3. Menolong Hantu

189K 14.5K 487
                                    

Saat bel berbunyi sekali lagi, tanda jam istirahat telah selesai. Naran kembali duduk ditempatnya, begitu juga Chesie yang langsung datang dan duduk disampingku lagi.

"Cowok itu tampan, sama seperti calon suamiku" Ucap Chesie begitu sampai ditempat dudukku.

"Naran? Ya, dia memang tidak jelek" sahutku

"Jangan lupa, aku akan mengantarmu kerumah Miro"

Aku menggangguk pelan lalu melanjutkan pelajaran dengan tenang. Saat bel pulang sekolah berbunyi, aku langsung melesat keluar dengan cepat bersama dengan Chesie yang mengikutiku dari belakang. Tiba tiba terdengar suara Naran memanggilku, suaranya memberhentikan langkahku dan aku menunggunya hingga ia berdiri didepanku.

"Chesie ngapain?" Tanya Naran sambil menatap Chesie yang kini berdiri disebelahku.

"Dia minta tolong buat jelasin kematiannya kecalon suaminya, jadi dia mau nganterin aku kerumah calon suaminya" Sahutku, panjang lebar.

"Boleh ikut?" Tanya Naran sambil menatapku lalu menatap Chesie.

"Boleh.." Lirih Chesie lalu kembali berjalan.

Kini Chesie berjalan didepan sedangkan aku dan Naran berjalan berdampingan mengikuti arahan Chesie. Kami tiba disebuah rumah bercat biru langit yang luas dan mewah.

Aku memencet belnya berkali-kali hingga seorang wanita keluar dan menemui kami, wanita yang terlihat seperti pembantu itu menanyakan tujuan kami datang.

"Aku mau ketemu sama Tuan Miro Haruko, ada?" Tanyaku.

"Tuan Miro? Ada masalah apa ya?" Tanya perempuan pembantu itu sebelum mengijinkanku masuk.

"Cukup katakan padanya, saya temannya mbak Chesie"

Pembantu itu masuk menemui Miro lalu kembali mempersilahkan ku menunggu Miro sambil duduk diruang tamu. Chesie ikut duduk disampingku dengan tidak sabar ingin melihat wajah Miro.

"Kamu temannya Chesie?" Tanya pria yang ternyata itu adalah Miro.

Aku dan Naran menggangguk berbarengan.

"Gadis tidak tau diri itu telah mempermalukanku! Dia kabur dihari pernikahan kami, seharusnya kalau dia tidak ingin menikah, cukup katakan saja padaku!" Omelan Miro dengan penuh kekesalan.

Chesie menunduk terdiam mendengar tuduhan yang keluar dari mulut Miro yang belum mengetahui kematian Chesie.

"Maaf, Tapi Chesie tidak kabur" Ucapku pelan lalu menunduk.

"Chesie dibunuh saat dalam perjalanan kemari, mayatnya dibuang dan belum pernah ditemukan. Semua orang memang belum tau kematian Chesie, tolong jangan katakan hal yang buruk tentang Chesie" Jelasku dengan agak sedikit takut.

"Dibunuh? Tidak mungkin kan? Kenapa aku sebagai calon suaminya sendiri justru tidak tau?"

"Aku dibunuh oleh seseorang yang tidak menyukai pernikahan kami, mereka tidak senang kalau aku dan Miro menikah. Katakan itu padanya" Ucap Chesie lalu menangis pelan.

"Chesie dibunuh oleh seseorang yang tidak menyukai pernikahan kalian. Mereka tidak senang kalau Chesie dan kamu menikah" Jelasku.

Naran menatap kearah Chesie yang menangis.

"Aku paling tidak mampu kalau melihat seorang wanita menangis" Batin Naran yang terbaca olehku.

Miro terlihat sangat terpukul lalu menahan tangisnya.

"Pasti Barry! Pasti Barry, kan?" Tanya Miro dengan kesal.

"Iya, memang dia. Tapi Barry sudah meninggal, aku sudah membuatnya mati karena tabrakan mobil hingga mobilnya hanyut kelautan" Ucap Chesie melanjutkan tangisannya.

"Memang dia, Tapi dia sudah meninggal karena kecelakaan mobil hingga mobilnya hanyut dilaut" Ucapku meniru perkataan Chesie.

Kekesalan Miro tampak mereda perlahan.

"Maaf, aku indigo. Karna itu aku bisa melihat Chesie yang sekarang sudah menjadi hantu gentayangan karena tidak tenang" Ucapku mengakui identitas yang kubenci dalam diriku.

"Ya, aku memercayaimu. Tolong katakan padaku, dimana Chesie? Katakan padanya, maukah dia tinggal disini menemaniku?" Tanya Miro menatapku dengan penuh harapan.

"Aku mau, aku akan menemanimu" Ucap Chesie menatapku.

Aku menggangguk pelan lalu membalas tatapan Miro. Senyuman lebar nampak terukir diwajah Miro si pria tampan berumuran 20 tahunan ini.

[✔] Indigo Girl - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang