Embrace The Wind Part 7

7.8K 1K 55
                                    

"Apa? Bukankah yang kudengar nama tunanganmu adalah Hannah?" tanya Terry yang bingung dengan polosnya.

Seketika Ashton—yang tak menyadari kesalahannya—ikut terbelalak kaget mendengarnya. Dia benar-benar tak sadar bahwa ia salah menyebutkan nama. Walau memang Shania yang sedang berada di tubuh Hannah, tetap saja kenapa ia harus menyebut bahwa Shania sebagai nama tunangannya.

"Ah... maksudku. Namanya memang Hannah. Tapi aku sering memanggilnya Shania. Dia suka dipanggil begitu. Itu seperti nama lain," kilah Ashton dengan raut dibuat semeyakinkan mungkin.

"Oh." Terry kembali mengangguk-angguk mengerti. Dia kemudian kembali tersenyum dan menunjuk lift di sampingnya. "Kalau begitu, aku duluan. Sekali lagi selamat buat kalian. Semoga hubungan kalian terus erat hingga tua."

Ashton mendengus mendengarnya. Yang benar saja, hubungan erat sampai tua dengan perempuan aneh itu benar-benar doa yang sangat menggelikan. Namun, sayangnya Ashton tak berani mengeluarkan isi pikirannya di depan Terry atau semua akan terlihat aneh.

"Ya, terima kasih. Sampai jumpa lagi, Terry," balas Ashton melihat pintu lift kembali terbuka setelah tombolnya kembali ditekan oleh Terry.

Terry pun benar-benar memasuki lift yang mulai tertutup, meninggalkan Ashton yang masih memeluk sisi pinggul Shania.

"Lepaskan tanganmu, mesum!" ucap Shania seketika mendorong Ashton.

"Hei, kau lupa kau berada di tubuh siapa?" balas Ashton sama sebalnya.

"Kau benar-benar menyebalkan. Dia sangat manis. Kau benar-benar merusak suasana indahku!" protes Shania.

"Sekali lagi kuingatkan, kau sedang berada di tubuh siapa? Jika kau ingin menggoda seorang pria, gunakan tubuhmu sendiri. Jangan tubuh tunangannku," ucap Ashton.

"Kalimatmu benar-benar ambigu," cibir Shania menggeleng-geleng kecil. "Lihat saja, saat aku kembali ke diriku. Aku akan membuatnya bertekuk lutut di depanku. Aku bisa merasakan bahwa bisa melakukan itu."

Kali ini Ashton yang menggeleng-geleng kepalanya sembari mendecih. "Kau mulai lagi. Bukannya tadi kau bilang kau yakin punya seorang kekasih di suatu tempat? Dan sekarang kau bilang kau mau menaklukkan Terry? Wah, aku sungguh kasihan pada kekasihmu."

"Ah, kau benar! Aku hampir melupakan Troy."

"Ah, iya! Soal nama Troy. Kapan kau membuat namanya?" ucap Ashton sambil tertawa mengejek dan berlalu menuju ruangannya.

Shania menatap tajam. "Aku tidak berimajinasi! Itu benar namanya!" seru Shania mengejar Ashton.

Shania mengikuti langkah Ashton memasuki ruangan besar pria itu. Seketika Shania pun terpukau dengan ruangan indah Jarvis. Ruangan yang luas dengn desain yang indah dan modern. Mejanya terbuat dari alumunium kuat berwarna silver gelap dengan dua komputer yang sangat keren di atasnya. Belum lagi, langit-langit yang tinggi benar-benar memukau.

Shania juga terpeson dengan beberapa lukisan mewah nan elegan yang banyak terpasang di dinding-dinding ruangan Ashton.

"Duduklah."

Perhatian Shan kembali terfokus pada Ashton yang sudah duduk di single sofa yang ada di sana. Pria itu memberikan kode untuk Shania duduk di kursi panjang yang ada di samping Ashton.

"Jadi, katakan apa yang saja yang kau ingat?" tanya Ashton sembari meletakkan ponselnya yang sudah dinyalakan perangkat merekamnya di atas meja. Di terlalu malas menulis di kertas, lebih mudah jika ia menyimpannya dalam bentuk rekaman.

"Aku tidak ingat banyak."

"Katakan saja apa yang kau ingat," balas Ashton.

"Hanya namaku, Shania. Aku tak ingat nama belakangku atau umurku. Yang kutahu, wajahku pasti cantik dan mempesona..."

Embrace The WindWhere stories live. Discover now