Embrace The Wind Part 8

7.5K 941 45
                                    

"Dia koma," ucap Desi cepat sembari mengambil tisu yang ada di atas meja itu untuk menyeka air matanya yang hendak keluar.

Sedangkan baik Ashton maupun Shania, keduanya sudah membeku di tempat masing-masing.

Shania seketika merasakan sakit di dadanya sehingga membuatnya langsung mengepalkan tangannya diam-diam untuk menahannya. Rasanya begitu nyeri mendengar keadaan dirinya sendiri.

Di tempatnya sendiri, Ashton pun tak menyangka, perempuan aneh yang selalu ceria berlebihan ternyata tubuhnya sedang dalam keadaan sekarat. Pantas saja dentuman jantung Shania dengan jantung Hannah saat koma terdengar sangat persis, ternyata Shania juga berada dalam keadaan yang sama dengan Hannah.

Ashton menatap iba Shania yang berusaha menahan tangisnya. Terlihat jelas matanya memerah ingin meledakkan ribuan air asin itu.

Shania meringis. Bakat aktingnya lenyap entah ke mana. Dia sekarang hanya berusaha sekuat tenaga untuk tak menjatuhkan air mata kasihan pada dirinya sendiri. Ia hanya harus memastikan bahwa air matanya tak terjatuh dengan menyedihkannya.

"Sudah hampir dua minggu yang lalu Shania kecelakaan," tambahan Tasya itu membuat Shania semakin ditampar dengan kenyataannya akan dirinya sendiri.

"Kecelakaan?"

"Ini semua karena lelaki brengsek itu!" Desi bangkit dan menggebrak permukaan meja. Shania pun mengerutkan dahinya tak mengerti melihat kemarahan Desi yang tiba-tiba.

"Siapa?" tanya Shania was-was. Entah kenapa perasaannya sangat tak enak dengan sebutan itu.

"Troy! Kekasihnya yang brengsek dan penuh keserakahan! Penyebab kecelakaan Shania!" tambahan Desi itu seakan menjadi jawaban mengerikan dari pertanyaan di benak Shania.

Mendengar itu cukup membuat Shania terdiam kaku dan Ashton yang melihat itu hanya bisa menatap iba. Ia juga benar-benar kaget mendengar hal itu.

Baru saja tadi pagi Shania mengangung-agungkan sosok sempurna Troy di dalam mimpinya, sekarang Shania malah harus menelan pil pahit yang menyakitkan dengan fakta bahwa Troy yang menyebabkan Shania menjadi roh yang tidak memiliki kepastian hidup seperti saat ini.

Sekarang Shania merasa sangat terkhianati. Apapun masalahnya itu, pasti sangat berat hingga Shania membatu seperti itu. Pikir Ashton melihat Shania yang masih mematung syok.

"Untung saja, dia cepat dibawa ke rumah sakit. Kata dokter jika terlambat sebentar saja, nyawa Shania pasti sudah melayang."

Ada sejuta nada kelegaan dalam perkataanya membuat Shania merasa sangat berterima kasih mempunyai dua teman seperti mereka yang benar-benar perduli pada Shania.

Shania pun seketika mulai tertarik ke masa lalu. Beberapa minggu yang lalu. Secara tak sengaja, ingatannya yang bersembunyi ikut tertarik keluar dan memutarkan semua ingatan masa lalu itu di dalam benaknya.

Ingatan saat ia masih menjadi manusia.

Saat itu, di hari kecelakaan. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana bahagianya ia akan bertemu dengan Troy. Ingin memberikan kejutan dengan datang ke kantor Troy secara tiba-tiba sambil membawa beberapa bekal makan siang hanya untuk Troy.

Saking bahagianya ia, Shania membutuhkan waktu hampir dua jam lamanya hanya untuk memilih gaun agar terlihat anggun dan manis di depan kekasihnya. Troy sendiri memang pernah mengatakan bahwa Shania akan jauh lebih cantik jika memakai gaun di bandingkan celana panjang.

Pilihannya pun kemudian jatuh pada gaun putih berenda. Gaun yang persis sama dengan gaun yang ia pakai saat terbangun dalam keadaan sudah menjadi arwah.

Embrace The WindWhere stories live. Discover now