Embrace The Wind Part 17

7.8K 947 51
                                    

Pintu itu segera terbuka saat suara bel dri rumah bergaya modern tersebut terus berbunyi tanpa sabarnya. Ashton sedikit heran saat Shania mengatakan bahwa perempuan itu akan ke rumah Ashton pagi ini. Ia pikir itu hanya candaan jahil Shania, tapi ternyata perempuan ceroboh itu benar-benar datang dengan ditandainya suara bel yang cukup memekakan telinga.

"Hai!!"

Ashton mengernyit melihat sosok Shania yng ada di depannya. Dandanan Shania tampak sangat feminim, tak seperti karakter Shania yang biasanya. Sebuah gaun mungil beserta sepatu berhak tak terlalu tinggi yang tampaknya milik Hannah menghiasi tubuh mungil itu.

Apa perempuan itu berdanda? Tapi untuk apa? Apa untuk dirinya? tapi kenapa?, batin Ashton bingung.

Walau dandanan itu terlihat sangat pas menempel di tubuh Hannah, itu tak menahan Ashton untuk menyembunyikan tawa geli. Walau sekilas terlihat manis, tetapi membayangkan jika perempuan ceroboh dan keras kepala seperti Shania yang memakainya, akan terasa sangat lucu.

Padahal Ashton telah melihat Shania memakai gaun sebelumnya, yaitu di hari perempuan itu masih menjadi roh. Namun, membayangkan tingkah ceroboh dan semaunya jika dilakukan dengan gaun seimut itu, apakah akan terlihat cocok?

Shania yang awalnya menyapa bahagia penuh keceriaan seketika cemberut melihat Ashton yang menahan tawanya. "Kenapa? Apa jelek?"

Ashton menggeleng seiring tawanya yang mulai mereda.

"Cantik..."

Seketika senyuman Shania langsung terbit begitu saja mendengar ucapan Ashton.

"...untuk Hannah."

Dan seketika itu juga Ashtob menjatuhkan senyuman itu menjadi bibir cemberut yang kesal. Tak menyadari bahwa itu malah terlihat manis dan lucu untuk Ashton sehingga membuat pria itu semakin tertawa puas menggoda Shania.

"Apa kau tak akan menyuruh tunanganmu ini masuk?!" protes Shania menawarkan dirinya sendiri setelah melihat tak ada tanda bahwa Ashton segera akan mempersilahkannya masuk.

"Ada apa kau ke rumahku?" Ashton mulai menetralkan tawanya yang berangsur-angsur mereda yang tadi sempat kembali pecah karena menggoda Shania.

Melihat Ashton yang tak memberinya ajakan formal memasuki rumahnya, dengan kesal, Shania pun segera masuk begitu saja. Ashton sendiri mengikuti langkah Shania yang masuk ke rumah pribadinya yang bisa dibilang sangat mewah. Fasilitas lengkap dengan lingkungan yang damai. Ditambah cat yang putih bersih yang mengkilap tanpa noda sedikit pun tampak sangat elegan dan menenangkan.

"Apakah aneh mengunjungi rumah tunanganku sendiri?" jawab Shania santai seakan dia memanglah yang ditunangkan dengan pria itu dengan mata yang sibuk mempelajari setiap sudut ruangan rumah Ashton yang cukup besar itu.

"Tak aneh. Jika kau adalah Hannah, tunanganku," balas Ashton yang setia di belakang Shania, mengekori setiap langkah Shania yang tampak sangat penuh penasaran menatap seluruh isi rumahnya.

Shania seakan tak terlalu mengindahkan perkataan Ashton itu tapi malah mengomentari rumah Ashton. "Tempat ini sangat membosankan seperti rumah sakit, kau benar-benar membutuhkan bantuan dari sisi wanita untuk mendekorasi ulang tempat ini."

"Jika kau datang untuk mengomentari dan mengangguku sebaiknya kau pulang saja-"

"Aku hanya mau minta maaf."

Ashton menaikkan sebelah alisnya tak mengerti.

"Karena mengacaukan kencanmu dengan raga Hannah," lanjut Shania

Ashton sebenarnya memang merasa sedih saat ia sadar bahwa Shania tak akan pernah bisa seperti Hannah yang ia inginkan, tetapi entah kenapa yang dirasakan oleh hatinya malah terasa datar saat Shania berpura-pura menjadi Hannah. Malah bisa dibilang hatinya bereaksi saat Shania kembali menjadi dirinya sendiri saat itu. Melihat Shania menari lepas dengan riang seakan membawa hatinya juga menjadi riang dan ikut menari di dalam sana. Mengikuti setiap langkah ceria gerakan Shania.

Embrace The WindWhere stories live. Discover now