Embrace The Wond Part 19

7.7K 960 55
                                    

Maaf yah ingkar janji lagi hehehe. Soalnya abis pindah rumah kos trus sibuk ngurusinnya. Belum lagi beberapa minggu ini moodku untuk nulis benar-benar hilang ngk tahu kenapa. For everyone who waiting, thank you so much and enjoy. LOVE.

***

Malam ini Ashton memandangi tumpukan foto itu di ruang bacanya dengan pandangan mata serius yang tak pernah beralih. Ia baru saja selesai memandikan tubuhnya yang lelah dan kaku dengan air hangat tepat setelah mengantar Shania kembali ke rumah kecil itu, sebelum kemudian ia melihat tumpukan itu.

Tubuhnya masih terbalut jubah mandi besar yang dipasang seadanya, hingga bisa terlihat dada bidangnya seolah berusaha mengintip keluar. Pemandangan yang benar-benar bisa mempesona wanita mana saja jika mereka melihatnya.

Ia terus menatap tumpukan itu dalam diam. Foto-foto itu menampilkan senyum dirinya bersama Shania yang menggunakan raga Hannah. Membuat setiap orang yang melihatnya akan berpendapat bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih yang sangat serasi. Jujur, Ashton sedikit bahagia melihatnya. Namun, entah kenapa dia tetap merasa bahwa bukan ini yang ia inginkan.

Ashton menghela nafas panjang sebelum akhirnya menaruh tumpukan foto itu dengan pelan dan rapi di laci paling atas mejanya. Pikirannya kembali menerawang ke beberapa jam sebelumnya, saat ia dan Shania makan malam bersama di sebuah warung sederhana.

Sebuah senyuman geli muncul di kedua sudut bibirnya begitu mengingat tingkah Shania saat makan malam tadi. Shania selalu makan begitu lahap tanpa mengeluh, membuat orang yang melihatnya juga akan makan dengan lahap.

Semua tingkah polos dan terbuka Shania seakan menyihirnya. Seakan ia baru saja menemukan sebuah warna baru yang lebih terang dari putih, lebih hangat dari oranye dan lebih indah dari merah muda dan ia sangat ingin masukkannya di lukisan kesukaannya.

Ashton kemudian mengambil ponselnya. Mengetikkan beberapa kata sebelum mengirimnya lalu tertidur di ranjang besarnya. Tanpa sadar, Ashton mengakhir malamnya dengan penuh senyuman sebelum memulai hari barunya lagi esok. Senyuman yang mana dibuat oleh sang perempuan arwah.

***

Di tempat yang berbeda, Shania sedang tertidur. Ia merasakan bahwa raga itu sangat lelah hari ini sehingga membuat Shania hanya mengganti bajunya saja sebelum kemudian naik dan terlelap di atas tempat tidur kecil milik Hannah.

Di dalam tidur lelapnya, Shania bermimpi. Ia memimpikan masa lalu yang pernah ia lewati. Masa lalu yang ia lihat adalah miliknya. Masa lalu yang kembali membawanya ke awal dan seolah menjadi titik acuan utama yang membuat semua ingatannya kembali saat sebelum ia kecelakaan.

Mimpi itu mulai berputar ke masa 21 tahun yang lalu. Saat ia masih begitu imut dan manis mengingat umurnya yang masih terbilang kanak-kanak itu. Hidup Shania dulu tak semampu saat ini. Shania ingat, keluarganya mempunyai perusahaan kecil. Walau tak sebesar dan sebanyak keluarga Ashton, hidup Shania cukup tercukupi. Bisa dibilang mereka hidup sederhana dulu. Bisnis ayahnya pun tak sebesar sekarang. Jadi tak aneh jika Shania kecil memandang takjub rumah itu. Rumah salah seorang dermawan kaya raya yang dikenal oleh ayahnya.

Shania datang ke rumah besar itu bersama ayah dan ibunya. Shania tak ingat alasan kedua orang tuanya ke sana. Ia masih anak-anak untuk mencampuri urusan para orang tua. Shania hanya merasa bahwa ia mengunjungi sebuah rumah yang sangat indah.

Ingatan tahap-tahap kejadian masa kecilnya yang ia simpan baik-baik mulai kembali seakan menampakkan wujudnya. Seperti rol film yang mulai terulang di hadapannya. Seorang pria dan wanita yang tampak seumuran dengan kedua orang tuanya keluar dan tersenyum menyambut mereka. Sepertinya kedua orang itu mengenal baik kedua orang tuanya.

Embrace The WindWhere stories live. Discover now