Dua Puluh Enam

2.3K 145 21
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Hujan kembali menyiram Jakarta beberapa jam lalu. Menyisakan gerimis dan jalanan yang basah.

Alexa memutuskan untuk langsung pulang karena ingin cepat-cepat bercerita panjang lebar dengan Kirana. Sedangkan Fallen juga menyetujui mengingat ia ada jadwal belajar bersama dengan ke-empat sahabatnya.

Suasana di mobil tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya, tetap lengang. Walaupun Alexa tidak lagi sibuk dengan ponselnya, namun keheningan tetap tercipta. Fallen sendiri dari tadi kelihatan gelisah. Matanya terus bergerak awas menatap spion, mengawasi mobil audi hitam yang entah sejak kapan terus membututinya.

Bahkan Fallen sengaja memutar laju jalannya hanya untuk memastikan, tapi dugaannya memang benar. Mobil itu mengikutinya. Dan buruknya lagi, Fallen sama sekali tidak mengenali plat nomor mobil itu. Ah, Fallen memiliki firasat buruk.

"Kok muter-muter sih, Fal, jalannya?" Alexa akhirnya bertanya. Jujur saja, ia sudah ingin menanyakan pertanyaan ini dari dua puluh menit lalu. Padahal Alexa sudah GE-ER karena mengira Fallen hanya ingin berlama-lama dengannya, tapi segera ia menentang pikiran itu. Tidak mungkin. Kalaupun iya, Fallen tidak akan berekspresi cemas seperti itu.

Fallen sejenak memandang Alexa, ia sangat mengkhawatirkan cewek itu. "Enggak. Gak ada apa-apa," katanya berusaha menutupi.

Alexa semakin yakin ada yang disembunyikan oleh Fallen. "Fal, please, lo gak perlu bohong segala. Ada apa, sih?"

"Gak ada apa-apa."

"Fallen," Alexa menggeram. "Kasih tau gue, kenapa?"

Menghela napas pendek, Fallen mau tak mau harus memberitahu. Ia sudah paham betul tabiat Alexa, cewek itu pasti tidak akan berhenti bertanya sebelum mendengar jawaban yang memuaskan. "Tapi lo mau janji ke gue?"

Kerutan di dahi Alexa semakin dalam. "Janji apa?"

"Setelah gue jawab pertanyaan lo, lo harus janji ga bakal panik."

Fallen berdesis. Baru dibilang seperti itu saja Alexa sudah memasang tampang ketakutan. "Tuh 'kan, belom apa-apa lo udah panik duluan."

"Engga!" Alexa menggeleng tegas. Yang benar saja, dirinya tidak selemah itu. Ia memang mudah panik, tapi bukan berarti penakut. "Gue gak panik."

"Bagus," Fallen mengangguk-angguk. "Ada mobil yang ngikutin kita dari sejam lalu."

"HAH!"

Fallen terlonjak kaget. Suara teriakan Alexa ternyata lebih berbahaya dari suara Rasya, adiknya. Hampir saja mobilnya oleng ke kiri. "Biasa aja, Lex," kata Fallen, kalem. Walaupun dirinya sendiri juga waswas, tapi ia tak ingin cewek di sebelahnya tahu. Ia takut Alexa takut.

Membingungkan, ya?

"GIMANA BISA BIASA AJA? INI TUH UDAH TERMASUK KRIMINALITAS, FALLEN! PASTI MEREKA PEMBUNUH BAYARAN," Alexa menekan dadanya yang berdetak keras. Dari kecil, dia sangat anti dengan sesuatu yang berbau kriminal. Ia trauma.

Berdecak, Fallen memutuskan untuk menghentikan mobilnya ke sisi jalan. Kemudian pandangannya kembali beralih ke spion. Dugaannya benar, mobil itu ikut berhenti. Ah, cari gara-gara tuh orang.

"TUH 'KAN MOBILNYA IKUT BERENTI. LO NGAPAIN BERENTI SEGALA SIH? KALO MEREKA ROMBONGAN GIMANA? MAU LO DIKEROYOK? UDAH, JALAN LAGI AJ--"

"Lex," Fallen menatap Alexa. Cewek itu ternyata jauh lebih bawel dibanding dugaannya yang sebelumnya. "Katanya lo ga bakal panik, mana?"

"Gue ga panik!" Alexa mendesah keras. Padahal ia sudah berusaha mengontrol diri, tapi kenapa tidak bisa?

Fallen mengulum senyum tipis, ia harus segera menenangkan Alexa. "Dengerin gue ya, Alexa, gak ada yang perlu lo takutin, 'kan ada gue," ucapnya, lalu menggenggam kepalan tangan Alexa yang bergetar. "Gue udah denger dari Rafa kalo lo punya trauma. Jangan inget-inget kejadian yang udah lalu, ya? Cukup inget satu hal untuk sekarang," kemudian tangan Fallen terjulur ke atas, mengusap lembut rambut Alexa. "Inget kalo ada gue di sini, gue bakal jagain lo, gue gak akan biarin lo kenapa-napa, dan gue gak akan ngebiarin kejadian itu terjadi untuk yang kedua kalinya."

Alexa terpekur. Tak pernah ia merasa ketenangan luar biasa seperti ini selain dari Ayah dan Ibunya. Rasanya sangat lega, seperti meneguk air dingin di padang yang gersang. Perlahan, Alexa akhirnya mengangguk. Fallen benar, ia harus tenang. "Oke."

Fallen menghela napasnya singkat. Syukurlah, ia merasa lebih lega karena Alexa sekarang sudah bisa lebih tenang. "Sekarang lo diem di sini dulu, gue mau keluar sebentar."

Alexa melotot, cewek itu langsung menahan lengan Fallen karena cowok itu hendak membuka pintu. Fallen memandang Alexa yang tampak menggeleng, melarangnya untuk keluar.

"Jangan," suara Alexa terdengar tegas. Ia tidak ingin cowok di hadapannya ini terluka.

Fallen menyentuh tangan Alexa yang menahan lengannya. Tersenyum menenangkan, "Gue gak bakal ngapa-ngapain kok, cuma mau nanya sedikit sama tuh orang."

Lagi-lagi Alexa menggeleng. "Jangan."

"Gue cuma sebentar, gue janji. Gue gak akan ninggalin lo lama kok."

"Jangan," suara Alexa terdengar melemah. Membuat Fallen semakin tak tega. Cowok itu perlahan melepas genggaman Alexa pada lengannya dan menaikkan tangannya, mengusap lembut rambut Alexa lagi.

"Percaya sama gue, Alexa," ucap Fallen, menatap Alexa tepat di manik mata. "Lagipula, belum tentu orang itu punya niat jahat," Walaupun tidak yakin dengan ucapannya sendiri, Fallen tetap mengatakannya. "Kasih gue waktu lima menit."

Alexa akhirnya menyerah. Menatap Fallen membuatnya lemah, mampu melemaskan saraf-sarafnya. Apalagi kedua mata gelap cowok itu menatapnya teduh. Alexa kemudian mengangguk, membuat Fallen lagi-lagi tersenyum dan mengacak pelan rambut Alexa. "Good girl."

Alexa tersenyum masam mendengar pujian itu. Am i good? No, I'm not good, Fal, i'm bad.

Fallen kemudian membuka pintu, lalu keluar. Sebelum menutup kembali pintu, Fallen berpesan kepada Alexa. "Kunci pintunya, Lex. Apapun yang terjadi, jangan keluar sebelum gue dateng."

Alexa hanya mengangguk. Memangnya, ia punya pilihan untuk menentang? 'Kan tidak. Mau bagaimanapun ia berontak, Fallen pasti bisa mengontrol Alexa dengan sikapnya yang kelewat manis seperti itu.

Brak.

Pintu berdebam pelan.

Fallen sekarang sudah berada di luar. Hujan sepertinya sudah benar-benar reda. Cowok itu sejenak memandang mobil hitam yang terparkir beberapa meter dari mobil Alexa. Kemudian berjalan biasa menghampiri mobil itu.

Tok.. Tok..

Fallen mengetuk beberapa kali kaca mobil tersebut. "Permisi," katanya sedikit bergurau.

Pintu mobil tersebut terbuka. Membuat Fallen memundurkan sedikit posisinya agar tak menghalangi.

Si pengemudi keluar. Diikuti empat orang lainnya yang berada dikursi penumpang. Bukan jumlah mereka yang membuat Fallen terkejut. Tetapi si pengemudi yang wajahnya sudah tak asing.

Ternyata Dave.

***

A.N:

Buat yang lupa sama Dave, coba cek part 5/4 lagi. Fallen terlibat sama dia gara gara ngebela danton. Inget ga? Engga ya wkwk.

Oiya ni, ada bonus foto.

Anggap aja itu Fallen yang abis keluar dari mobil Alexa, terus lagi liatin mobilnya si Dave wkwkwk

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Anggap aja itu Fallen yang abis keluar dari mobil Alexa, terus lagi liatin mobilnya si Dave wkwkwk

Ada yang kenal ga? Hihihi.

Udah segitu aja.

Thankyouuu~
Selamat berpuasaaa bagi yang menjalankan😊😊

♥♥♥

180°Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ