PROLOG

9K 347 0
                                    

Nama gadis itu Alexa Cassandra. Bersekolah di SMA Cendrawasih, kelas dua belas. Dia cantik, tentu. Semua orang tidak meragukan hal itu--kecuali Steffi dan beberapa siswi yang memang sudah menjadi musuhnya sejak lahir.

Alexa yang beruntung.

Sebagian orang ingin memiliki kehidupan sepertinya. Keluarga yang harmonis, hidup berkecukupan, memiliki banyak teman, semuanya terlihat begitu positif. Ditambah lagi, Alexa memiliki pacar yang bisa dibilang, yah, fenomenal?

Reyhan namanya. Tipikal cowok super pintar, banyak prestasi, ganteng, dan masih berstatus sebagai ketua OSIS di Cendrawasih.

Jadi, tidak salah 'kan kalau orang bilang hidup Alexa terlalu aman?

Tapi, alam memang terlalu ajaib. Tidak ada manusia yang mampu lari dari hukumnya. Tidak ada manusia yang terhindar dari perputaran rodanya. Begitu pula dengan Alexa. Kehidupannya hancur begitu saja karena satu kebahagiaan yang diambil paksa darinya.

Pagi itu, Alexa bangun dengan semangat membara di matanya. Bagaimana tidak, dia sudah menantikan hari itu datang, hari pengumuman. Beberapa waktu lalu, Alexa ikut tes untuk ikut serta dalam pertukaran pelajar ke Jepang.

Ponselnya selalu dia bawa ke mana-mana, menanti kabar baik yang menyambutnya.

Begitu ponsel Alexa bergetar, susah payah dirinya menahan antusiasmenya agar tidak meledak. Keyakinannya untuk lolos tes sangat besar, mengingat jeri payahnya yang tidak main-main untuk mengejar salah satu mimpinya itu.

Tapi Alexa keliru. Ponselnya bergetar bukan karena mendapatkan pesan, melainkan panggilan suara dari seseorang. Alexa segera mengangkatnya.

Saat itulah semesta selesai mengerjakan tugasnya.

Seseorang dalam telepon itu, membawa berita terburuk yang pernah Alexa terima. Pesawat yang sedang membawa orang tuanya melintasi benua jatuh di salah satu samudra. Sudah dipastikan tidak ada korban yang selamat.

Alexa termangu. Sangat lama. Menunggu dirinya terbangun dari mimpi buruk yang kenyataannya ialah realita.

Setelah panggilan terputus, ponsel Alexa kembali berdenting, bergetar halus. Alexa sudah tidak memiliki kekuatan untuk membacanya. Kendati itu ialah pesan yang paling Alexa tunggu-tunggu. Pesan yang menyatakan dirinya lolos tes untuk berkesempatan belajar di Jepang. Dia, berhasil.

Ironis.

Sejak itu, Alexa "menghilang".  Tidak ada lagi sosoknya yang periang dan selalu bersemangat. Mimpinya yang telah berhasil dia raih, harapan-harapannya, kehidupannya, telah mati tenggelam bersamaan dengan jasad orangtuanya.

Alexa kini berubah, 180°.

180°Where stories live. Discover now