanya sangat sesak, hingga udara disekelilingnya menjadi hilang seketika. Hanabi bangkit dari duduknya.

''Aku senang jika kau bersama Konohamaru, Moegi. Kau bisa membahagiakannya.'' Ucap Hanabi kemudian berlalu meninggalkan Moegi yang menjadi bingung sebenarnya ia ada diposisi yang bagaimana? Jujur saja jika Hanabi tak yakin dengan perkataannya sendiri.

Sebuah mobil berhenti di depan gerbang sebuah rumah. Di dalam mobil tersebut terdapat seorang pria bersurai coklat dan seorang gadis berkucir dua dengan menjuntai kebawah. Sang pria keluar lebih dulu dari mobil lalu membukakan pintu untuk sang gadis.

"Terimakasih, Konohamaru." Ucap Moegi sambil tersenyum.

"Konohamaru..." Panggil Moegi ketika Konohamaru.

"Ada apa, Moegi?" Tanya Konohamaru.

"Apakah aku hanya pelampiasanmu saja?'' Tanya Moegi.

Konohamaru tersentak heran mengapa Moegi bertanya seperti itu padanya. Konohamaru menundukkan wajahnya, ia bingung harus menjawab seperti apa karena takut menyakiti hati Moegi jika jujur bila menjawab menjawab 'iya' karena Konohamaru memang menjadikannya pelampiasan.

"Tidak perlu dijawab." Ucap Moegi. "Sekarang aku mohon jawab pertanyaanku ini. Apakah kau memiliki perasaan pada Hanabi?" Tanya Moegi. Moegi diam menunggu Konohamaru menjawab pertanyaannya.

"Aku tidak memiliki perasaan apapun pada Hana. Aku-"

''Aku sudah tau jawaban terjujurmu. Dari tatapan matamu yang berbeda pada Hanabi. Bukan aku.'' Ucap Moegi memotong perkataan Konohamaru. ''Jika kau ingin menjadikanku pelampiasan, cukup sampai disini saja Konohamaru. Aku pun memiliki perasaan. Kau tak melihatku seperti melihat Hanabi.'' Ucap Moegi panjang.

Moegi berjalan menuju pintu rumahnya. Membuka pintunya dengan perlahan.

"Kau salah jika mencari pelampiasan untuk membuktikan jika kau membenci Hanabi. Aku tau kau mencintainya. Perjuangkanlah cintamu pada Hana." Ucap Moegi lalu masuk kedalam rumahnya, meninggalkan Konohamaru yang mematung karena ucapan Moegi. Konohamaru masuk kedalam mobilnya dan melajukannya.

"Aku memang mencintai Hana, Moegi..." Batin Konohamaru. ''Maafkan aku Moegi.''

Semakin kau melampiaskan rasa sakit hatimu pada orang lain, semakin kau tak menyadari jika semakin besar rasa cintamu padanya.




Akhirnya Naruto sampai di apartemen yang menjadi tujuannya menerbangkan diri hingga ke Amerika dengan mendadak. Ini kedua kalinya semenjak acara amal itu, Naruto menginjakkan kakinya di sini lagi, ia kini berada di 3003 Van Ness Apartments 4,3 57 Kompleks apartemen di Washington, D.C., Amerika Serikat.

"Mari Tuan saya tunjukan jalan menuju kamar anda." Ucapan sang pria muda membuyarkan lamunannya dan merekapun berjalan menuju kamar yang akan tinggalinya beberapa waktu kedepan.




Sesampai di kamar bernomor 251, Naruto langsung menabrakan tubuhnya di kasur King Sizenya dan mengatur nafasnya yang membara.

"Akhirnya aku berada disini." Gumam Naruto.

Langit Washington DC sudah menggelap. Pemburuan Naruto menemui titik terang sekarang.

"Aku berada di apartemen yang kau tinggali Hinata. Apakah aku akan sanggup bertemu denganmu setelah kejadian itu?''



Hinata tidak bisa tidur. Entah mengapa, malam ini ia begitu gusar. Hinatapun tidak mengetahuinya, bangkit dari ranjangnya dan menghampiri balkon kamarnya.

Langit sudah menggelap seperti hatinya kini yang sudah menggelap setelah meninggalkan Tokyo.

"Bagaimana kabarmu, Naruto-Kun? Apakah kau kembali pada Hana?'' Hinata menutup kedua matanya perlahan. Menghirup angin malam yang sangat menusuk. Ulu hatinya nyeri, dadanya sesak.

Tak dipungkiri, rasa rindu menguak di benaknya kini pada sosok pria bersurai kuning yang menjadi beban pikirannya saat ini. Kedua manik keperakannya terbuka, ia pandangi langit dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sampai dimana takdir akan mempermainkan kita, Naruto-Kun?'' Gumam pilu Hinata pada kegelapan malam yang seakan bisa merasakan kesakitan dalam hatinya.





Bersambung...




Chap 32 UP😂😂


Marhaban ya Ramadhan🙏


Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan🙏😄


Vomenttttttnya😘😘

My Beloved SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang