Tujuh Belas

5K 266 4
                                    


"Alexa udah berangkat dari tadi. Telat lo," Rafa menatap manusia-manusia di depannya secara bergantian. Padahal hari masih pagi, tapi kakaknya sudah dicari oleh lima cowok sekaligus.

Fallen berdecak. Lalu menggaruk rambutnya. Ia kesal, begitu pula dengan Revan, Jordan, Andre dan Brian. Mereka sudah rela kesini pagi-pagi, eh malah ditinggal. Padahal hari Minggu adalah satu-satunya kesempatan untuk mereka tidur sampai puas selain hari libur. Tapi, yah, ya sudahlah.

"Dia berangkat sama siapa?" tanya Fallen gusar.

"Sama Kirana."

Fallen mendesis panjang. "Kemarin 'kan gue udah bilang sama dia, gue bakal ke sini," katanya. "Lo tau ga, Raf, pantainya?"

Rafa mengedikkan bahu. "Emang lo janji ke sini jam berapa?"

"Jam tujuh."

"Sekarang jam berapa?"

Fallen menaikan tangannya sedada, memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tangan. "Setengah sembilan."

"Nah, lo waras?"

Fallen nyengir, lalu menatap teman-temannya. "Gara-gara lo pada nih, ngaret."

"Lah, kok liatnya gue? Kita 'kan nyamper si Jordan dulu tadi." kata Andre, membela dirinya sendiri.

Jordan yang namanya disebut-sebutpun tidak terima. "Apaan dah, yang bikin lama siapa? Pake acara boker dulu di rumah gue?"

Lalu Brian menjawab, "Fallen."

"Nah, dia yang bikin lama. Boker berjam-jam."

"Emang nih Fallen, lo yang salah juga. Pake salahin kita-kita."

Fallen yang sudah tidak bisa membela dirinya lagi pun mendengus keras-keras. "Iya-iya, gue yang salah. Cowok emang selalu salah. Nyadar kok gue."

"Kalo gitu, gue aja deh yang salah, 'kan gue cowok."

"Bodo amat, Ian."

Rafa yang dari tadi hanya menyaksikan pertengkaran bodoh mereka akhirnya menengahi. "Eh, udah. Kenapa jadi pada ribut sendiri?"

Tidak ada yang menjawab.

Rafa menghela napas panjang. "Ya udah, sekarang gimana? Gue juga ada acara soalnya."

Fallen bingung, ia juga tak tau harus apa. "Lo tau pantainya ga, Raf?"

"Paling juga pantai Ancol, Fall. Di Jakarta mana ada pantai?" Revan yang pagi ini terlihat lebih kalem akhirnya berbicara.

"Ancol, nih?"

"Cek aja dulu."

"Cek gimana? Ga ah, ntar kal--"

Rafa memotong ucapan Fallen. "Kayaknya bener. Coba kesana dulu aja, soalnya pantai itu pantai yang sering didatengin sama keluarga gue, dulu. Siapa tau dia kesana, bernostalgia. Biasalah, cewek."

Fallen mengangguk-angguk paham. "Oke deh, makasih calon adik ipar." ucapnya sambil menepuk-nepuk pundak Rafa.

Rafa tersenyum geli. "Sama-sama, bang."

***

"Ah, akhirnya gue kesini lagi," Kirana tak bisa menyembunyikan senyumnya. Ia merentangkan tangan sebelum akhirnya merebahkan diri di hamparan pasir pantai.

Alexa tersenyum tipis. Ia duduk di samping Kirana yang sedang asik tiduran dengan mata terpejam. "Lebih asik hari biasa. Kalo Minggu rame banget."

"Gue malah lebih suka rame gini."

"Ih, aneh."

Kirana langsung membuka mata, mengubah posisi telentangnya menjadi duduk. "Aneh?"

Alexa mengangguk. "Tapi gue maklum, lo emang gak suka sendirian."

180°Where stories live. Discover now