Embrace The Wind Part 23

8.3K 1K 108
                                    

Sorry telat. Aku lupa minggu dah lewat hahaha. Efek banyak kegiatan.

Jangan lupa vomment btw.

Enjoy.

***

"Anda boleh pergi. Maaf jika dia merepotkanmu. Saya yang akan menjaganya."

"Anda siapa?" tanya pria itu ragu karena tak mengenal pria yang baru saja datang menengahi mereka.

"Saya Ashton. Dan wanita ini namanya Shania. Dia tunangan saya."

"Apa Anda yakin?" tanya pria paruh baya itu sekali lagi dengan mata memicing. Ia sendiri masih tak yakin. Namun, setelah menatap Shania yang masih menangis, pria itu akhirnya mengangguk. Dia sendiri tidak mau berurusan dengan perempuan itu. Bagaimanapun Shania tampak sangat merepotkan.

Akhirnya pria itu mengangguk dan kembali masuk ke dalam mobil. Sebelum kemudian pergi meninggal Ashton yang sudah menunduk—menatap Shania yang menangis—dengan lekat.

Melihat Shania masih menangis, Ashton pun menghela napas panjang. Ia sebenarnya tak bermaksud meninggalkan Shania seperti tadi. Hanya saja entah kenapa ia merasa sangat kesal bahwa Shania tak mau mengatakan apa maksud yang Shania bicarakan soal pergi dan melupakannya.

"Hei, apa kau akan terus menangis di jalanan seperti ini?" tanya Ashton dengan helaan napas panjang. Ia sendiri benar-benar tak tega melihat Shania menangis.

Menyadari Ashton kembali ke hadapannya, perempuan itu langsung bangkit dan memegang ujung baju Ashton. Tangisannya tak berhenti sama sekali. Bahkan matanya menutup rapat karena kerasnya tangisannya.

"Aku janji akan mengatakan semuanya! A—aku takkan menyembunyikan apapun lagi! Tapi kumohon... kumohon jangan tinggalkan aku."

"Kenapa?" tanya Ashton pelan. Matanya lekat mata raga yang mana ia lihat sebagai wujud arwah aneh itu selama ini. "Kenapa aku tak boleh meninggalkanmu—"

"Karena aku mencintaimu!"

Kembali mendengar kalimat itu membuat jantung Ashton berdebar. Walau ekspresinya tetaplah datar, tetapi efek di dalam tubuhnya mengatakan hal yang lain. Membuat Ashton menghela napas panjang.

Perlahan Ashton meraih pergelangan tangan yang mencengkram ujung bajunya. Ia menarik lembut lengan itu hingga tubuh yang ditempati Shania itu mendekat. Setelah beradap tepat di depannya, Ashton pun segera meraih Shania dalam pelukannya. Sedikit berharap bahwa ia bisa menenangkan Shania.

"Ya, benar. Seperti ini. Katakan apa yang hatimu rasakan," ucap Ashton lembut. Tak perduli dengan fakta bahwa mereka masih di jalanan. "Dengan begitu aku juga bisa mengerti apa yang kurasakan. Aku tidak perlu bingung atau bimbang lagi. Sekarang kau hanya berhutang beberapa penjelasan lagi padaku."

***

Ashton terdiam dengan buku yang ada di tangannya. Ia sudah membaca semuanya. Butuh hampir sejam Ashton membaca buku tipis itu. Karena beberapa kali ia mengulang-ulang membaca beberapa hal.

Shania sendiri hanya duduk diam di samping Ashton yang seolah sudah benar-benar tenggelam dalam buku catatan itu. Ia sendiri tahu bahwa Ashton sedang berusaha memahani isi buku itu secara menyeluruh. Shania hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia sedih. Ia harus meninggalkan pria yang ia cintai nantinya.

"Jadi, kau benar-benar akan melupakanku?"

Shania mengangguk membenarkan.

"Kau takkan ingat semuanya dari awal saat kau jadi roh?"

Shania kembali mengangguk. Membuat Ashton langsug terdiam. Raut sedih terpancar sedih secara samar. Sebelum Ashton menghela napas kasar nan panjang sembari membuang buku itu ke atas meja dan menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.

Embrace The WindWhere stories live. Discover now