42. Menjauhi Dan Dijauhi

77.3K 5.3K 203
                                    

Setelah selesai bersiap siap, aku langsung berangkat kesekolahan. Sekolahan yang sudah ramai, hal yang ku jauhi akhirnya terjadi, saat dimana Naran berdiri didepanku dan menyapaku namun hanya aku diamkan dan lanjut berjalan seakan aku tak melihatnya.

"Beb, kamu kenapa?".Tanya Naran sambil berjalan beriringan denganku.

Aku tetap pura pura tidak dengar.

"Kamu sakit?".Lanjutnya.

"Ikut aku kedepan gudang, aku mau bicara".Ucapku pelan tanpa menoleh kearahnya dan tanpa menghentikan langkahku.

Kami berjalan beriringan hingga kedepan gudang yang sepi.

"Kenapa?".Tanya Naran diiringi senyuman ramahnya.

Aku menghela napasku dalam dalam.

"Kita udahan ya".Ucapku tanpa menatap Naran.

Naran mengernyitkan dahinya lalu membelai rambutku dengan lembut.

"Kamu kenapa? Diganggu lagi?".Tanya Naran lalu tersenyum.

Aku menepis tangan Naran yang menyentuh rambutku dengan kasar.

"Jangan sentuh aku!".Omelku.

"Kamu kenapa? Bilang jujur, biar aku bisa bantu kamu. Aku ga mau ninggalin kamu sendirian saat kamu kesusahan".Ucap Naran menatapku dengan raut wajah mulai sedih.

"Aku ga butuh kamu. Selama ini aku ga suka sama kamu! Aku cuma mainin kamu! Aku mau putus sekarang! Puas?!".Ucapku menahan tangis dan merubahnya menjadi seakan kemarahan.

"Aneh ya, setelah semua yang kita jalani, tiba tiba kita menjadi orang asing".Ucap Naran berusaha tersenyum.

Aku terdiam mendengar ucapannya. Ia terlihat hampir menangis namun ia menahannya dengan bersikeras, sepertinya dia tidak ingin menangis didepanku.

"Aku benci kamu! Aku ga mau ketemu kamu lagi!".Ucapku setengah berteriak.

"Aku tau seharusnya seorang laki laki tidak menangis, tapi aku ga bisa nahan air mata ini".Ucap Naran pelan dengan mata berkaca kaca.

Senyuman sedikit terukir diwajahnya membuatnya terlihat manis.

"Kadang aku harap aku bisa jadi anak kecil lagi. Karena ngobatin lutut yang luka itu jauh lebih mudah daripada ngobatin hati yang luka".Lanjut Naran.

"Kalau kamu punya masalah, jangan ditanggung sendirian, ceritain keaku. Jangan tiba tiba kayak gini, kamu tau kalau aku ga mau nangis didepan kamu kan?".Tanya Naran dengan mata berkaca kaca.

"Mulai hari ini, aku ga mau bicara sama kamu ataupun temen temen kamu. Jauhin aku. Aku lebih nyaman sama hidup aku yang dulu, serba sendirian".Ucapku tanpa menatap mata Naran.

Naran meneteskan air matanya. Pertama kalinya bagiku melihat seorang laki laki yang menangis, apalagi itu laki laki yang kusayangi.

Mulutku seperti terbungkam, menahan apa yang ingin kukatakan pada Naran. Aku hanya menatap wajah Naran yang memerah, dia menghapus air matanya dengan lengan seragamnya lalu kembali menatapku.

"Aku tau hari ini akan dateng, tapi aku ga nyangka akan dateng secepat ini".Ucap Naran berusaha tersenyum.

"Soal kamu cuma mainin aku, itu bohong kan?".Lanjut Naran.

Naran sudah terluka saat Vally meninggalkannya, kenapa sekarang malah aku yang meninggalkan Naran dengan bekas luka yang baru?

"Itu beneran. Aku ga pernah serius sama kamu. Kamu pikir aku suka sama kamu? Kamu gila? Itu ga akan terjadi. Jadi lebih baik kamu tinggalin aku sendiri, aku ga mau nyakitin kamu lebih dalam lagi".Ucapku lalu menatap Naran yang terlihat seperti mengukir senyuman palsu diwajahnya.

"Casandra dan Melle, kamu juga ga serius temenan sama mereka? Mereka udah anggap kamu sahabat, kamu kenapa Evie? Dalam kurung waktu semalam, kamu langsung berubah".Ucap Naran.

"Kamu bukan Evie yang aku kenal, Evie yang aku kenal itu lembut, tulus dan jujur. Kamu penuh kebohongan!".Lanjut Naran.

"Kalian bisa benci aku, itu terserah kalian. Dan ingat, jangan pernah menyapaku lagi, Anggap aja kita ga pernah saling kenal".Ucapku.

Aku berjalan pergi meninggalkan Naran yang masih berdiri kaku didepan gudang. Ia mengeluarkan sebuah topi putih dari tasnya lalu memakai topi itu untuk menutupi wajah merahnya.

Sesampainya dikelas, aku sengaja menatap teman sekelasku dengan tatapan seakan aku membenci mereka, karena dengan cara seperti itu, mereka juga akan membenciku. Aku hanya pembawa sial yang akan membawa kesialan dalam kehidupan mereka. Cukup aku yang selalu kehilangan, jangan orang lain. Apalagi yang kukenal.

Mereka hanya membalas tatapanku sambil berbisik keteman mereka. Aku langsung duduk ditempat dudukku lalu membaca buku pelajaran sama seperti saat pertama kali aku datang kesekolah ini.

Aku melihat Naran yang melangkah masuk kekelas dan menaruh tasnya ditempat duduknya, ia melepas topinya lalu melemparnya kedalam kolong meja, ia menatapku lalu tersenyum tipis dan keluar dari kelas lagi.

Naran menceritakan segalanya pada teman temannya yang sedang berkumpul dikelas Casandra.

"Gila ya, aku kira dia baik ternyata dia cuma bercanda dan mainin kita?".Geram Nicho begitu mendengar cerita Naran.

"Aku masih ga yakin. Selama ini Evie kelihatan tulus sama kita, dia begitu pasti ada alasannya".Ucap Naran lalu tertunduk.

"Biar aku bicara sama dia".Ucap Casandra sambil menatap Naran.

"Jangan, dia bilang dia mau sendirian, dia ga mau diganggu sama kita berenam".Ucap Naran.

"Aku takut ada yang ganggu Evie. Apa jangan jangan itu Rachel ya?".Tanya Melle.

Naran mengernyitkan dahinya begitu mendengar nama Rachel. Dia ingat Rachel sangat menyukaiku dan ia berpikir Rachel pasti melakukan sesuatu, entah apa itu.

"Iya, pasti dia!".Tegas Naran.

"Masa sih? Dia suka sama Evie, berarti dia ga mau Evie sedih kan? Buat apa dia bikin Evie berbuat begitu?".Tanya Allen.

"Kamu itu ngehancurin pendapat orang lain aja".Balas Abel.

"Ga sengaja".Lanjut Allen lalu kembali menatap Naran.

"Berarti sekarang kamu sama Evie udah putus?".Tanya Nicho.

Naran menggangguk pelan.

"Ga nyangka ternyata date semalam bakalan jadi date terakhir kalian berdua".Ucap Allen lagi.

"Kamu habis nangis kan?".Tanya Casandra.

"Tau dari mana? Padahal bekas merahnya udah hilang".Sahut Naran.

"Matamu ga bisa bohong, matamu sedikit bengkak tuh".Ucap Melle.

"Aku pikir kamu ga akan pernah nangis, tapi diputusin Evie malah nangis".Ucap Casandra.

"Kan ga sengaja, malu banget nangis didepan Evie".Ucap Naran lalu tersenyum tipis.

"Pokoknya aku tetap harus bicara padanya".Ucap Casandra.

"Ya, mungkin kamu bisa bikin dia bicara jujur tentang masalahnya".Ucap Abel setuju.

Melle menggangguk pelan menatap Casandra.

"Aku ga mau kehilangan sahabat spesial kayak dia".Batin Casandra.

[✔] Indigo Girl - SUDAH TERBITWhere stories live. Discover now