Tiga Puluh Dua

2.2K 111 17
                                    

A.N: buat yang ga tau, Brian itu dipanggilnya Ian ya. Baca huruf I nya jadi huruf Y. Jadi kayak 'Yan' gitu.

Yaudah itu aja.

Selamat membaca

***

"Dari mana lo, bego?"

Fallen melengos begitu ditanyai seperti itu oleh Andre. Padahal ia baru datang, belum sempat untuk mengistirahatkan kakinya yang barusan digunakannya untuk berlari dari kejaran satpam sekolah. "Ada urusan sebentar." balasnya singkat sembari mendorong Jordan agar bergeser dan memberikannya ruang untuk duduk.

Jordan mencebik, lantas menggeser pantatnya ke arah kanan. "Sebentar kata lo? Lo cabut dari jam tujuh, Fal. Sekarang udah jam istirahat kedua. Gue sama Andre kebingungan mau alesan apa ke guru. Tasnya ada kok orangnya gak ada," Jordan mencerocos panjang. "Jadi gue bilang aja lo kena diare dan langsung pulang."

Hembusan napas panjang terdengar dari Fallen. Sejujurnya dia ingin sekali mencaci kebodohan Jordan. Namun suasana hatinya benar-benar tidak mendukung. Dengan wajah yang masih kusut, diraihnya segelas es teh manis yang terletak di atas meja, lantas meneguk isinya sampai habis. "Gue galau, nih." ungkapnya kemudian.

Brian menggeleng-gelengkan kepala. Memandangi Fallen dan segelas es teh manisnya yang telah raib dengan tatapan sendu. "Kebiasaan, dah. Pasti es teh gue terus yang jadi korbannya."

"Cuma tiga rebu, elah, Ian."

"Naik, anjing, es tehnya. Jadi empat rebu sekarang."

"Sejak kapan es teh naik anjing?"

Mendengar celetukan Jordan, Revan lantas membalasnya dengan melempar tiga butir kacang polong miliknya. "Receh lo." katanya, tapi tak ayal tertawa juga.

"Receh tapi lo ketawa, tai."

"Kasian aja gue."

Melihat teman-temannya yang malah bertikai, membuat mood Fallen semakin memburuk. Beruntung Revan cukup peka dalam menyadari ketidakberesan yang terjadi pada teman-temannya. Jadi dengan setengah hati, Revan mencoba untuk pura-pura peduli.

"Lo mending ceritain dulu semuanya, Fal. Muka lo rasanya mau gue setrika biar gak lecek begitu."

Fallen lagi-lagi menghembuskan napas pendek. Seolah-olah sedang ditimpa masalah dalam skala besar. "Awal permasalahannya itu gara-gara Alexa ke klub lagi," ucapnya. "Awalnya gue marah banget karena dia gak dengerin larangan gue buat jangan pernah ke tempat begituan lagi. Tapi sekarang malah dia yang marah sama gue."

"Alasannya?"

"Alexa tau tentang cewek gue, Beca."

Untuk beberapa detik awal, tidak ada yang bersuara di meja itu. Bahkan Jordan yang biasanya bercanda pun ikut diam. Sadar kalau candaannya tidak dibutuhkan untuk saat seperti ini.

Fallen memilih untuk melanjutkan ceritanya. "Waktu dia nanya siapa Beca, gue bingung banget harus jawab apaan. Disitu gue cuma diem, pengecut banget."

Andre menepuk-nepuk pundak Fallen, menguatkan sahabatnya.

Brian yang masih penasaran bertanya. "Terus, respon Alexa gimana?"

"Dia juga diem, kayak nunggu jawaban dari gue. Tapi karna guenya kelewat bego, gak berani jawab, akhirnya dia ngusir gue. Pasti dia marah banget sama gue."

180°Where stories live. Discover now