Embrace The Wind Part 30

9.3K 1.1K 109
                                    


"Apa kau punya bukti? Apa kau bisa membuktikannya dengan sesuatu?"

"Tentu," jawab Ashton mantap. "Dengan ini."

Sedetik kemudian, tangan Ashton yang masih di bahu Shania, menarik perempuan itu dan mendaratkan bibirnya di atas bibir Shania.

Awalnya hanya Ashton yang menciumnya, sebelum beberapa detik kemudian Shania membalas ciuman itu. Membuat Ashton menyeringai kecil di balik ciuman itu. Walau hanya sebentar, karena Shania kembali sadar dengan apa yang dia lakukan.

"Kenapa berhenti?" tanya Ashton polos.

Shania hanya bisa menatap syok pada Ashton. Bahkan bisa dibilang hari ini dia menerima banyak hal yang membuatnya syok. Mulai dari pria kencannya adalah Marc Black, mobilnya yang tergores, perasaan familiar yang membuatnya seolah telah kenal lama dengan Ashton, hingga ciuman yang ia dapatkan benar-benar seolah menguji jantungnya.

"Apa kau gila?! Kita pertama kali bertemu dan kau sudah mencium seorang gadis begitu saja?! Apa ini kebiasaanmu?!" seru Shania kesal. Ia pun semakin kesal memikirkan kemungkinan Ashton selalu mencium sembarang perempuan seperti ini.

"Kau butuh bukti, kan? Hanya itu yang kumiliki," jawab Ashton. "Bagaimana kau sudah ingat padaku? Haruskah aku menciummu sekali lagi?"

Ashton kembali maju. Namun, dengan cepat Shania melayangkan tendangannya pada tulang kering Ashton. Seketika membuat Ashton berteriak.

"Dasar gila," gumam Shania dan segera berlalu meninggalkan Ashton yang tak bisa mengejarkan karena kesakitan.

Derrick sendiri hanya memandang bingung saat Shania tampak keluar dengan wajah memerah sebal dan malu. Apalagi ia tadi sempat mendengar teriakan bosnya, sehingga membuat Derrick menjadi semakin bingung. Ia ingin bertanya pada Shania, namun ia mengurungkan niatnya melihat perempuan itu tampak menakutkan sekarang.

Dengan hentakan kaki yang masih sebal, Shania memasuki lift dan pergi. Di dalam lift, kejadian saat Ashton menciumnya kembali terbesit dalam ingatannya.Bahkan ia masih ingat betul rasa dari ciuman itu.

Perlahan pun tangan Shania ia letakkan di dadanya. Merasakan jantungnya memompan sangat kencang. Entah apa artinya atau bagaimana perasaannya, ia sendiri tidak bisa mengerti. Dengan wajah yang masih kesal, tangannya perlahan pindah ke bibirnya sembari Shania menatap resfleksi dirinya pada dinding lift.

"Hanya karena aku berdebar dan menyukai ciumannya bukan berarti dia memang kekasihku," gumamnya pada dirinya sendiri.

***

Dengan senyum yang mengembang sangat lebar, Ashton memasuki rumah orang tuanya. Sesekali ia bersiul dengan nyaring seolah ingin mengumumkan rasa senangnya kepada seluruh dunia. Ia bahkan sudah memutar-mutar jas yang ia lepas di udara dengan begitu senang.

Hari ini ia ke rumah besar orang tuanya. Hari ini Becca kembali pulang. Beberapa bulan yang lalu Rebecca—kakak perempuannya—pulang, tetapi tak lama karena ia kembali karena suaminya. Namun kali ini Rebecca kembali pulang membawa suaminya, Russel. Sehingga mereka punya makan malam bersama hari ini.

"Kau tampak sangat senang." Sebuah suara pun langsung mengintrupsi siulan Ashton begitu memasuki rumah besar itu.

"Rebecca!" sapa Ashton dengan berlebihan langsung memeluk erat kakak perempuannya itu.

"Hei, hati-hati. Keponakanmu akan kaget," ucap pria berambut pirang yang merupakan suami Rebecca sembari mengucap perut istrinya.

"Ah, iya maaf," kekeh Ashton mengusap perut kakaknya yang sudah hamil hampir tiga bulan. Ia kemudian kembali terkekeh dengan pemikiran anehnya yang terlintas begitu saja. "Aku harap aku juga segera memiliki anak."

Embrace The WindWhere stories live. Discover now