Tiga Puluh Tiga

2K 102 39
                                    

Part sebelumnya: Alexa tau kalau ternyata Fallen punya pacar di London. Dave yang kasih tau.

Terus pas Alexa lagi pergi ke minimarket, dia ketemu lagi sama Dave. Tapi Alexanya rada-rada nggak inget gitu gara gara dia waktu malem itu kan sedikit mabuk gitu.

Dah, happy reading.

Vote dulu jangan lupa.hehehe

***

Sore itu, Fallen dan keempat temannya sedang belajar bersama. Kali ini tempat yang dijadikan korban adalah rumahnya Brian. Mengapa disebut 'korban'? Ya, jawabannya sudah jelas karena kita tahu, mereka terlalu ajaib. Bisa melakukan apa saja di luar nalar manusia. Oke, ini berlebihan.

Di dalam kamar Brian, bungkus makanan ringan dan kaleng-kaleng soda yang sudah kosong berserakan di mana-mana. Dalam hati, Brian mengucap syukur karena sebelumnya sudah menyembunyikan beberapa snack favoritnya agar tak dihabiskan oleh teman-temannya yang bajingan itu.

Ah, resiko yang menyenangkan.

Di antara kelima laki-laki yang berada di dalam kamar itu, Fallen lah yang paling tidak fokus.

Jordan dan Brian terlihat serius mendengarkan penjelasan yang diterangkan oleh sang guru dadakan, si Revan. Andre pun tak mau kalah, laki-laki berwajah songong satu itu sedang berkutat dengan soal-soal latihan Fisika. Sedangkan Fallen, yang dilakukan olehnya hanyalah bengong. Pikiran laki-laki itu sepertinya sedang melalang-buana. Meninggalkan tubuhnya yang terlihat kosong tak bertuan.

"Gue masih bingung kenapa di sini harus dibagi sama angka 2. Dari mana sih?" Jordan menggaruk-garuk keningnya. Kalau ini sebuah komik, mungkin ada asap yang keluar dari pori-pori pada kulit kepalanya.

Revan menghembuskan napas pendek. "Coba cek rumusnya," katanya datar.

Jordan pun kembali membuka catatannya, mencari apa yang diperintahkan oleh Revan sebelumnya. "Ohh!" serunya, girang. "Dari rumusnya, ya? Pantes aja. Susah, sih, ya jadi orang bego."

Brian yang berada di sebelah Jordan pun tertawa. "Kita nggak bego. Cuma kurang belajar," ucapnya dengan nada mengoreksi.

Andre yang masih berkutat dengan soal-soalnya tersenyum mencemooh. Dengan wajah serius namun tetap songong ia pun akhirnya menceletuk, "Ya-in aja."

Revan mendengus, kemudian merebahkan tubuhnya di atas karpet milik Mamanya Brian. "Konsepnya kalian udah ngerti. Tinggal hapalin rumus sama banyak-banyakin latihan," ujarnya pelan, lamat-lamat kedua matanya tertutup. "Easy, right? Lo pada selama ini menganggap belajar itu susah karena belum mau coba, belum mau lawan rasa malas. Tapi kalau udah begini, rasanya nggak terlalu sulit, kan?"

Jordan dan Brian mengangguk serempak.

"Exactly, ini masih sedikit berat buat gue. Tapi seperti yang lo bilang tadi, tanggapan gue sedikit berubah. Lo bener, ini nggak terlalu sulit." Senyum Jordan terulas sekilas, lalu terhapus saat tepi gelas berisi sirup menyentuh bibirnya.

Brian mengacungkan jempolnya. "Agree."

Begitu selesai dengan soal-soalnya, Andre ikut merebahkan diri di sebelah Revan, kedua matanya pun ikut terpejam.

Brian naik ke atas kasur, duduk dengan kaki terlipat. "Gue hampir lupa di sini ada Fallen," ucapnya tiba-tiba. "Gue kira patung, udah sejam lebih kerjaannya bengong di pojokkan doang. Lieur aing."

"Lah iya." Jordan ikut berseru. "Fall, sadar, Fall. Buset dah, kesurupan ini mah."

Merasakan kakinya yang ditendang-tendang membuat Fallen tersadar dari lamunannya. Berdecak, ditatapnya Jordan dengan tatapan tajam. "Nggak usah ganggu!"

180°Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt