Tiga Puluh Lima

1.9K 89 51
                                    

Sementara Brian menunggu di mobil, Revan, Andre, dan Jordan lebih memilih untuk menonton drama secara live yang dibintangi oleh sahabatnya sendiri. Jarak mereka bertiga cukup jauh, tidak mampu mendengar apa pun yang Fallen dan Alexa bicarakan. Jordan bilang, itu tidak penting. Karena dengan melihat cara bagaimana kedua insan tersebut berekspresi saja sudah cukup menghibur.

"Kira-kira mereka lagi ngomongin apa, ya?" gumam Jordan tiba-tiba. Laki-laki itu mengusap dagu, seperti sedang didera rasa penasaran yang luar biasa.

Revan menggeleng. "Gue nggak ngerti kenapa kita harus nontonin mereka gini. Kalo suaranya kedengeran mah mending. Ini nggak sama sekali. Berasa nonton film bisu zaman dulu," komentarnya.

"Revan bener," kata Andre. "Tapi gue juga sama keponya dengan Jordan. Muka mereka berdua serius banget. Kayak lagi ngomongin masa depan. Eak."

"Apaan, si. Renyah, lo!" sahut Jordan.

Fallen pada saat itu memang menceritakan banyak ke Alexa. Kali ini dia berani jamin bahwa apa yang diceritakannya jujur dan tidak mengada-ada. Semua hal yang menyangkut tentang Beca, seperti cara mereka bertemu, status hubungan, dan berita Beca yang ingin ke Indonesia juga Fallen ceritakan. Ah iya, laki-laki tersebut juga menceritakan sedikit tentang Dave.

Dia tidak mau Alexa salah paham lagi.

Selama mendengarkan penjelasan dari Fallen, Alexa berusaha mati-matian menahan diri untuk tidak menyela atau memotong ucapan Fallen. Pikiran gue harus positif. Dengar dulu semuanya, baru komentar. Padahal dia sudah sangat ingin mencaci-maki Fallen, sungguh.

"Jadi," Alexa menarik kesimpulan. "Lo sebenernya udah punya cewek di London, terus baru-baru ini lo putusin dengan alasan lebih nyaman anggap dia ade ketimbang pacar. Siapa namanya? Beca?"

Fallen mengangguk. Sekarang giliran waktunya untuk diam.

Alexa kembali melanjutkan, "Nah, si Beca ini nggak mau lo putusin gitu aja karena keputusan lo yang mendadak dan nggak punya alasan kuat, dan dia sebelumnya udah berencana ke Indo dalam waktu dekat?"

Fallen mengangguk lagi.

"Mengenai Dave, jadi dia orang yang waktu itu ngikutin kita dan mukulin lo?"

"Iya."

"Dia beneran musuhnya Danton?"

"Iya."

"Itu sebabnya lo sama Danton udah rada adem sekarang? Karena lo pernah nolongin dia dari rombongannya si Dave?"

Sekali lagi, Fallen mengangguk. "Iya."

Alexa menghembuskan napas panjang. Mendengar itu semua entah mengapa terasa ikut membebaninya. "Cerita lo mirip FTV yang sering ditonton Kirana. Ah, gue jadi kangen dia."

Fallen diam-diam setuju. "Oh iya, gue denger dari Rafa, lo berantem sama Kirana. Buruan baikkan, dia kan sahabat lo satu-satunya. Supaya nanti, kalau gue lagi ga ada, lo nggak ketemuan sama orang sembarangan."

"Siapa yang ketemuan?" Alexa tak terima. "Gue nggak sengaja ketemu Dave di minimarket. Ga usah so tau," katanya, jutek.

Fallen tak mau kalah. "Emang siapa yang lagi bahas Dave?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 05, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

180°Where stories live. Discover now