Dua Belas

5.9K 397 68
                                    

"Sial!" Gadis berambut merah separuh itu mengumpat kesal. Ia menendang salah satu ban mobilnya. "Arghh!"

Langit kini sudah mulai mengeluarkan bebannya sedikit demi sedikit. Sebentar lagi hujannya pasti akan bertambah besar. Alexa lagi-lagi menggeram kesal saat satu tetes hujan mendarat mulus di pipinya. Pasti ini kerjaannya Steffi sama temen-temennya. Ish! Kurang kerjaan banget pake ngempesin ban mobil gue. Dasar cewek-cewek idiot!

Alexa menengadahkan kepalanya saat mendengar deru mesin motor yang dimatikan. "Kenapa mobil lo?" Tanya Fallen setelah melepas kaitan pada helmnya.

"Ban. Kempes." Jawab Alexa lesuh, ia menyandarkan tubuhnya ke bagian samping mobil.

Tanpa banyak berpikir lagi, Fallen pun langsung mengajukan tawarannya. "Bareng gue aja, gimana?"

"Mobil gue?"

"Gampang. Nanti gue yang urus." Jawab Falen enteng. Karena cuaca memang sedang tak mendukung, Alexa pun kini telah duduk di jok belakang motor Fallen.

Fallen kembali mengenakan pelindung kepalanya dan segera menancap gas. Berkendara keluar melewati lapangan parkir, sebelum akhirnya dapat keluar dari halaman sekolah.

"Lo ganti motor?" Tanya Alexa dengan nada keras agar tak terbanting dengan suara deruan mesin dan angin.

"Iya."

Alexa mengangguk. Ya, memang motor Fallen kali ini agak berbeda. Lebih terlihat mencolok karena saking mengkilatnya. Plat nomornya juga terlihat masih baru. Dan modelnya masih sama, satu tipe, tetapi beda warna. Ada-ada aja, ganti motor kok beda warnanya doang. Sayang duitnya.

***

Fallen terpaksa harus menepikan motornya disebuah halte karena hujan yang tadinya hanya gerimis kini telah bertransformasi menjadi deras, tidak, sangat deras.

Alexa terus mendekap erat tubuhnya yang menggigil. Hujan angin ini menaklukan tubuh mungilnya. Rambutnya basah, dan hal tersebut semakin membuat Alexa kedinginan.

Fallen menatap cewek di sampingnya dengan tatapan iba. Sebenarnya Fallen juga tak jauh beda kondisinya. Seragamnya basah, tetapi tidak dengan kepala karena ia menggunakan helm. Gue harus apa? Gue lupa bawa jaket. Ah, dasar tolol!

Gigi Alexa bergemeletuk, bibirnya membiru, ia makin mempererat dekapannya.

"Lex," Fallen membuka suara.

Alexa menoleh, memberi ekspresi seolah menjawab 'kenapa?'

Fallen menunduk, lalu menggeleng. Ia tak kuat melihat raut wajah cewek itu. Ia harus segera bertindak. Kalau begini terus, bisa-bisa Alexa terserang demam. Ia pun mengedarkan pandangannya ke arah seberang jalan. Mencari apapun yang dapat menolong.

Alexa tak acuh, ia kembali mengahadap ke arah depan.

Kedua mata Fallen menyipit, sepertinya ia melihat sesuatu. Ya, di seberang sana terdapat sebuah bangunan minimalis berwarna cokelat dengan tulisan d'jouls cafe diatasnya.

"Lex," Fallen kembali menatap Alexa dengan tatapan berbinar.

Alexa kembali menoleh.

"Lo masih sanggup buat bangun?"

Cewek itu menangguk, tanda sanggup.

"Seriusan?"

"I-iya."

"Lo liat kafe diseberang sana?" Fallen menunjuk kafe tersebut dengan telunjuknya. Alexa mengikuti arah yang diberikan Fallen.

"I-iya liat."

180°Where stories live. Discover now