Page 06 - Teman Sekelas

Start from the beginning
                                    

"Formulir pendaftaran ekskul? Buat apa?" tanya Hina dengan bingung.

"Waktu di kelas unggulan, kamu nggak usah ikutan ekskul 'kan? Kalau di kelas reguler, tiap siswa wajib punya ekskul, Hin..." jelas Sanha.

"Oh..." Hina langsung menganggukan kepalanya tanda mengerti.

"Kalau ada yang mau ditanyain, kamu boleh tanya aku atau Sanha. Oke?" kata Siyeon sambil membentuk tanda 'ok' dengan tangannya.

"O-oke..!" kata Hina pelan sambil ikut membuat tanda 'ok' dengan tangannya. Sanha dan Siyeon kembali tersenyum bersamaan, lalu kembali meninggalkan Hina sendirian.

Hina memandangi punggung ketua murid dan wakil ketua murid itu sambil tersenyum cerah. Hina sangat senang karena ada teman sekelas yang mengajaknya bicara hari ini.

Hina membaca formulir pendaftaran ekskul di atas mejanya. Tapi Hina malah tidak fokus membaca, karena perutnya tiba-tiba keroncongan.

"psst...psssst...."

Hina diam saja saat mendengar seseorang berdesis seperti itu. Nanti Hina disangka kegeeran lagi kalau nengok ke belakang.

"pssst...! Psssstt...! PSSST...!"

Hina dengan ragu memutar badannya saat suara desis itu makin keras. Jari Hina menunjuk mukanya sendiri untuk memastikan kalau orang itu benar-benar sedang memanggilnya.

"Iya!" jawab Eunbin cepat sambil mengangguk dengan semangat. Gadis itu duduk di bangku belakang, di samping kiri tempat duduk Jaemin.

"Ada apa?" tanya Hina penasaran.

Eunbin tidak menjawab dan malah sibuk merogoh tas milik-nya dengan rusuh untuk mencari sesuatu. Hina langsung menatap Eunbin bingung saat gadis itu menyodorkan sebungkus roti pada Hina.

"Buat aku?" tanya Hina tambah bingung. Eunbin memberikan roti itu pada Hina, dan memaksa Hina agar memegangnya.

"Kalau roti daging kamu suka 'kan? Sarapannya sama roti daging aja. Roti strawberry dari Jeno buat makan sore, oke?"

"Heh? Tapi 'kan ini roti punya Eunbin..." jawab Hina dengan polos. Eunbin langsung berjalan rusuh sambil menjinjing tasnya, kemudian duduk di bangku Haechan. Ia lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Hina, sambil menunjukan isi tasnya pada Hina.

Melihat isi tas Eunbin, Hina membulatkan matanya lucu dan menatap Eunbin tidak percaya. Setelah saling tatap selama beberapa detik, kedua gadis itu malah ketawa.

Tas Eunbin isinya penuh sama roti-roti dengan berbagai macam rasa yang jauh lebih banyak daripada buku yang Eunbin bawa.

"Ehh...! Hina jangan diketawain, dong...!"

"Habisnya kamu lucu. Ngapain bawa-bawa roti segitu banyaknya?"

"Aku 'kan ikut ekskul basket, Hin. Harus banyak asupan gizi...!"

"Tapi jangan karbohidrat semua dong...! Hahaha....!"

Eunbin tersenyum manis karena melihat Hina tertawa. Seperti yang mereka bilang, Hina itu anak yang manis dan baik. Nilai tambahnya : Imut!

"Udah, Hiin... roti dagingya cepet kamu makan! Si sipit jalannya lama! Entar keburu udahan loh istirahatnya...!" ancam Eunbin dengan nada yang lucu.

Mendengar ucapan Eunbin, Hina tersenyum kikuk sambil menatap Eunbin dengan mata berbinar. "Ini beneran buat aku...?"

"Iya, Hina-chan...! Buat kamu, gratis...!" balas Eunbin dengan gemas. Hina lalu tersenyum senang sambil memegang tangan Eunbin.

"Mmm... ma-makasih..." kata Hina dengan malu-malu.

"Sama-sama, Hinachan~" Jawab Eunbin dengan senang hati.

Untuk pertama kalinya, hari ini Hina berbicara banyak dengan teman sekelasnya yang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk pertama kalinya, hari ini Hina berbicara banyak dengan teman sekelasnya yang lain. Dan Hina sangat senang karena hal itu.

Bukan hanya Hina yang merasa senang hari ini. Karena ternyata, dari balik pintu kelas, ada empat orang aneh yang mengintip sekaligus menguping obrolan Hina sejak tadi. Dan mereka ikut bahagia karena melihat Hina tertawa.

Renjun : "Akhirnya kamu bisa ngobrol sama temen sekelas kamu yang lain. Temen sekelas yang normal. Bukan sama temen sekelompok kamu yang ganteng tapi bego itu! Papa bangga sama kamu, Hina-chan... T^T"

Haechan : "Eh, anjir! Lo masih aja ngata-ngatain kita! Kemarin-kemarin 'kan nilai kita udah agak naik, Njun. Jadi empat puluh dua!"

Jeno : "Permisi nih. Boleh interupsi nggak? Situ ngaku-ngaku jadi papanya Hina, emangnya Hina mau punya papa jahat macem lo?"

Renjun : " Biarin! Yang penting gue bahagia...!"

Jaemin : "Injun ngaku-ngaku jadi bapaknya Hina, gue sih mau jadi pacarnya Hina. Hahaha....!"

Renjun : "Anjir! Lo mau jadi pacarnya Hina, langkahin dulu mayat gue!"

Jaemin : "Lah? Emang lo siapanya Hina?!"

"Gue papa-nya Hina, Jaem...!" jawab Renjun polos, sambil merengek lucu. Jaemin langsung mesem-mesem ngeliat kelakuan Renjun yang tiba-tiba bocah. Nih anak kebanyakan main sama dedek squad deh kayaknya! 

"Yaudah lah, terserah Injun aja. Mau jadi bapaknya kek. Mau jadi om-nya kek. Mau jadi pembantunya kek. Terserah! Yang penting Injun bahagia...!" Jawab Jaemin dengan bodo amat.

Beralih ke Haechan dan Jeno. Mereka sama sekali tidak peduli dengan pertengkaran Renjun dan Jaemin. Mereka malah sibuk rebutan roti coklat yang tadi Jeno ambil dari Hina.

Haechan : "Woy! Itu 'kan roti punya Hina. Gue juga mau! "

Jeno : "Kalo mau, beli sendiri sana! Hina 'kan ngasihnya ke gue!"

Haechan : "Apanya yang ngasih? Lo 'kan asal ngambil aja...!"

Jeno : "Ngambilnya 'kan atas se-izin Hina, jadi roti ini resmi punya gue. Hahaha...!"

Haechan : "Dasar pelit! Tunggu aja tanggal mainnya di tv! Sinetron : azab si sipit yang pelit!"

Haechan : "Dasar pelit! Tunggu aja tanggal mainnya di tv! Sinetron : azab si sipit yang pelit!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau suka sama ceritanya, jangan lupa kasih bintang~ ^o^

Our Page | NCT 00Line ✔Where stories live. Discover now