Embrace The Wind Part 5

8.9K 1K 49
                                    

Hingga kemudian suara dingin itu terdengar.

"Siapa kau?"

Shania seketika menegang. Diliriknya Ashton yang sekarang sudah mencengkram erat kemudi tanpa menatapnya, melainkan menatap lurus ke depan.

Jangan-jangan pria itu sudah menyadari dirinya. Shania menggeleng pelan, dia tahu pria itu jenius, tetapi bagaimana bisa pria itu tak percaya bahwa dirinya adalah Hannah sedangkan pria itu melihat jelas dengan kedua matanya bahwa yang ada di hadapannya adalah fisiknya Hannah.

Shania pun berusaha tersenyum walau kaku dan gugup. "Ini aku sayang, Hannah."

Ashton tertawa geli sesaat sebelum kemudian perlahan berbalik menatap Shania dan tersenyum miring dengan menakutkannya

"Hannah yang aku kenal tak pernah memanggiku dengan sebutan 'sayang', sayang," ucap Ashton penuh penekanan di kata 'sayang' yang terakhir itu.

"Yang benar saja? Pasangan macam apa yang tak saling memanggil dengan sebutan mesra?" cibir Shania yang membuat rahang Ashton mengeras.

Ashton sebenarnya sangat kesal, tetapi pria itu menahannya karena setiap menatap fisik Hannah, dia seakan melemah. Namun, anehnya perasaannya mengatakan bahwa perempuan yang ada di depannya saat ini bukanlah Hannah yang ia kenal. Sosok itu sangat jauh berbeda.

Kenapa beberapa hari ini terjadi sesuatu yang di luar pemikiran sehatnya? Otaknya berusaha memastikan bahwa perempuan yang berada di sampingnya sekarang adalah tunangannya, tetapi di dalam hatinya Ashton tahu perempuan itu bukan Hannah tunangannya.

Walau Ashton memang sering memanggil Hannah dengan sebutan sayang serta kata-kata manis lainnya dulunya, Hannah tak pernah membalas sebutan itu dan lebih memilih memanggil namanya dengan nada yang terkesan sangat sopan. Dan cibiran Shania tadi itu, menamparnya dengan keras, walaupun jauh dalam hatinya ia begitu bahagia kata manis itu keluar dari bibir Hannah.

"Aku tanya siapa kau?!"

"Julietmu," goda Shania yang semakin membuat Ashton gerah.

"HEI!"

"Dasar payah! Kanapa kau harus berteriak, sih?!" balas Shania sedikit risih mendengar teriakan kesal Ashton sehingga ia hanya mengusap pelan telinga milik Hannah. Bagaimanapun tubuh ini harus ia lindungi selama ia di dalam sana.

"Apa? Dasar payah?" Ashton seketika tertawa sarkas sebelum kemudian memijat pelipis kepalanya yang berdenyut karena stres. Untuk kesekian kalinya ada perempuan yang berani mengatai payah dan hanya ada satu orang, si arwah.

Mata Ashton yang awalnya tertutup sembari memijit pelipisnya, tiba-tiba saja terbuka menyadari sesuatu.

"K-kau?"

"Apa?! Aku kenapa?!" balas Shania juga galak.

"Kau si arwah aneh?"

Kali ini Shania yang menatap Ashton tajam tak terima. Arwah aneh terlalu menyedihkan untuk dijadikan sebutan untuknya. Dia mungkin akan lebih suka dipanggil arwah cantik, roh ceria, malaikat, bidadari atau apa saja yang enak didengar. Tapi aneh? Itu kata yang menyakitkan telinga.

"Iya! Ini aku! Kenapa?!" jawab Shania keras tepat di telinga Ashton, "Kau puas? Ashton Rivers?"

Ahston kembali tertawa tak percaya. "Kau bahkan sudah tahu namaku,"

"Tentu saja, tunanganku sayang! Apa yang tak diketahui seorang Shania?" goda Shania lagi.

Ini benar-benar sulit diterima oleh akal Ashton. Perkataan perempuan berwujud Hannah yang ada di sampingnya benar-benar sulit dipercaya dan diterima nalar. Namun, setelah melihat bukti kuat ini, Ashton merasa mau tak mau harus mempercayainya.

Embrace The WindWhere stories live. Discover now