Dua Puluh Dua

2.6K 164 10
                                    


Fallen Syahreza: I'm fine, aku baik-baik aja.

Fallen Syahreza: Sorry. Aku udah buat kamu cemas, Beca.

Fallen Syahreza: I'm really, I'm sorry.

Fallen Syahreza: Beca, hear,  ada sesuatu yang harus aku omongin.

read.

Fallen membulatkan mata, terkejut. Beca langsung membaca pesannya! Bahkan belum ada satu menit sejak terkirimnya pesan terakhir. Fallen membasahi bibirnya yang sedikit kering, apa gadis ini menunggu pesan darinya?

Rebecá: OH GOD, FALLEN!

Rebecá: I miss u so bad):

Rebecá: How dare you! Aku bahkan gak inget udah berapa kali aku hubungin kamu.

Rebecá: Jahat!

Rebecá: Kemana aja kamu?

Fallen meringis. Ia harus jawab apa? Ia bahkan lupa memikirkan alasan yang pantas untuk menjawab pertanyaan dari Beca.

Fallen Syahreza: Maaf banget.

Hanya itu balasan Fallen. Ya, anggap saja dia kurang ajar. Fallen terlalu bodoh untuk ber-alibi. Ingin rasanya ia to the point, tapi sangat sulit.

Rebecá: Aku pikir kamu kenapa-kenapa. I'm so worried about you, darl.

Fallen semakin kebingungan. Sebrengsek-brengseknya Fallen, tetap saja ia lemah kalau soal wanita. Ya, tentu saja karna rasa sayangnya terhadap Mama, Rasya--adiknya, dan almarhumah Neneknya.

Fallen baru saja hendak mengetik balasan. Namun pesan baru dari Beca masuk lagi. Kali ini badannya menegang. Jarinya mendadak kaku, dan kedua bola matanya hampir keluar saat membaca pesan yang baru saja Beca kirimkan.

Rebecá: Aku bahkan udah pesen tiket ke Jakarta. Dan kamu tau? Mom and Dad udah izinin aku buat sekolah di Indo. Aku seneng banget Fal. Bisa di deket kamu lagi!!

Tepat sedetik setelah itu, ponsel yang ia genggam jatuh. Meluncur dengan mulus dan mendarat tepat di tulang hidung.

"ANJING," ucapnya mengumpat.

Fallen barusan salah membaca 'kan? Beca tak mungkin ke Jakarta 'kan? Cowok itu sejenak tak bergerak, mengabaikan rasa nyeri di hidungnya. Selang tiga detik kemudian, Fallen menggeleng-gelengkan kepala, tak percaya.

Sepertinya mulai besok hidupnya akan dipenuhi oleh drama.

Sial!

***

Revan, Andre, Jordan, dan Brian bereaksi sama. Mereka hanya diam, memikirkan segala kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi. Baru saja Fallen menceritakan kejadian yang menimpanya semalam. Ia bahkan belum sempat memutuskan hubungannya dengan Beca, tapi dengan santainya Beca memberitahukan kalau dia akan ke Jakarta. Sekolah di sini, pula.

Bagaimana bisa Fallen tenang? Lihat saja kantung matanya. Cowok itu sepertinya bergadang semalaman. Rambutnya saja tak tertata seperti biasa. Ya, wanita memang berdampak tidak terlalu baik bagi Fallen. Poor, you.

Andre mendengus keras. Ia tidak pernah menyangka sebelumnya kalau kisah percintaan salah satu sahabatnya akan berjalan sedramatis ini. "Abis Beca bilang gitu, lo bales apa?" tanyanya.

Fallen menatap Andre sebentar, lalu berpikir. "Gue lupa," jawab Fallen dengan tampang bloon, ia malas mengingatnya, capek. "Pokoknya, ujung-ujungnya gue bilang ke Beca kalo semuanya udah ga sama lagi. Gue engga bilang putus, gue cuma pesen sama dia, sewaktu lo kesini, jangan kaget ya kalo semuanya ga sesuai sama ekspetasi lo, 'kan gue udah bilang sebelumnya, gitu. Tapi ngomongnya engga pake lo-gue."

180°Where stories live. Discover now