Embrace The Wind Part 6

8.7K 954 56
                                    

Angin yang berhembus sangat lembut dan tenang, membuat perempuan yang masih tertidur itu semakin nyaman untuk terus berada di dalam tidur nyenyaknya. Seolah perempuan itu memiliki hidup yang sempurna yang ia bawa ke alam tidurnya. Kedua sudut bibirnya pun tertarik membentuk senyuman kecil. Tampak bahwa Shania benar-benar menikmati tidur singkatnya di sore yang sama indahnya.

Perlahan, tubuhnya pun bergerak dan merenggangkan tangannya sedikit. Mata bulatnya yang indah dengan bulu mata yang juga lentik walau tak terlalu tebal, perlahan terbuka. 

Hal pertama yang ia lihat pun adalah pepohonan dengan dedaunan kuning yang mulai mengering dan siap jatuh berguguran. Sinar matahari pun tampak menyorot dengan malu-malu melalui celah-celah dedaunan pohon yang lebattersebut.

Melihat keindahan alam di sore hari, Shania pun tersenyum. Ia sadar, ia baru saja menikmati tidur siang yang sangat nyaman di sebuah taman dengan suasana melankolis yang sempurna.

"Kau sudah bangun, sayang?"

Mendengar itu, mata Shania yang hendak kembali tertutup nyaman, seketika terbuka lebar, membulat dengan kagetnya. Membuatnya menyadari satu hal penting lainnya yang ia lewatkan begitu saja.

Shania baru tersadar bahwa ternyata sedang tertidur di pangkuan seorang pria. Yang di mana ia menggunakan paha pria itu sebagai bantalnya, dan rerumputan sebagai kasurnya.

Tanpa mengubah posisinya yang masih tertidur, Shania pun menatap wajah pria yang sedang memangku kepalanya dengan raut penuh kebingungan karena sinar matahari yang berada di belakang kepala pria itu cukup menyilaukan hingga menyulitkan Shania melihat wajah sang pria.

Namun, perlahan-lahan wajah tampan seorang pria terlihat. Dengan rambut coket muda, pria itu tersenyum dengan sangat tampannya, membuat pipi Shania melihat wajah pria yang pertama kali ia lihat namun terasa familiar di ingatannya.

"Apa tidurmu nyenyak?" tanya pria itu sekali lagi.

Shania yang masih terpesona akan ketampanan pria itu pun, hanya bisa diam selama beberapa saat. Sebelum kemudian Shania mengangguk malu-malu.

Pria itu pun terkekeh melihat tingkah malu-malu Shania yang sangat manis.

"Kau sangat manis, Shania. Karena itulah aku memilihmu sebagai kekasihku," ucap pria itu gemas sembari menyubit kedua pipi Shania sebentar, membuat Shania mengernyit dan menatap tak percaya.

"Aku? Kekasihmu?" ucapnya, bergumam pada dirinya sendiri seperti biasa.

Pria itu kembali terkekeh. "Ya, sayang. Kau kekasihku. Kekasihnya Troy."

Shania tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya merasa senang. Ia senang bahwa ia memiliki kekasih yang tampak sangat tampan dan juga romantis.

Shania pun menjadi salah tingkah saat Troy perlahan menutup matanya, kemudian menunduk untuk mulai mencium Shania. Sehingga Shania pun menutup matanya rapat, menanti ciuman dari pria tampan yang mengaku sebagai kekasihnya itu. Gerakan pria itu sangat perlahan, hingga membuat Shania sedikit frustasi dan hanya bisa terus semakin merapatkan kelopak matanya yang tertutup.

Namun, saat kedua bibir itu hampir saling bertemu, bunyi nyaring yang terdengar seperti alarm sebuah jam, terdengar. Memekakan telinga sehingga mata Shania yang memejam erat, seketika terbuka dan pemandangan taman yang indah hilang begitu saja kali ini.

Matanya pun terbuka lebar, menatap seluruh ruangan kecil yang di mana ia sedang berada. Sebelum kemudian telinganya kembali terfokus pada jam yang terus berdering.

Embrace The WindWhere stories live. Discover now