Delapan Belas

5K 244 45
                                    


Fallen ragu. Ia takut rencananya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Memang, di awal ia hanya ingin membantu Rafa dengan merubah kembali Alexa, tapi di satu sisi, ia membenarkan ucapan teman-temannya juga.

"Jangan gitu, Fall. Nanti kalo Alexa ada perasaan sama lo gimana?"

"Jadi, lo emang bener sayang dia, apa cuma mau bikin dia balik lagi?"

"Gue kira lo beneran sayang dia Fall. Kalo gini, ngapain coba semalem lo minta tanggapan kita?"

"Fallen yang dulu sama yang sekarang gak berubah, tetep aja, berengsek."

Ah, ia sama sekali tidak bermaksud untuk menipu teman-temannya, ia hanya ingin melakoni perannya dengan sangat baik. Fallen akui, Revan memang benar, ia brengsek. Bahkan sangat brengsek. Ia lupa memikirkan tentang perasaan gadis itu, yang ada dipikirannya hanyalah bagaimana cara membuat Alexa kembali ke sosoknya yang dulu.

Hanya itu.

Tapi kenapa semuanya jadi rumit begini? Jujur, ia memang sedikit tertarik dengan Alexa, tapi bisa ia pastikan perasaannya hanya sebatas itu, tak lebih maupun kurang.

Dan tentang pacarnya, itu memang benar, Fallen tidak mengada-ada. Nama gadis itu Rebeca Kristopher Johanson. Gadis berdarah Amerika-Indonesia yang satu SMA dengannya di London.

Beca adalah adik kelasnya di Bost International High School. Jelas, Fallen sangat menyayangi Beca.

Awal pertemuannya dengan Beca yaitu saat ia tak sengaja mendengar jeritan seseorang di sebuah gang kecil yang sepi, ia yang memang selalu penasaran pun mendatangi sumber suara tersebut. Alangkah terkejutnya Fallen saat melihat gadis yang sedang disudutkan oleh kelima pria tak dikenal. Fallen bisa melihat jelas wajah ketakutan Beca yang tertutupi oleh sebagian rambut panjangnya.

"Don't screaming baby, no body can hear you." salah satu dari mereka mulai mendekat. Fallen mengepalkan tangannya, siap untuk menjatuhkan beberapa bogemannya sebanyak yang ia mau.

Beca terisak, "Please, don't touch me, stay away from me." Fallen bahkan bisa merasakan ketakutan Beca dari suaranya yang bergetar.

"Ssstt, please don't cry, we don't wanna hurt you, darl."

Ah! Ini sudah kelewatan, terutama saat salah satu dari mereka mulai menyentuhkan tangannya ke pucuk kepala Beca. Tanpa bisa ia tahan lagi, Fallen menyerang mereka--kelima cowok itu--secara membabi-buta.

Bugh! Bugh! Bugh! Krtkk! Bugh!

Beca yang mendengar suara kegaduhan itu pun langsung membuka matanya yang sedari tadi terpejam.

"WHAT THE FUCK!" pria yang memiliki banyak tato di tangannya memandang Fallen penuh amarah. "What are you doing, dude? Wanna be hero?" cibirnya, sambil tertawa.

Fallen langsung meninju wajah pria songong itu.

Bugh!

Pria bertato jatuh tersungkur, gusinya berdarah. Wah, lumayan juga pukulan yang diberikan oleh Fallen, sepertinya gigi si-pria tatoan juga patah. Ha. Malang.

"SHIT! HOLLY SHIT!" pria tatoan meringis sambil megumpat beberapa kali.

Keempat kawannya tampak tak terima, mereka mulai menghajar Fallen yang sama sekali tak tersentuh oleh serangan mereka.

Bugh! Bugh! Bugh!

Fallen tersenyum puas, lawannya tidak ada apa-apanya. Mereka semua terlihat mengenaskan. Mungkin mereka belum mengenal Fallen--jagoan di Bost International School.

180°Where stories live. Discover now