Tiga Puluh Satu

2K 126 8
                                    

Note: kalo rada lupa, baca lagi aja satu part sebelumnya. Hehehe😁

Selamat membaca...

Oh iya, akan lebih efektif kalo di vote dulu Hahahah.g

***

Fallen mengedarkan pandangannya ke seluruh isi klub. Menemukan Alexa di tempat ramai seperti ini rasanya tidak mudah. Mungkin butuh waktu satu jam, mungkin juga bisa lebih. Kaus yang dikenakan Fallen semakin basah oleh keringat. Ditambah lagi dengan kondisi ruangan besar tersebut yang disesaki pengunjung, juga pengap.

Tanpa ingin membuang waktu lebih banyak lagi, Fallen mulai mencari.

"Brengsek." umpatan demi umpatan berhasil lolos dari bibirnya. Cowok itu dikuasai rasa cemas, namun ada yang lebih kuat daripada itu. Lebih mengganjal, rasanya Fallen seperti kecewa. Bahkan dia sudah beberapa kali mendorong orang yang menghalangi jalannya saking tak tahannya.

Setelah memutar arah jalan beberapa kali, Fallen lantas menghela napasnya, lega. Melihat Alexa sendirian di sudut sana membuat kecemasannya menurun drastis. Dengan langkah cepat, dihampirinya perempuan itu.

"Lex?"

Alexa perlahan menolehkan kepalanya, memandang laki-laki yang baru saja memanggilnya. Fallen menatap marah kedua mata Alexa yang memerah dan sayu. Entah darimana datangnya perasaan marah itu. Fallen sendiripun tidak tau.

"Ayo pulang, Alexa." katanya, mencoba meredam amarahnya dan berbicara selembut mungkin.

Alexa masih memandangi Fallen dengan saksama. Meletakkan gelas, perempuan itu kemudian tertawa pelan. "Gue kira lo cuma khayalan gue."

"I'm real, Alexa." ucap Fallen, lantas menghela napas pendek. "Ayo, pulang. Rafa nungguin lo."

Alexa diam. Perempuan itu untuk beberapa detik awal tak berekspresi sama sekali. Wajahnya datar, tak terdapat sekecilpun emosi.

"Alexa?"

Fallen menjentikkan jarinya di depan wajah Alexa. Perempuan itu berkedip dua kali sebelum kembali menatap Fallen.

"Are you cry?"

"No."

"Astaga, Alexa." Fallen meremas tangannya sendiri saking gemasnya. Ia bingung harus berbuat apa. Melihat mata Alexa yang berkaca-kaca membuatnya tak tega. Dengan gerakan sehalus mungkin, Fallen mengulurkan tangannya. Lantas kembali berkata, "Ayo pulang."

"Do you love me?" Alexa tidak membalas uluran tangan itu, alih-alih bertanya. Membuat Fallen juga ikut bertanya-tanya di dalam kepalanya, apa yang sebenarnya terjadi dengan perempuan satu itu.

"Ayo, Alexa."

"Did you loved me?"

"You're drunk."

Alih-alih menjawab, Fallen terus mengelak. Bola matanya bergerak tak nyaman. Ia tidak suka ditanyai seperti itu. Tapi Alexa tidak akan berhenti bertanya kalau belum mendapatkan jawabannya. Fallen hapal sekali dengan yang satu itu.

"Just tell me," desak perempuan itu lagi, seakan hilang urat malunya. "Tell the truth." katanya lagi, dan lagi.

180°Where stories live. Discover now