Embrace The Wind Part 21

8.3K 1K 103
                                    

"Apa ini alasannya?"

Suara berat Ashton terdengar semakin berat karena air matanya. Tampak kesedihan dan kekecewaan mendominasi di dalam tatapan keterlukaan pria itu. Bahkan suaranya juga mulai mengeras menandakan amarah juga larut di dalam sana.

"Alasan kenapa kau menghabiskan waktumu denganku kemarin, membuatkanku memori indah dengan foto bahagia bersama raga Hannah... Apa karena kau tahu aku tak akan pernah bisa melihat Hannah lagi? Huh?!!"

Pandangan terluka dari mata Ashton menjadi berapi menatap Shania. Entah kenapa ia juga merasa marah bahwa apa yang dilakukan Shania kemarin hanya semata untuk membohongi dirinya. Di saat kemarin menjadi salah satu hari yang menyenangkan dengan raga Hannah—yang di mata Ashton adalah sosok Shania—hanyalah hiburan untuk dirinya yang menyedihkan.

Dan entah kenapa sekarang benar-benar melihat Hannah. Ia melihat raga Hannah membuat Ashton hampir lepas kendali. Amarah seakan lebih mengendalikannya. Ia marah kenapa Hannah harus berpura-pura mencintainya. Semuanya tak akan sejauh ini, jika saja Hannah mengatakan perasaannya yang sebenarnya sejak awal.

Ashton bahkan selalu menganggap bahwa Hannah akan menjadi cinta terakhirnya. Tapi sekarang?! Jangankan menjadi cinta terakhir, Hannah sendiri saja tak bisa membalas perasaannya lalu bagaimana bisa itu di sebut sebagai cinta? Hanya saja rasanya sakit bahwa apa yang telah dia usahakan dan dia targetkan tidak sesuai harapannya.

Ashton benar-benar sakit. Kenapa di saat dia marah dan sedih, dia baru melihat Shania sebagai Hannah yang sebenarnya? Kenapa saat ia bahagia yang ada wujud raga itu seakan berubah benar-benar menjadi wujud Shania? Apa ini memang takdir bahwa ia hanya menemukan rasa sakit pada sosok Hannah? Dan menemukan kenyamanan di sosok Shania?

"Ashton..."

Nada suara Shania penuh penyesalan dan rasa kasihan terhadap pria itu. Ashton terlalu baik untuk membaca tulisan-tulisan menyakitkan itu.

"Ashton, aku yakin Hannah sudah berusaha sebaik mungkin untuk belajar mencintaimu—"

"Ini bukan hanya tentang Hannah!!!" potong Ashton dengan suara yang tinggi. Ashton terlihat marah.

Pandangan mata Ashton menatap tajam ke arah Shania. Dan entah kenapa Shania seperti melihat amarah serta kekecewaan yang lain di dalam pandangan itu. Dan entah kenapa ia merasa bahwa emosi di balik pandangan mata pria itu ditujukan padanya.

"Apa yang kita lewati kemarin hanya karena rasa kasihanmu?! Apa aku semenyedihkan itu hingga kau juga melakukan hal yang sama seperti Hannah?! Berusaha membuatku senang karena aku terlalu baik untuk disakiti?! Huh?!!"

Shania terdiam. Yang dikatakan Ashton benar.

"Semua senyum kebahagian yang kau tunjukkan di foto melalui bibir Hannah, apa juga itu kepura-puraan?! Kau tak membayangkan dirimu sebagai dirimu sendiri kemarin?!"

Shania tertegun dan semakin terdiam. Bukan untuk membenarkan apa yang baru saja Ashton katakan. Melainkan karena itu salah. Salah bahwa itu berperan sebagai Hannah. Malah sebaliknya, Shania memainkan peran itu seolah itu adalah dirinya. Seolah dirinya yang bertunangan dengan Ashton. Dan karena bayangan itu pun, Shania dapat tersenyum lebih lebar saat berfoto karena membayangkan bahwa memang ialah pemilik Ashton.

Dan Shania mulai sadar, itu karena ia telah jatuh cinta. Ia sadar, ia telah jatuh cinta pada orang yang salah. Namun, hanya untuk kemarin, Shania membenarkan kesalahan itu untuk sekali dan hasilnya membuatnya tersenyum penuh kebahagiaan. Walau itu hanya sesaat.

Ashton tertawa miris. Ia malah menganggap keterdiaman Shania sebagai jawaban bahwa wanita itu memanglah berperan sebagai Hannah dan tak membayangkan dirinya sendiri.

Embrace The WindOù les histoires vivent. Découvrez maintenant