35. Hubungan Serius

88K 6.5K 397
                                    

Setelah membersihkan seragamku, aku keluar toilet menemui Naran yang sedang menungguku.

"Yuk, langsung ke UKS aja".Ajak Naran lalu menggandengku.

Kami pergi ke UKS dan mengambil seragam ganti.

"Aku ganti disini aja, kamu bisa keluar sebentar kan?".Tanyaku.

Naran menggangguk pelan lalu tersenyum dan keluar dari UKS. Aku mengganti seragamku dengan seragam yang bersih, lalu aku melipat seragam kotorku dan memegangnya lalu menghampiri Naran yang menungguku diluar.

"Mau langsung kekelas atau kekantin nemuin Casandra sama yang lainnya?".Tanyaku.

"Langsung kekelas aja, ada yang mau aku tanyain".Sahut Naran lalu menggandeng tanganku.

Kami berjalan beriringan kekelas yang saat itu sepi hanya diisi dengan beberapa murid. Naran memilih duduk ditempat dudukku bersamaku karena tempat dudukku dibelakang dan lebih leluasa saat ingin bicara berdua.

"Tadi, kamu lihat mahluk di UKS tadi?".Tanya Naran.

"Ga...".Sahutku singkat.

"Sumpah, tadi aku hampir muntah pas lihat wajahnya".Ucap Naran sambil membayangkan sosok hantu yang ia lihat tadi.

"Kenapa?".Tanyaku.

"Dia itu perempuan, mukanya ada luka sayatan lebar yang dipenuhi sama belatung dan bau busuk".Jelas Naran.

"Aku udah biasa liat yang begitu, jadinya gapapa".Ucapku lalu tersenyum.

"Kamu tau ga kenapa aku ga nyesel terlahir sebagai indigo?".Tanya Naran sambil mendekatkan wajahnya hingga berdekatan dengan wajahku.

"Kenapa?".Tanyaku.

"Karena dengan terlahir sebagai indigo, aku bisa kenal kamu, dan bisa pacaran sama kamu".Sahut Naran lalu tersenyum lebar.

"Kamu tau, dulu aku juga sama seperti kamu. Gapunya teman sampai kebiasaan menyendiri. Tapi sejak sekolah disini dan bertemu sama Nicho dan Allen, awalnya mereka nganggep aku aneh tapi akhirnya mereka bisa nerima kelebihanku. Itu yang disebut sahabat, kan?".Tanya Naran.

Aku menggangguk pelan.

"Kamu tau ga, kalau ada hantu perempuan yang suka sama kamu?".Tanyaku menatap Naran.

"Tau, Andrea kan?".Tanya Naran memastikan.

Aku menggangguk lagi.

"Udah lama dia ga muncul, kenapa ya? Sejak dia buat ayah dan ibuku meninggal, dia ga pernah muncul lagi".Jelasku.

"Dia yang bikin kalian tabrakan?".Tanya Naran terkejut.

Aku menggangguk sekali lagi.

"Dia ga mau aku dekat sama kamu, tapi sekarang baguslah dia ga muncul lagi. Kalau dia muncul, penghalang kita ada dua...".Ucapku lalu tersenyum.

"Andrea dan Alexa".Lanjut Naran lalu membalas senyumanku.

"Lagian, Andrea itu cocoknya sama Rachel. Mereka sama sama hantu".Ucap Naran.

"Nanti, mampir kerumahku ya".Lanjut Naran.

"Ngapain, kenapa ga langsung pulang aja?".Tanyaku.

"Papa aku, mau ketemu sama kamu. Kamu mau ketemu sama calon mertua kamu kan?".Tanya Naran lalu tersenyum lebar.

Aku menggangguk dengan cepat lalu tersenyum lagi.

"Sejak keluar dari rumah sakit waktu itu, kamu jadi banyak senyum".Ucap Naran.

"Ga boleh?".Tanyaku.

"Boleh!".Sahut Naran singkat.

*Pulang sekolah

Aku naik mobil Naran dan pergi bersama Naran kerumahnya untuk bertemu dengan papanya. Jantungku berdebar sangat kencang, tak menyangka Naran akan memperkenalkanku dengan papanya secepat ini.

Aku dan Naran duduk bersama disofa ruang tamu rumah Naran, berhadapan dengan papanya Naran yang tampak bijaksana, tampan, cerdas, dan tegas.

"Siang om, saya Eveline Adalina".Ucapku memperkenalkan diri.

"Siang, anak manis...".Sapa papa Naran dengan ramah.

"Kamu benar benar cocok sama Naran, kalau dilihat dari luar, sepertinya kamu anak yang manis dan baik".Ucap papa Naran lalu tersenyum.

"Pah, Evie ini sama kayak aku, indigo juga".Ucap Naran.

"Kalau begitu, kayaknya kalian benar benar ditakdirkan untuk berjodoh".Ucap papa Naran.

"Orang tua kamu, dimana?".Tanya papa Naran.

"Sudah meninggal".Sahutku lalu tersenyum tipis.

"Maafin om ya, om ga tau".Ucap papa Naran.

"Gapapa om".Ucapku.

"Jadi, kamu sekarang tinggal sama siapa?".Tanya papa Naran.

"Sendirian, om".Sahutku.

"Kamu gapapa tinggal sendiri? Apa ga mau nginap disini aja, atau mau ditemani Naran?".Tawar papa Naran.

"N-nggak perlu om, saya bisa sendiri kok".Sahutku agak gugup.

Naran hanya menatapku lalu menahan tawa.

"Kamu sudah makan siang? Mau makan bareng om dan Naran?".Tawar papa Naran.

"Nggak om, gausah".Sahutku pelan.

"Kamu bisa masak ga?".Tanya papa Naran sontak membuatku terkejut.

"Bisa om, memangnya kenapa ya?".Tanyaku heran.

"Kalau gitu, om mau kamu masakin masakan buat om dan Naran, bisa kan? Om pengen cobain masakan kamu".Pinta papa Naran.

"Masakan calon menantu, pasti enak".Lanjut om.

Aku hanya bergidik mendengar ucapan papa Naran, ternyata mereka papa dan anak sama saja.

[✔] Indigo Girl - SUDAH TERBITWhere stories live. Discover now