Lima

7K 458 12
                                    

Ada beberapa hal yang membuat seorang Danton begitu benci dengan sosok Fallen Syahreza.

Pertama, Fallen selalu saja ikut campur dengan urusannya. Danton tidak pernah tau mengapa Fallen selalu terlibat di setiap perkelahiannya dengan siapa pun. Kehadiran Fallen memang sangat membantu, namun entah kenapa Danton begitu membenci fakta satu itu.

Kedua, Danton membenci Fallen yang suka bersikap sok baik kepadanya. Seringkali Danton dengan sengaja mengerjai atau melukai Fallen agar laki-laki itu berhenti bersikap sok baik yang menurutnya sangat memuakkan. Namun dia tak pernah berhasil. Fallen terlalu semaunya dan sulit dipahami.

Begitu tersadar dari nostalgia, Danton segera meraih mangkuk bakso dari atas etalase Mang Ato dan menghampiri meja di mana Fallen dan teman-temannya makan. Saat sudah sampai di sana, Danton mengembalikan semangkuk bakso tersebut kepada Fallen dengan gerakan yang sedikit kasar.

Kuah bakso sampai menyiprat dan mengenai seragam serta wajah Fallen.

Setelah kelima orang tersebut sadar dari keterkejutan, Andre adalah orang pertama yang berdiri dan langsung menggebrak meja.

"Apa-apaan lo?!" bentaknya, tak terima.

Fallen dan Revan segera ikut bangkit dan menenangkan Andre yang bisa kalap kapan saja.

Seketika saja suasana kantin hening.

Teman-teman Danton bangkit dari meja mereka dan menghampiri bosnya.

Alexa yang duduk tidak terlalu jauh juga ikut melabuhkan pandangannya ke sumber keributan.

"Ada apaan?" tanya Fallen sembari mengambil tisu dan mengusap wajahnya yang terkena kuah bakso. "Ada masalah apa lagi?"

Danton tertawa tanpa suara. "Ambil balik tuh bakso."

Fallen melirik mangkuk bakso di meja, kemudian menghembuskan napas panjang. Jadi di sini letak masalahnya. Dia sebenarnya sama sekali tidak mengerti kenapa semangkuk bakso saja bisa dengan mudahnya menyulut emosi Danton.

"Kalo lo nggak mau tinggal bilang." Fallen kembali duduk di tempatnya, begitu pula dengan Revan dan Andre. "Nggak usah mancing keributan. Malu diliatin orang. Gini-gini gue juga masih anak baru."

Danton melirik ke sekitarnya. Baru sadar dengan kedua temannya yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya. Persis seperti anak buah yang sedang menunggu perintah dari atasan. "Anak baru seharusnya nggak banyak tingkah," balas Danton kemudian.

Dahi Fallen mengernyit dalam, tidak mengerti. Memangnya dia telah melakukan hal separah apa, sih? Kalau saja Fallen tidak menyuruh teman-temannya untuk diam saja, mungkin Andre sudah menonjok Danton dari tadi dan Jordan sudah mengguyur Danton dengan jus mangganya.

Fallen berdeham. "Terserah lo. Gue sama temen-temen gue cuma mau makan. Kalo emang masalah bakso tadi besar banget buat lo, gue minta maaf. Niat gue cuma mau berbagi aja."

Mungkin Fallen tidak sadar bahwa sebenarnya sikap seperti itu lah yang dibenci Danton. Fallen terlalu mudah mengalah. Membuat Danton terlihat sangat kekanakkan di mata orang-orang.

Danton menoleh begitu merasakan pundaknya yang disentuh dari belakang oleh salah satu temannya. Temannya satu itu memberi isyarat kepadanya untuk menyudahinya saja.

Sebelum memutuskan untuk pergi, Danton terlebih dulu membungkukkan sedikit tubuhnya, berbisik di depan telinga Fallen, "pulang sekolah nanti gue punya acara bagus buat ngerayain kedatangan lo. Don't miss it. Inget. Cuma kita berdua. Jangan bawa temen-temen lo kecuali lo banci."

Di jarak sekitar tiga meja dari meja Fallen, Alexa memincingkan matanya. Dia tidak mengerti apa yang sedang dipermasalahkan oleh kumpulan laki-laki yang menurutnya kurang kerjaan itu. Mungkin Danton lagi bosen, makanya dia cari masalah baru, asumsinya.

180°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang