Embrace The Wind Part 31

8.9K 1.2K 85
                                    

"Kau... Apa kita benar-benar pernah bertemu sebelumnya?" ucap Shania akhirnya.

Mendengar itu pun, Ashton terdiam. Ia menatap semakin lekat dengan tak sabaran. Kedua alisnya terangkat penuh harap seiring kedua kelopak matanya membuka lebar.

"K—kau ingat? Kau mengingatku?!" Ashton kali ini beralih memegang kuat kedua lengan atas Shania. Mengguncang-guncang tubuh Shania pelan berharap Shania memberitahukannya hal lebih lanjut.

Shania mengeleng ragu kecil. "Entahlah. Aku hanya merasa melihat kau dalam kepalaku sebentar. Apakah itu déjà vu?"

"Itu bukan hanya déjà vu! Itu memang pernah terjadi. Kau dan aku!" seru Ashton dengan nada tinggi karena gemas berharap Shania segera mengingat semua ingatannya sebelumnya jika itu memeng mungkin.

"Hei! Kenapa kau berteriak padaku! Aku bilang aku tidak ingat! Dan sekarang yang harusnya kesal adalah aku. Sekarang, kembalikan sepatuku!" balas Shania berseru pada Ashton. Kekesalan yang sempat ia lupakan pun kembali ia ingat.

Ashton hanya bisa menghela napas panjang. Mungkin yang didengar Ashton adalah 'sekarang kembalikan sepatuku!' tetapi yang ia tangkap di balik kalimat itu 'sekarang jelaskan apa yang sebenarnya terjadi kemarin!' dan mungkin karena itu memang yang berusaha diungkapkan Shania yang selalu pintar menyembunyikan pertanyaannya yang sesungguhnya.

Tanpa menunggu persetujuan Shania, Ashton menarik pelan pergelangan tangan Shania menuju mejanya. Walau sesekali perempuan itu minta dilepaskan, Ashton tetap memegang dan menarik Shania hingga berada di belakang meja bersama pria itu.

Laci kecil teratas di meja kerja besar itu pun dibuka oleh Ashton. Ia memberikan sebuah bingkai foto pada Shania. Bingkai foto yang berisikan foto Ashton dan Rebecca, kakak perempuannya.

"Untuk apa kau memperlihatkan ini padaku?" tanya Shania dengan masih mempertahankan kecuekannya.

"Apa sekarang kau percaya dia kakakku?

Shania menghela napas tak percaya. "Hei, kau pikir hanya karena kau mempunyai foto dengan wanita yang tampak lebih tua itu dan kau memakai seragam SMA, aku akan percaya dia kakakmu? Bisa saja kau sudah menjalin hubungannya dengan saat kau masih SMA dan mengambil foto ini."

Ashton menggeleng-geleng tak percaya dengan isi pikiran Shania. Dengan sedikit gemas, Ashton duduk di kursinya dan meraih sebuah bingkai lagi yang terpajang di atas mejanya. Lagi-lagi Ashton memberikan bingkai foto pada Shania.

"Kau percaya sekarang? Apa lagi? Kau mulai bilang bisa saja aku sudah berpacaran dengannya sejak aku TK dan orang tua kami sudah menyetujuinya?"

Shania terdiam memandang foto kedua yang ada di tangannya. Foto itu berisikan Ashton yang berumur sekitar enam tahun bersama seorang wanita yang berpose ceria di depan kamera bersama kedua orang tua Ashton di belakang Ashton dan perempuan itu.

Karena menyadarinya, Shania hanya bisa terdiam. Ia tak bisa membuat alasan lagi atau bahkan membuka mulutnya mengakui bahwa ia sekarang sudah percaya.

Seringai kemenangan pun terlihat terbit di sudut bibir Ashton. Walau tak mengatakan apapun. Ia tahu ia sudah mengalahkan perempuan itu dalam berdebat. Dengan gemas dan gaya arogan, Ashton merebut bingkainya kembali dan meletakkan di atas mejanya kembali. Sembelum menatap Shania yang masih terdiam namun berusaha ikut terlihat arogan. Yang malah sekarang tampak menggemaskan bagi Ashton.

"Apa sekarang kau percaya? Aku tidak sedang menyelingkuhimu," ucap Ashton memecah keheningan.

Mendengar itu, Shania merona. Dia benar-benar malu karena bertingkah marah dan cemburu seolah Ashton adalah kekasihnya. Hanya saja ia merasa dirinya bertingkah aneh setelah mengenal Ashton. Ia seperti merasa bahwa Ashton adalah miliknya yang berhak untuk dia jaga. Dan dia malu dengan fakta itu mengingat ia dan Ashton belum lama ia kenal. Walau Shania penggemar lukisan-lukisan Ashton dulunya.

Embrace The WindDove le storie prendono vita. Scoprilo ora